E M P A T P U L U H S A T U

272 17 4
                                    

Happy reading

Jangan menyalahi orang tanpa ada bukti yang kuat kalau orang itu adalah penyebab dari semuanya, cermatilah, telitilah dan cari bukti yang sebenarnya. karena semua tuduhanmu itu akan berdampak buruk bagi si penderita.


"Maafin aku ya Sha, aku janji nggak bakal ngungkit buku diary kamu lagi. Tapi kamu jangan sedih lagi," ucap Dion yang melihat Marsha terus saja menangis karenanya.

Marsha menatap Dion, Dion yang ditatap seperti itu hanya tersenyum tipis membuat Marsha yang tadinya menangis kencang seketika langsung mereda tangisanya. Marsha tidak bisa melihat senyum Dion yang menurutnya sangat lucu sekali dimatanya, apalagi ketika ia tersenyum matanya seketika langsung menjadi manis dan sipit tidak seperti biasa-biasanya yang terlihat sangat tajam.

"Janji ya."

Dion mengangguk, "janji, tapi jangan sedih lagi," kekeh Dion.

Marsha pun ikut terkekeh kecil seraya langsung menyeka air matanya.

"Nah gitu ketawa kan keliatan bagus nggak jelek-jelek amat."

"Ih dikira barang apa bagus-bagus gitu," kesal Marsha mengerucutkan bibirnya kesal.

"Sha duduk sini," tepuk Dion mengalihkan topik seraya menepuk-nepukkan tempat duduk disampingnya. Mengayunkan kakinya diatas rumah pohon itu.

Marsha mengangguk seraya duduk di pinggir Dion, melihat betapa tingginya rumah pohon ini dari bawah.

"Takut Yon," cicit Marsha yang seketika matanya langsung menatap bawah. Entah kenapa saat ia sedang berada di ketinggian pasti matanya selalu melihat kebawah bukan lurus kedepan.

"Nggak usah takut, kan bukan buaya juga dibawahnya yang bisa makan kamu seperti daging ayam."

"Ih serius juga," pukul Marsha kesal.

Dion hanya bisa tertawa lagi melihat Marsha yang sudah terlihat kesal olehnya.

"Yon boleh sedikit cerita ga, siapa gadis kecil yang lo temuin disini?" tanya Marsha yang sudah mengalihkan pandangannya ke arah Dion.

"Kamu tahu kan kalau tempat ini adalah tempat bersejarah dimana aku ketemu sama teman kecil aku dulu. Jujur dia itu adalah teman pertama aku yang aku miliki sebelum ada Manda, Koko dan Reyhan."

"Dan saat itu juga gadis kecil itu sedang menangis diatas rumah pohon ini sendirian, ditemani dengan guyuran hujan dan guntur yang menggelegar. Disitu aku nggak tahu bahwa ada gadis kecil yang sedang menangis disana, aku hanya mengira bahwa orang menangis itu hanyalah hantu yang ada dihutan ini, dan ketika aku melihatnya aku terkejut saat melihat ada gadis kecil yang duduk sendirian disana, ditempat ini yang kamu duduki sekarang. Gadis itu terlihat manis wajahnya, tapi ketika aku menghampirinya keatas gadis itu seketika langsung berubah menjadi ketakutan. Aku disitu tidak mengerti apa salah aku sampai gadis kecil itu sampai ketakutan seperti itu, gadis kecil itu semakin menangis dengan tinggi kala itu. Aku tak tahu harus bagaimana lagi dengan gadis kecil itu, aku hanya memegang buku diary yang mamah aku kasih saat didetik-detik terakhir mamah meninggalkanku selama-lamanya kala itu," jeda Dion yang membuat Marsha yang mendengarkannya bertambah penasaran.

"Terus gimana, kamu kasih buku diary itu?" cerca Marsha.

Dion hanya menggeleng, "awalnya aku nggak mau kasih buku diaryku sama dia, karena buku itu adalah buku kenangan mamah satu-satunya yang aku punya. Tapi, ketika aku melihat gadis kecil itu yang terus menangis akhirnya aku pun memutuskan untuk mengasihkan buku diaryku kepadanya bermaksud untuk menghibur dirinya agar tidak menagis lagi. Dan benar ketika aku menyodorkan buku diaryku, tiba-tiba si gadis kecil itu berhenti menangis, menatapku dengan tatapan sayu seraya mengangkat satu alisnya,"

MarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang