L I M A P U L U H D U A

295 20 0
                                    

Happy reading

Setidaknya aku pernah jadi payung
sebagai peneduh. Walaupun pada
akhirnya engkau pergi menjauh.

Sebelum berangkat ke sekolah Marsha masih mengingat betul obrolan chatnya bersama Kania kemarin malam. Kania menyuruhnya untuk membawa apa saja yang berhubungan dengan orang serba hitam itu. Ia Hanya memiliki kertas teka-teki yang ia temui di rooftop sekolah. Apakah ia harus membawanya kepada seseorang yang belum ia kenal sepenuhnya?

Tadinya Marsha tidak ingin menyelidiki ini lebih dalam, tapi karena Kania yang terus saja kekeh untuk menyelidiki kasus ini membuatnya harus ikut dalam agen dekektif. Marsha tidak ingin hanya melibatkan Kania dalam pencaharian kasusnya ini. Karena ini adalah masalahnya dengan orang itu, bukan dengan Kania.

"Lo udah bawa barangnya?" tanya Kania menatap Marsha dari kaca mobil.

Marsha hanya diam, apakah ia harus memberikan teka-teki ini kepada Kania. Marsha membuka tasnya ragu, mencari buku diarynya yang ia simpan di dalam tas. Marsha yakin bahwa Kania tidak akan berkhianat dalam hal ini.

"Gue cuman punya ini," ucapnya menyodorkan sebuah kertas lecek dan kusam.

"Di dalam aja ngomonginnya Sha, takut ada orang yang liat kita," bisik Kania yang dapat anggukan kecil dari Marsha.

"Tadi gue liat di rumah lo ada yang liatin kita dari tadi."

"Mana ada, orang di rumah nggak ada yang tau tentang ini," tuturnya dengan nada yang tak suka. Ia tidak suka saat orang-orang menuduh keluarganya yang tidak-tidak.

"Lo memang nggak kasih tau, tapi orang itu akan tau tentang omongan kita tadi."

"Pokoknya kalau lo mau ngomong sama gue, ke satu jangan pakai telpon. Kedua ponsel harus di kunci dengan kunci yang nggak orang lain tau, dan harus di bawa terus ponsel lo."

"Kenapa harus gitu?"

"Lo nggak tau Sha, gimana hebatnya orang-orang itu untuk mencari informasi tentang kita melalui ponsel."

Seketika itu juga Kania menjadi teringat dengan kata-kata film yang ia tonton tadi malam. Semalaman Kania menonton film tentang agen detektif, menurutnya menonton film seperti ini bisa membuat referensi tentang mencari tahu kasus ini semakin lancar.

"Dan satu hal lagi, jangan kasih tau siapa-siapa tentang rencana kita. Termasuk teman deket lo, pacar lo ataupun keluarga lo sendiri. Karena bisa jadi orang yang ada di deket lo adalah pelaku utama dari orang yang mencelakai lo."

"Termasuk lo juga dong, lo kan temen deket gue," celetuknya sangat-sangat polos, saking polosnya membuat Kania ingin segera juga menamparnya saat ini. Tapi sudahlah menampar tidak akan menyelesaikan semuanya.

"Kecuali kita berdua Sha, kalau orang lain jangan tau."

Sekarang Marsha mengangguk mengerti.

"Dan ketika orang-orang mulai bertanya tentang kedekatan kita, lo jawab aja kalau kita cuman ketemu di jalan tadi," titah Kania saat melihat di sekolahnya sudah banyak orang-orang yang berdatangan. Pasalnya di sekolah banyak sekali tembok-tembok berbicara, lebih baik diam dari pada mengumbar keburukan.

Marsha mengangguk kedua kalinya. Ia segera keluar duluan untuk menghindari orang-orang yang mencurigainya. Setelahnya Kania ikut keluar di iringi dengan beberapa temannya yang sudah menunggu di parkiran.

Di koridor Marsha menatap cemas satu persatu orang yang berada disana, apakah iya orang-orang di sini juga sama berbahaya dengan orang itu. Sekarang Marsha seperti agen dekektif saja yang harus mewanti-wanti semua orang yang ada di sini.

Marshaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن