Sedangkan Gilang, laki-laki itu sudah menjalankan motornya untuk mencari soto ayam malam-malam seperti ini. Biasanya Warung soto ayam langganannya masih buka sampai tengah malam. Gilang sudah membayangkan betapa nikmatnya ia memakan soto ayam di malam yang dingin seperti ini.

Setelah menempuh perjalanan selama sepuluh menit, Gilang sampai di warung soto ayam langganannya. Dan benar saja jika warung tersebut masih buka. Biasanya mayoritas orang-orang yang makan di sini adalah sopir travel. Haha!

Setelah memarkirkan motornya, Gilang langsung masuk ke dalam warung tersebut.

"Mbok seporsi ya soto ayamnya,"

***

Alana terbangun dari tidurnya. Belum sepenuhnya sadar, tangannya meraih handphone yang ia letakkan di atas nakas dekat ranjang. Matanya masih menyesuaikan cahaya yang ada di dalam kamarnya.

Lalu, ia membuka handphone-nya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua. Ia menoleh kesamping untuk mencari keberadaan Gilang. Namun, Gilang tidak ada di sampingnya. Alana berdecak kesal. Pasti Gilang lembur malam ini, begitu pikirnya.

Entah kenapa tenggorokannya terasa kering. Perempuan itu akhirnya bangun dari tidurnya. Niatnya mengambil air minum. Sebenarnya, Alana malas untuk berjalan kedapur saja. Dengan langkah yang gontai, Alana berjalan masuk kedalam dapur. Ia melihat kulkas yang terbuka sedikit. Alana memutar bola matanya dengan malas dan berdecak kesal. Pasti itu kelakuan suaminya. Kebiasaan Gilang lupa untuk menutup pintu kulkas dapur.

Alana mengambil gelas kaca yang ada didalam lemari dan mengambil air dingin didalam kulkas untuk di tuangkan dalam gelasnya.

Setelah selesai, Alana berjalan untuk kembali ke kamarnya. Namun, langkah kakinya terhenti ketika melihat dua manusia yang membuatnya terkejut saat ini juga. Seketika itu, mata Alana yang tadinya sangat mengantuk menjadi terbuka lebar. Detak jantungnya berdegup dengan kencang. Seketika itu juga, emosinya naik ke ubun-ubun. Seolah-olah akan meledak saat ini juga. Kedua tangannya sudah menggenggam erat kuku-kuku tangannya hingga memutih. Sumpah demi apapun, Alana ingin melempar benda apapun yang ada di dekatnya saat ini. Lampu kaca hiasan misalnya yang terletak manis diatas meja cokelat.

Tangannya sudah meraih lampu hias kecil yang diletakkan di atas nakas. Walaupun benda itu terlihat kecil, tapi berat. Rasakan untuk Alana menghilang seketika. Ketika tangannya sudah melayangkan lampu hias itu ke atas, dengan cepat Gilang memegangi kedua tangan Alana.

"Apa yang kamu, lakuin?" Begitu tukas Gilang yang membuat Alana menatap tajam padanya.

"Apa kamu, bilang?!" Bentak Alana dengan amarah. Mata bulatnya yang hitam semakin lebar.

"Alana istighfar," begitu kata Gilang. Namun, Alana tidak mendengarkan kalimat itu. Tetapan Alana yang menajam ke arah Bella. Jika hukum membunuh sah Allah sudah membunuh perempuan itu.

Bagaimana mungkin Bella yang ia anggap teman baik, malah melakukan hal yang membuatnya sakit.

Dengan jelas Bella telah memeluk Gilang dari belakang. Walaupun sebenarnya, Alana juga melihat jika Gilang berusaha lepas dari kungkungan pelukan perempuan itu. Namun, tetap saja membuat Alana sakit.

Istri mana yang tidak sakit melihat suaminya berpelukan dengan perempuan lain? Walaupun Gilang tidak membalas pelukan itu. Tetap saja rasa sakit menjalar ke tubuh Alana.

Teman yang ia anggap baik, ternyata menusuknya dari belakang. Hal yang paling menyakitkan. Walaupun Alana berusaha tidak dirasa terlalu dalam, agar tidak terlalu sakit hati. Supaya kita tahu lebih dari awal kualitas orang itu.

Memang terkadang itu, penjahat juga teman sendiri. Kelihatannya berteman, dan saling membantu sama lain. Padahal, kadang teman malah merasa iri dan menciptakan persaingan secara diam-diam. Yups! Merasa tersaingi.

Alana menghembuskan nafasnya dengan berat. Berusaha menghilangkan amarah yang menggebu-gebu saat ini dan ingin sekali Alana menjambak rambut perempuan itu.

Hal paling menyakitkan itu, mengetahui bahwa kita telah di bohongi dan dimanfaatkan oleh orang yang kita sudah anggap keluarga sendiri. Dunia memang selucu itu. Hukum saja bisa di beli. Haha!

Alana maju mendekati Bella, namun dicegah oleh Gilang, "APA KAMU?! MAU NGELINDUGIN DIA, KAH?" begitu bentak Alana sembari mendorong Gilang mundur. Walaupun kekuatan Alana tidak sekuat Gilang.

Alana langsung menjambak rambut perempuan itu, "heh! Bangsat! Udah di tolong tapi nggak tau diri!" amarah Alana meledak. Sedangkan Gilang juga sudah tidak bisa bergerak, jika ia menarik Alana, Alana akan menuduhnya membela Bella.

Bella yang dijambak seperti itu hanya bisa menangis ketakutan.

"Kamu takut sama, aku?"

"Pikir make otak! Waktu kamu meluk suamiku, kok kamu nggak, takut?!" cecar Alana.

Bella hanya menangis sesenggukan.




CINTA PALING RUMIT ( Update setiap Hari)Where stories live. Discover now