MILAGRO || 27

8.5K 2.5K 1K
                                    

27. Memanfaatkan Waktu

•••

Arion tak tenang duduk di kursi tunggu dekat ruang operasi. Pikirannya bercabang kemana-mana. Dia panik, khawatir, takut, semuanya bercampur menjadi satu rasa yang tidak menyenangkan. Beberapakali harus menggosokkan telapak tangannya yang basah pada celana kotor terkena debu.

Ntah kenapa, ketakutannya bertambah dua kali lipat. Beruntungnya dalam tubuh Barat, Arion bisa melepaskan rasa cemasnya tanpa perlu berpura-pura baik-baik saja.

"Tenang, gak boleh panik. Gak boleh." Beberapakali Arion mencoba menenangkan diri. Mencoba menekan dadanya kuat-kuat, menepis jauh-jauh kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Sampai Nindy duduk di sampingnya setelah berbincang dengan satu dokter.

"Operasinya lancar. Nasha baik-baik aja," kata Nindy membuat Arion akhirnya bisa mengembuskan napas lega. Kurang lebih satu jam adiknya harus menjalani operasi usus buntu.

"Terimakasih. Karena langsung bawa Nasha ke rumah sakit."

Baik Arion maupun Nindy, menatap ke depan di mana Kaynara berdiri sambil memeluk tas sekolah Nasha. "Kalau dia sampai kenapa-kenapa, saya gak bisa maafin diri sendiri lagi."

Nindy tersenyum simpul, mencoba menenangkan. "Nasha baik-baik aja. Dia anak yang kuat."

Arion ingin mendekat, menghampiri Kaynara dan mendekapnya. Tapi tidak bisa, seolah ada yang menahannya untuk tetap diam dengan segala kenyataan yang saling membentur dibagian otak dalamnya.

•••

"Lo, oke?" Raefal menyerahkan susu kotak pada Arion, lalu duduk di sampingnya sembari menenggak minuman soda.

"Oke," balas Arion dengan lemas. "Gue tadi panik banget, takut Nasha kenapa-kenapa."

Satu tangan Raefal mengusap rambut Arion, tersenyum geli. Sedikit gemas. "Coba belajar, kalau di tempat umum jangan make gue-lo. Masa anak kecil kayak gini? Kasian, ini muka Barat gemoy malah terkontaminasi sama lidah toxic, lo."

"Sialan!" desis Arion.

"Nah, kan. Bocil gak boleh ngumpat."

Raefal tertawa. Melihat Arion ikut menarik senyumnya, membuat Raefal sedikit lega.

"Gak papa, perasaan takut itu wajar. Sekarang semangat, Nasha masih butuh lo. Jangan sedih kek gini, gak cocok."

Arion tersenyum, mengangguk. Apalagi saat orang-orang di sekitar mereka menatap dengan hangat. Pasti dipikiran mereka, Arion dan Raefal seperti adik kakak. Didukung keduanya masih mengenakan seragam sekolah dengan warna celana yang berbeda.

"Teteh Mega ke mana?"

Raefal mengendikan bahu, mengulum senyum. "Teteh Mega langsung kabur. Katanya nanti malam aja dia ke sini."

"Dedek Barat mau diem terus di sini?" lanjut Raefal.

"Nggak, Om."

"Sialan!" balas Raefal.

Keduanya pun melepas tawa bersama, beranjak dari ruang tunggu lobi menuju lantai tiga rumah sakit.

•••

"Gimana? Masih nangis? Masih belum sadar?" tanya Nia beruntun saat Kaynara keluar dari kamar inap Nasha dengan lemas.

"Masih. Nanas masih nangis dalam tidurnya. Dia manggil-manggil nama Arion," kata Kaynara.

Rasanya begitu menyesakkan saat melihat Nasha dalam keadaan seperti ini. Terlebih, anak itu sudah tak punya siapa-siapa selain Arion, kakaknya. Yang sekarang pun sudah berpulang.

MILAGROWhere stories live. Discover now