MILAGRO || 17

9.6K 3.2K 2.5K
                                    

17. Punya banyak waktu buat kamu

••

"WHAHAHA!"

Raefal tak bisa mengendalikan tawanya. Sampai harus terjungkal dari kursi sambil memegang perut terasa sudah keram. Akibat terlalu banyak tertawa. Padahal, Axelle belum melontarkan satu kata pun.

"Babi kali lah orang ini. Gue napas aja malah ngakak," seloroh Axelle kesal. Menendang bokong Raefal yang sudah lemah tertawa di bawah.

"Ampun! Iyaaa ampun!" Raefal menyerah. Tenaganya terkuras habis karena tertawa.

Ntah lah, padahal Raefal baru membayangkan tubuh kekar Axelle sebelumnya dan berakhir dengan tubuh ringkih cewek cupu dengan kacamata bulat.

Raefal berdehem mengontrol raut wajahnya agar serius lagi.

"Oke jadi pfft— gimana bisa hinggap nghaha di tubuh ini, Xell?" Raefal menyelesaikan pertanyaan dengan susah payah. Tak kuasa menahan tawa sampai air matanya berhasil keluar.

Omong-omong, mereka sudah ada di rumah Raefal. Ralat, maksudnya rumah Jean karena jaraknya lumayan dekat dari sekolah. Mereka duduk di kursi depan. Keadaan rumah sepi, sepertinya para penghuni masih berada di luar.

Axelle mengembuskan napas capek. Mencoba sabar menghadapi Raefal yang sesungguhnya sangat memancing kepalan tangannya untuk dilayangkan.

"Gue belum ngerti sepenuhnya, Rae. Tapi kayaknya gue ada di tubuh ini karena— LO MAU DENGERIN GUE ATAU GUE BACOK HAH?!" murka Axelle. Kesabarannya habis saat teman kampret nya itu terus tertawa.

"Sorry. Sorry, Xell. Ini lucu sumpah!"

"Hah. Hahh! Bismillah, head shoot!" Axelle mengarahkan kepalan tangannya ke depan mulut, setelah diberi hembusan-hembusan kuat dari napasnya, baru lah ia menghantamkan nya pada rahang Raefal kelewat kesal.

Membuat Raefal terjatuh lagi karena serangan itu. "Lumayan. Buat ukuran cewek ringkih kayak lo." Raefal malah meledek, Axelle menyerah.

Axelle hendak mengangkat kaki ke atas kursi namun Raefal tahan. "Lo pake rok bego."

"Oh, iya." Axelle kembali menurunkan kakinya. Mengedarkan mata ke sekitar.

"Ini rumah lo sekarang?"

"Iya," balas Raefal kembali duduk ke tempat semula. Sembari mengelus rahangnya terasa sakit karena bogeman Axelle.

"Rae," panggil Axelle. Memasang raut sedih. Mengadu, "anu gue hilang."

"Buwung lu terbang kemana?"

"Gak tau gue juga argh!" Frustrasi Axelle meremas rambutnya. "Malah capek bawa dua gunung!"

Raefal ngakak lagi. "Cukup, Xell! Cukup gue gak kuat!"

Axelle menatap Raefal dari atas sampai bawah. Ekspresinya berubah tak terima. "Gue iri, gue bilang."

"Makanya, kalau ngedoa hati-hati." Raefal membenarkan duduknya agar nyaman. "Gue rasa, kita ada di badan yang berbeda juga ada tujuannya masing-masing."

MILAGROМесто, где живут истории. Откройте их для себя