E M P A T P U L U H D U A

259 18 1
                                    

Happy reading

Kau bagaikan pelangi, yang bisa mengubah warna biasa menjadi luar biasa di langit. Tapi, pelangi tetap pelangi yang akan hilang dalam beberapa menit dan tidak akan selamanya berada di langit~ Dion adistriawan.

"Makasih Yon udah buat hari ini menyenangkan, ya walaupun ada sedikit sedihnya juga," kekeh Marsha merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan karena tertiup angin dijalan.

"Iya makasih juga udah mau mendengarkan ceritaku," ucap Dion seraya menarik kedua sudut bibirnya kecil.

Marsha yang melihatnya ikut tersenyum bahagia.

"Kok senyumnya kecil banget si, yang lebar dong kaya gini nih," ucap Marsha menarik kedua sudut bibir Dion dengan lebar membuat Dion yang merasakannya terlihat sangat tidak enak di pipinya.

"Kan bagus," puji Marsha melihat karyanya.

Dion masih tersenyum lebar membuat bibirnya terasa kering dan kaku.

"Nggak biasa Sha," keluh Dion yang merasa tidak enak harus senyum lebar-lebar seperti ini.

"Bisa karena terbiasa, kalau kamu terbiasa senyum kaya gitu pasti bisa kok."

"Oh ya, buku diary kamu. Tapi, maaf ya banyak curhatan aku didalamnya," ucap Marsha memberikan buku diarynya yang sudah banyak dipenuhi coretan-coretan tentang kehidupannya.

Dion mendorong buku diary itu, "nggak usah, buat kamu aja, kan aku udah kasih buku itu sama kamu," ucap Dion tersenyum, bukan tersenyum tipis lagi melainkan tersenyum dengan lebar seperti yang Marsha ajarkan kepadanya bisa karena terbiasa.

Dion yang sejak kecil tidak pernah tahu apa itu kebahagiaan hanya bisa memendamnya, tidak pernah tersenyum sedikit pun kepada orang lain, menutup hatinya dalam-dalam agar orang lain tidak mengetahui kehidupan sebenarnya dan hal itu lah selalu ia terapkan sampai sekarang. Tidak pernah tersenyum dan berbicara hanya seperlunya saja selebihnya hanya diam.

Dan sekarang karena Marsha hidupnya sedikit lebih berwarna dari sebelum-sebelumnya, selalu banyak tersenyum ya walaupun cuman sedikit-sedikit saja. Tapi, ia sangat bersyukur bisa membuka lembaran hitamnya menjadi lembaran yang berwarna.

"Kok bengong si, kamu lamunin aku ya," pd Marsha tersenyum jahil.

Dion yang seketika sadar dengan lamunannya langsung mencole hidung Marsha cepat, "pd banget."

"Hmm, puji pacar sendiri lah sekali-kali," ucap Marsha mengerucutkan bibirnya.

"Nggak usah dipuji nanti makin tinggi, kalau udah tinggi nanti bakalan jatuh, jatuh kan sakit jadi jangan banyak dipuji."

"Ya udah aku pulang dulu ya, hati-hati masuknya," pamit Dion yang sudah memasangkan helmnya dikepala.

"Iya, kamu juga hati-hati dijalan," balas Marsha yang di beri anggukan kecil dari Dion.

Dion mulai menyalakan motornya seraya beranjak pergi dari sana, melesatkan motornya dengan kecepatan sedang untuk membelah jalanan ibu kota yang cukup ramai disore hari. Marsha pun melambai-lambaikan tangannya saat Dion yang sudah mulai menjauh dari hadapannya.

"Fisa!" teriak Salsa menepuk bahu Marsha dengan cukup keras, membuat Marsha yang sedang melihat Dion dari kejauhan seketika langsung terkelonjak kaget.

Salsa tertawa keras kala melihat Fisa terkaget atas tepukan bahunya, "Fisa kaget, Fisa kaget," ucap Salsa mengulang-ngulangkan katanya terus menerus seraya terus tertawa dengan kencang.

Marsha hanya bisa tersenyum menatap kakaknya yang terlihat bahagia.

"Kamu lagi apa disini?" tanya Salsa yang sudah berhenti tertawa.

MarshaWhere stories live. Discover now