Celine meringis kaku. "Zee nurut ya, nanti kalau Zee nurut Kakak bakal ceritain dongeng yang bagus banget." Bujuk Celine menyuap.

"Yaudah deh."

Celine menghela napas lega. "Yaudah ayo kita masuk!" Ajaknya sambil menggandeng tangan Zee masuk.

Dan seketika semua orang di ruangan itu menoleh serentak.

Celine sedikit kaget melihat 3 lelaki asing di ruangan itu, sepertinya mereka teman Dafa.

"Paman Ikiiii!!" Seru Zee antusias langsung berhambur memeluk lelaki berambut gondrong yang dikurcir itu.

Riski tersenyum geli, dengan senang hati memangku bocah gembul itu. "Kangen ya?" Godanya.

"Kangen banget!!"

Dafa yang melihatnya mencebik. "Zee, masa Papah kalah sama Paman Riski?"

Zee malah memeletkan lidahnya. "Biarin wle." Sontak saja pertengkaran konyol itu meyulut tawa semua orang di sana.

Celine yang awalnya cuma jadi makhluk tak kasat mata akhirnya ternotice, semua lelaki asing itu serentak menyorot Celine penuh arti.

"Saya baby sitter nya Zee." Jelas Celine blak-blakan.

Lima lelaki tadi tersedak bersamaan. "Ha beneran?" Tanya salah satu dari mereka tak percaya. Lalu menatap Dafa menuntut.

"Iya dia baby sitter Zee." Jelas Dafa meyakinkan semuanya.

Sontak saja semua orang berseru kompak, pasalnya wajah Celine gak ada tampang-tampang pembantu.

"Yaudah saya kebelakang dulu." Pamit Celine.

"Kak Celine disini aja!" Pinta Zee membuat Celine duduk dengan patuh. Gadis itu nampak biasa saja meskipun sedang menjadi pusat perhatian lelaki-lelaki tampan di depannya, masalahnya saat Celine di luar negeri ia bahkan terbiasa salaman dengan cara kecupan pipi jadi hal seperti ini sudah biasa saja untuk Celine.

"Nama kamu siapa?"

Dafa mendelik mendengar nada tanya temannya yang lembut itu. Celine menoleh sekilas. "Celine, kalian?"

"Saya Reno, ini Jeri, yang pangku Zee itu Riski." Jelas Reno.

Celine hanya mengangguk. Lalu menunduk memainkan kukunya karena gabut. Gadis itu tidak terlihat canggung sedikitpun karena memang dulu sering nongkrong bareng teman-teman cowoknya.

Riski menatap gadis itu memindai, Celine cantik dan masih muda, kenapa mau jadi baby sitter? Apakah gadis ini punya niat buruk? Riski yang terlalu sayang dengan Zee jadi khawatir.

"Cel bikinin minuman!" Titah Dafa entah kenapa risih melihat semua temannya menatap Celine sejak tadi.

Celine mendengus. "Saya kerja jadi baby sitter ya Pak, bukan pembantu." Balas Celine dengan beraninya lalu kembali acuh dengan kuku-kukunya. Dafa cuma bisa melotot tak percaya.

Sontak saja ketiga cowok disana melongo melihat betapa beraninya Celine pada Bos nya sendiri.

"Kak, Zee haus." Ujar Zee.

Kali ini Celine langsung beranjak ke dapur dan mengambilkan bocah itu air, membuat semua orang disana lagi-lagi dibuat terperangah. Sepertinya Celine lebih nurut kepada Zee daripada Dafa.

Celine kembali membawa segelas air putih, gadis itu duduk di sebelah Riski yang sedang memangku Zee dan membantu minum bocah itu. Riski menahan napas menyadari jaraknya dengan Celine ternyata sangat dekat, dari jarak sedekat ini nampak kalau wajah Celine lebih cantik berkali-lipat.

Riski langsung membuang muka menyadari pikiran kotornya, sepertinya ia memang benar-benar kelamaan menjomblo. Tapi ia jadi menyadari sesuatu, Celine tulus kepada Zee, tatapan matanya tidak memperlihatkan niat buruk sedikitpun.

"Pinter." Celine tersenyum mengacak rambut Zee gemas. Riski tanpa sadar ikut tersenyum.

"Kamu kenapa mau kerja jadi pengasuh?" Tanya Riski menyuarakan isi hatinya.

Celine mengerjap tenang. "Saya lagi kepepet, dan juga saya merasa beruntung bisa kerja disini. Karena saya ketemu Zee." Jelas Celine perlahan.

Riski terpanah melihatnya.

Tanpa mereka berdua sadari Reno dan Jeri sedang cekikikan pelan sambil lempar kode penuh arti, merasa kalau pasti cocok jika menjodohkan keduanya.

Tapi ada satu orang yang tidak nyaman.

Dafa, lelaki itu entah kenapa rasanya pengen cepat-cepat mengusir Riski dari rumahnya.

Dan juga ngapain mereka berdua tatap-tatapan begitu? DIH ALAY!

***

TBC.

Dafa gengsian bgt

Bukan Sugar Daddy(end)Kde žijí příběhy. Začni objevovat