54 : Surat dari Valcano

Mulai dari awal
                                    

“Iya,” jawab Cilla. “Kan ada kamu juga yang jagain, Mama, Papa.”

‘Wah, banyak ya.’

“Iya dong, katamu kan aku princess, jadi banyak yang jagain.”

‘Aku berharap seperti itu.’

Cilla heran. “Kok, kamu belum tidur? Dari kelab?”

‘Eng—Enggak!’ Kilahnya. ‘Enggak, sayang. Udah jarang nggak kesana semenjak kejadian itu.’

“Awas aja!”

‘Besok aku jemput ya, pake motor biar bisa modus gitu konsepnya.’

“Sembarangan! Udah sana tidur!”

‘Ciee, iya-iya. Selamat tidur, Cillanera. Have a nice dream.’

Tut.

•••

Saat jam istirahat, Cilla membuka lokernya untuk mengambil baju olahraganya. Dia melihat ada kertas kecil bewarna kuning tertempel disana. Segera gadis itu mengambilnya dan membaca tulisan yang tertulis disana.

Love you

           Val.

Senyum tipis terukir di wajah manis Cilla saat membacanya. Lalu tangannya meraih amplops bewarna pink itu dan melihat isinya. Sebuah kertas yang jelas sesuatu tertulis disana.

Dengan tulisan jelek ini menyatakan bahwa Valcano telah menjadikan Cillanera sebagai pemilik hati dan tidak akan ada bisa yang menggantikannya.—

“Ah.” Cilla geleng-geleng dengan surat dari Valcano.

Cilla menutup lokernya lalu kembali ke kelasnya dengan membawa surat itu. Bicara soal Anggun cs, mereka tidak tampak lagi, terlebih Anggun yang memang di Drop Out dari sekolah karena masalah yang menimpanya.

Sedangkan kedua cs nya tidak pernah mengatai, melirik ataupun menatap Cilla.

Valcano.. Menyebutkan nama itu di dalam hati, mampu membuat Cilla berbunga-bunga. Lelaki itu sekarang berubah, Valcano seakan tidak ingin melepaskan Cilla, tidak ingin menyia-nyiakan Cilla lagi.

Dan mungkin menjaga Cilla sekarang adalah tugasnya.

“Cilla! Yuuu! Keluar lo, gue males masuk ke dalam.”

Cilla berdecak kesal, itu suara Ciko. Dengan langkah gontai dia keluar dari kelas, dan melihat Ciko dengan Seno ada di luar kelasnya.

“Apa? Nggak usah teriak,” ucapnya malas.

“Mulutnya kan rusak, lo kok gapaham si.” Jawab Seno.

Cilla mengangguk. “Untung Seno ingetin.”

“Sial.” Umpat Ciko. Lalu dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menyerahkan ke arah Cilla. “Nih, surat cinta dari Vulkanik.”

Cilla menerimanya. “Thanks ye.”

”Apaan tuh isinya, kepo nih,” kata Ciko sambil ikut memperhatikan surat yang diamati oleh Cilla.

“Halah, palingan juga gini. Mawar itu merah, Melati itu putih, Cilla adalah pujaanku.” Seno merangkul bahu Ciko. “Buka deh, Cil.”

“Ogah, privasi gue nih," kata Cilla. Kemudian dia memasukkan surat tadi ke saku roknya.

“Yaelah bocil, pelit amat. Buka deh, kita kan kurir suratnya.”

“Nggak mau!”

“Najong bocilla.” Seno melengos.

“Eleh, ngambekan. Ntar kalo ngambekan di jemput Tuhan.”

Seno berbalik dengan mata melebar. “LAMBEMU, CILLAAAAA! (Mulutmu, Cilla.)”

Spontan, Cilla menutup mulutnya sesat. “Maaf, ketularan Ciko, Sen.”

Ciko menatap Cilla dengan tatapan tidak terima. “Eh, kalau hal kasar selalu dilimpahkan ke gue deh perasaan.”

Cilla hanya menjulurkan lidahnya lalu kembali masum ke dalam kelasnya. Gadis itu membuka terlipat tersebut, lalu membacanya.

Klise sih, tapi gapapa lah biar bisa jadi kenangan. Cilla itu cantik, berkali-kali dihujani ribuan pisau oleh lelaki brengsek tapi masih bisa bangkit.—

Ting!

Terkejut, Cilla kemudian mengambil handphonenya lalu membuka pesan dari Valcano.

Valcano : Pulang sekolah, tunggu di parkiran ya.

Senyum gadis itu mengembang, tanpa membalasnya pun dia akan melakukan apa yang di mau oleh kekasihnya.

•••

“Bu Ria marahin kamu?”

Di samping kemudi, Cilla menggeleng. “Nggak. Kan, tugasnya udah aku selesain.”

“Pagi tadi, kita hampir telat, emangnya kamu tidur jam berapa?”

“Jam.. Jam dua-an kayaknya,” ucap Cilla.

Valcano menggangguk lalu memutar kemudinya. Mobil Valcano masuk ke dalam basement mall, lalu mobil berhenti.

“Gapapa, 'kan, kesini dulu?”

Cilla mengangguk sambil tersenyum.

Valcano membuka seragam putihnya lalu menampilkan kaos hitamnya. Setelah itu, dia memakai jaket levisnya. Cilla memakai sweater pinknya.

“Tunggu disini bentar,” kata Valcano.

Cilla mencegah dengan memegang tangan kekasihnya. “Kamu mau kemana?”

“Ke toilet sebentar,” jawab Valcano.

Cilla berdecak pelan saat kekasihnya pergi. Sambil menunggu, gadis itu memilih untuk memainkan handphonenya. Membuka sosmednya untuk menghilangkan kegabutannya.

Seorang gadis mungil mengetuk kaca mobil, membuat pandangan Cilla teralih kepada gadis itu. Gadis itu membuka pintu mobilnya.

“Kamu sendiri? Kemana orang tua kamu?”

Bukannya menjawab, gadis mungil itu malah memberikan sebuket bunga mawar.

“Ini apa?”

“Dali Kak Ano,” katanya. Lalu, gadis itu pergi begitu saja masuk ke dalam mall.

Bingung, Cilla menatapi buket bunga itu. “Ano? Anak ini salah orang?”

Dugaannya jika anak itu salah orang salah. Terbukti di buket bunga itu tertulis 'Untuk Cillanera'. “Ano? Valcano?”

Cilla menarik kertas tersebut lalu membaliknya. Lagi-lagi dia dibuat geleng-geleng kepala saat membaca apa yang di balik kertas itu.

Hal berharga setelah orang tuaku itu kamu

“Val, Val,” gumam Cilla.

“Sayang!”

Cilla menoleh dengan senyum yang mengembang.

“Yuk masuk.”

“Makasi bunganya,” kata Cilla tulus. “Aku suka.”

Tatapan Valcano sangat sulit diartikan oleh gadis itu namun yang jelas ada senyum yang tersirat di wajah lelaki itu. Dia mengangguk lalu mengisyaratkan untuk menaruh buket bunga yang dipegang itu di jok belakang.

Kemudian, Valcano mendekati Cilla saat gadis itu sudah menutup pintu mobil. Tangannya terulur untuk mengelus pipi Cilla.

“Aku cuma berusaha untuk buktiin ucapanku. Maaf kalau sering nyakitin kamu.”

•••

Woy kangen ga?

Spam next disini

ValcanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang