L I M A P U L U H E M P A T

283 19 4
                                    

Happy reading

Seperti bulan yang tidak akan pernah bisa menjadi mentari untuk memberi cahayanya. Bulan ya tetap bulan yang hanya memberi kegelapan untuk bumi dan tidak akan pernah bisa untuk menjadi mentari yang sangat di butuhkan dalam kehidupan
~ Manda lia putri ~

Malam ini setelah makan malam dan belajar. Marsha memutuskan untuk melakukan misinya, ia masih ragu apakah iya kakaknya terlibat dalam sosok hitam yang mencelakainya itu.

Ia terus berjalan dengan mengendap-ngendap, takut-takut jika anggota rumahnya masih terbangun di tengah malam. Saat ia sudah tepat berdiri di kamar kakaknya ia bisa mendengar samar-samar ada suara percakapan di dalam sana.

Sialnya lagi ketika ia ingin mendengar lebih jelas suaranya tiba-tiba ponselnya berbunyi dengan cukup keras, membuat Marsha menjadi kelimpungan di tempat.

"Suara apa itu," gumamnya di dalam kamar, ketika mendengar ada suara dering ponsel dari luar.

Salsa pun langsung mematikan sambungannya dengan cepat dan melihat dering ponsel siapa yang menganggunya di tengah malam begini, dan ketika ia membuka pintu kamarnya ia tidak mendapati siapa-siapa di sana. Ia terus mencari-cari dan melihat sekeliling kamarnya yang nampak sepi-sepi saja seperti sebelumnya.

Salsa bernafas lega dan menutup kembali pintunya dengan rapat. Di balik tembok Marsha menahan nafas susah, kala ia hampir saja ketahuan oleh kakaknya. Ketika melihat kondisinya sudah aman ia segera melihat siapa yang menelponya tengah malam begini dan ketika ia melihat namanya ia melototkan matanya tak percaya saat melihat ada nama Dion yang tertera di panggilan terakhirnya.

Ia ragu harus mengangkatnya kembali atau tidak, takut jika Dion marah kalau di mengangkatnya. Tapi, bentar bukannya Dion yang menghubunginya dahulu, mana mungkin kan dia yang salah kepadanya. Dari pada menunggu lama ia pun segera menggeser layarnya ke ikon telpon.

"Halo."

Di sebrang sana hati Dion menghangat ketika mendengar suara Marsha untuk pertama kalinya ketika sudah putus. Sudah beberapa hari ini Dion menjauh dan tidak menukar kabar dengannya, membuat setengah hatinya merasa rindu ketika berada di dekatnya.

Masih tidak ada jawaban di sebrang sana, membuat Marsha terus-terusan melihat ponselnya takut jika Dion memutuskan panggilanya secara sepihak, dan ketika ia melihat ponselnya masih ada angka 01.00 yang terus berjalan menandakan masih ada panggilan di sebrang sana.

"Kalau mau ngomong cepetan, nggak ada waktu!" ketusnya di sebrang sana.

Dion tersadar dari lamunanya, sekarang Marsha bukan Marshanya lagi tapi Marsha orang lain.

"Gue cuman mau bilang nanti besok lo datang ke ruangan musik pagi-pagi sebelum berangkat, ada hal yang gue mau omongin sama lo."

Tut...

Panggilan pun langsung terputus sepihak, bukan Marsha yang mematikannya dahulu, tapi Dion yang mengakhirinya. Di kamar Marsha hanya menggerutu kesal ketika mendengar Dion yang sekarang sudah berbeda dengan Dion yang dulu, dan kenapa Dion harus menjauhinya. Marsha tidak masalah kalau Dion putus dengannya, tapi Marsha tidak ingin setelah putus dengannya Dion tiba-tiba menjauhinya seperti ini. Seperti bukan Dion yang Marsha kenal lagi.

🌼🌼🌼

Saat hendak berangkat ke sekolah tiba-tiba ada sebuah proyektor di hadapannya yang menunjukkan ada seorang gadis yang sedang berdiri tepat di hadapan papahnya saat waktu kejadian, dan parahnya lagi orang itu tidak mengantarkannya ke rumah sakit melainkan langsung kabur dari rumahnya.

MarshaWhere stories live. Discover now