Valcano tertawa lalu melenggang pergi setelah mendapatkan izin dari kedua orang tuanya. Tentunya dia tidak izin dengan gamblang jika dia pergi ke club. Bisa habis dia di mutilasi Rion.

•••

Ciko dan Avines menatap gadis-gadis yang tengah menari di atas lantai dance floor. Ciko memperhatikan dengan senyum-senyum seperti orang gila saja.

Avines menyenggol bahu temannya itu. “Biasa aja, bro, kalau liatin. Ilernya mau jatuh duh.”

“Anying, boong lo sama gue!” Ciko mengusap punggung tangannya yang gatal. “Liat deh, Vin, sexy parah sih. Sabilah di mainin buat malam ini. Barangkali dia bebas kan?”

Avines menggeleng. “Gue nggak bakal selera kalau ceweknya dari tempat kayak gini.”

“Kumat kan, sok alim lo.”

“Matamu sok alim, gue serius.”

Ciko mendumel. “Dinikmati aja lah, cewek disini pasti mau-mau aja.”

“Pandangan lo salah kalau kayak gitu, Ko.” Nasihat Avines. “Yok bisa yok, Istighfar sama gue..”

Ciko menjulurkan lidahnya lalu pergi dari hadapan Avines, sedangkan Avines hanya geleng-geleng kepala sambil mengikuti langkahnya.

“Selain bermulut pedes, ternyata dia juga nggak waras,” gumam Avines.

Valcano tengah memegang botol alkohol, ini sudah botol yang ketiga dia minum. Sekarang, dia merasakan jika kepalanya pusing, pandangan kabur namun dia masih bisa  mendengar sekitarnya.

Seorang gadis cantik dengan pakaian kurang bahan serta warna yang mencolok datang ke arahnya. Duduk di samping Valcano lalu meraih leher Valcano.

“Hei..” Ucapnya sensual. “You want me?"

Gadis itu mencium bibir Valcano dan sialnya di balas dengan Valcano.

“Gosh.. Ternyata lo good kisser ya.” Gadis itu mulai melancarkan aksinya.

Valcano meladeni gadis itu, dia menaruh botol yang dipegangnya lalu membelai rambut gadis itu. Dalam benaknya, dia seperti menatap Cilla, seolah apa yang dilakukannya saat ini itu dilakukan bersama dengan Cilla.

Lelaki itu meraih tengkuk gadis tersebut lalu melumat bibirnya.

“Oh shit.” Gadis itu melanjutkan aksinya. “Whoah.. Nggak nyangka lo liar banget, Valcano.”

Valcano melepaskan tangannya dari tengkuk gadis itu, tangannya terlentang dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Matanya kembali terpejam tanpa peduli apapun, karena setiap di tempat ini, Valcano tidak akan memikirkan apapun.

Gadis itu tersenyum nakal, mengambil handphonenya lalu mencium bibir Valcano dan memotretnya. Valcano kembali membalas ciuman gadis itu.

“Akh, Cilla.” Ucap Valcano saat gadis tersebut melepas tautan mulut mereka.

Bye, bibir lo enak, Val.” Gadis itu kemudian pergi.

Valcano semakin merasakan pusing saat lantunan musik DJ semakin keras. Karena kesal, dia memilih untuk menghabiskan minumannya hingga tandas lalu membanting botol itu ke lantai sampai pecah.

ValcanoWhere stories live. Discover now