L I M A P U L U H S A T U

Mulai dari awal
                                    

"Dan kejadiannya sama dengan apa yang gue alami saat itu," ucapnya yang sudah mensampingkan tubuhnya ke arah Kania.

Kania menatap Marsha sebentar sebelum akhirnya dia berbicara, "dan lo tau saat gue ikutin dia dari belakang. Dia malahan hilang seolah dia sembunyi untuk merahasiakannya," kata Kania seraya membayangkan kejadian beberapa minggu yang lalu.

Marsha merasa bingung apakah ia harus menceritakan yang sebenarnya pada Kania, pasalnya ia tidak terlalu dekat dengannya.

"Lo kenapa? Lo tau tentang dia?" cerca Kania yang masih fokus mengendarai mobilnya.

Marsha hanya menggeleng tidak tahu.

Kania menghembuskan nafas kasar, "gue tau lo bohong Sha, lo nggak bisa bohong dari gue."

Sudah Marsha tebak dirinya tidak pandai untuk berbohong, ia menarik nafasnya berusaha untuk terlihat biasa saja di mata Kania, "gue nggak tau lagi Kan tentang dia."

"I'ts okey kalau lo nggak mau kasih tau lagi ke gue, tapi jangan hentiin gue kalau gue mau membongkar siapa dia sebenarnya."

"Jangan, itu terlalu berbahaya."

"Gue nggak takut, malahan ini seru banget buat gue mecahin suatu misteri dan teka-teki. Seperti seorang detektif," kekeh Kania seraya menghentikkan mobilnya di sebuah rumah yang cukup besar.

"Udah sampe," ucapnya kepada Marsha.

Marsha mengangguk mengerti, membuka seatbeltnya dan menatap Kania sebentar.

"Kenapa lo lakuin itu?" tanya Marsha yang masih setia duduk disana.

"Karena gue kenal lo."

"Gue tahu lo kenal gue, tapi kenapa sampai lo mau naruhin nyawa lo sendiri untuk membongkar semuanya. Lo tau kan gimana bahayanya dia tadi," kesalnya yang dapat kekehan kecil dari Kania.

Sekarang Kania sudah menghadapkan tubuhnya ke samping, menepuk-nepukkan tangannya kepada Marsha seolah meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja.

"Jangan khawatirin gue. Gue bisa sendiri."

"Tap- "

"Udah Sha, gue mau dengar lagi."

"Sekarang lo masuk aja, biar gue yang urus semuanya," titah Kania.

Marsha ingin berbicara lagi kalau ini sangat berbahaya. Tapi, Kania sudah menghentikannya.

"Udah Sha, masuk sana," titah Kania lagi. Marsha pun turun dari mobil. Setelahnya Kania langsung melajukan mobilnya pergi dari sana, tanpa berpamatin terlebih dahulu.

Marsha menghembuskan nafas lelah, kenapa Kania sangat bersi keras sekali untuk membongkar orang misterius itu. Dia tidak bisa membiarkan Kania menyelidiki ini sendiri, dia harus menghentikkannya.

🌼🌼🌼

Seperti hari biasa Dion selalu meluangkan waktunya untuk menjenguk papahnya setelah pulang sekolah.

"Maafin Dion pah, yang belum bisa tau siapa orang yang menyelakai papah waktu itu," ucapnya yang merasa sangat bersalah sekali sebagai seorang anak, yang merasa tidak berguna untuk papahnya.

Dion hanya bisa menunduk lemah, ia tidak punya siapa-siapa sekarang. Marsha yang selalu ada untuknya kini sudah ia tinggalkan dengan percuma, papah yang selalu ada untuknya kini juga meninggalkannya. Sekarang hanya ada dia sendiri saja di sini.

"Nggak usah sedih, masa anak cowok sedih," ucap seseorang menepuk bahunya dengan pelan.

Dion mendongak melihat siapa orang itu. Saat pandangannya bertemu Dion hanya bisa menghela nafas berat melihatnya.

MarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang