17 : Valcano aneh

Comincia dall'inizio
                                    

Bersyukur seharusnya

Ye
Bnyk bet tf nya

Gpp

Jdi sungkan

Anggp aja kyk tmn sendiri

Leh?
Kan emang anda papa saya
Gimana sih?

Lupa kalo pnya ank kyk kamu

Dahlah

Valcano mendengus kesal lalu mematikan handphonenya.  Dia menghampiri Avines yang sedang bermain PS dengan Nams.

“Di tf dong sama bokap,” kata Valcano.

Nams menatap Valcano. “Asik, ke club kita.”

“Jangan ah, bosen!” Sahut Tara.

“Lebih enak disini, tenang, terang, nggak berisik. Palingan juga cuma denger Ciko misuh-misuh nggak jelas,” kata Seno sambil memakan snacknya.

Mendengar namanya yang disebut, Ciko yang duduk agak berjauhan dari mereka langsung menatap dengan tatapan menunjukkan jika dia tersinggung. “Gue lagi! Salah perasaan Ya Tuhan.”

“Lo nggak ada benernya, asli.” Valcano tertawa.

“Hidup aja salah,” balas Nams.

“Apalagi nafas,” jawab Seno.

“Anjing lo semua!” Teriak Ciko, emosi. “Gue kalau jadi psycho pasti lo semua udah mati!”

“Tewas menggenaskan!” Avines mendramatisir.

“DUAR!” Teriak Tara.

“Me—”

Belum sempat Ciko melanjutkan perkataannya, namun Valcano langsung melemparkan botol soda ke arah Ciko agar tidak melanjutkan ucapannya.

“Me—Messa maksutnya,” kata Ciko.

“Yeuh,” cibir Tara.

Valcano menjauh dari sana ketika Cilla menelfonnya, dalam benaknya kenapa gadis itu menelfonnya? Apakah ada sesuatu hal yang membuatnya terusik?

“Halo? Kenapa, Cil?”

“Capek.”

“Istirahat.”

“Aku butuh kamu, bukan istirahat.”

“Gue lagi ngumpul sama temen gue,” kata Valcano pelan. Rasanya dia tak enak, padahal dia baru saja baikan dengan gadis itu. “Maaf ya.”

“Iya.”

Tut.

Valcano menghela nafas, sekarang dia jadi takut jika sampai membuat hati Cilla terluka. Bagaimana caranya agar dia lepas dari tanggung jawab untuk menjaga Messa? Dalam situasi sulit seperti ini itu akan membuat Cilla terluka, bisakah Valcano membuat Cilla bahagia?

•••

Cilla melihat King di gerbang, gadis itu langsung menghampiri King yang berjalan santai.

“King!”

“Eh, Cil? Baru datang nih ya?” King berbasa-basi.

Cilla mengangguk. “Iya.”

Jeane tiba-tiba muncul yang membuat mereka berdua kaget. Gadis itu berjalan di samping Cilla. “Ciah, kaget ya..”

“Enggak,” sahut King.

“Cilla, lo udah minum obat apa belum? Udah sarapan belum?” Tanya Jeane.

“Belum,” kata Cilla.

King mendengarkan mereka. “Lo sakit, Cil? Kok bisa? Sakit apa emangnya?”

“Pilek,” kata Jeane.

“Nyamber aja kayak petir!” King berjalan dahulu, Jeane langsung mengejar lelaki itu.

“Gitu aja ngambek.”

Cilla menggelengkan kepalanya melihat interaksi keduanya. Tangannya digenggam oleh Valcano yang memang sedari tadi mengikutinya di belakang. Cilla kembali kaget melihatnya, dia menatap Valcano yang lebih tinggi darinya.

“Sendirian ya.”

“Val.” Cilla memperhatikan tangannya yang di genggam oleh Valcano.

“Gue nggak mau lo deket-deket sama cowok lain, selain gue.” Valcano mengikis jarak diantara mereka lalu membisikkan sesuatu. “Milik Valcano akan selamanya jadi miliknya, nggak akan pernah di lepas atau di buang.”

“Dih, bisa gitu ya?”

“Bisalah.” Sebisa mungkin gue bakal berada disisi lo, Cil.

“Capek,” kata Cilla sambil berhenti melangkah. Valcano mengambil alih tas yang tersampir di pundaknya.

“Gue bawain.”

Cilla menghela nafas karena lelah, rupanya penyakitnya sudah mulai menyerangnya. Valcano mengajak Cilla duduk di bangku yang ada di depan area kelas sepuluh karena lorong kelas sebelas harus melewati lorong kelas sepuluh.

“Masih capek?”

“Iya.”

“Mau gue gendong?” Tawar Valcano, kedua alisnya naik turun.

Seketika mata Cilla melebar. “Ini disekolah.”

“Gapapa dong, biar mereka tahu kalau lo milik gue.”

“Hus.”

“Cantik banget, cewek siapa nih kiw?”

“Tengil banget kamu.”

Valcano menggaruk tengkuknya, apaya.. Dia hanya berusaha romantis dengan Cilla, Cilla menahan senyumnya melihat ekspresinya.

“Gendong..” Rengek Cilla, manja.

“Manja!” Jawab Valcano. Lalu, tangan lelaki itu terulur untuk menggapai tangan Cilla, membantunya berdiri. “Ayo ke kelas, sebelum Bu Pita menerkam.”

“Bu Vita.” Cilla mengkoreksi.

“Iya.” Valcano menjawab. “Cil, lo tau nggak bedanya lo sama ikan.”

“Apa?”

“Kalau lo manusia, kalau ikan hewan.”

Cilla melirik Valcano sekilas, setelah itu dia melepaskan tangan Valcano dan berjalan mendahului lelaki itu.

“Tunggu oy, baper amat lo jadi cewek.”

•••

Tengil bet jdi cowo lo Val😩

ValcanoDove le storie prendono vita. Scoprilo ora