MILAGRO || 16

9.9K 3.3K 3.5K
                                    

Karena gue sayang kalian, walaupun belum nyampe target tetep di up pokoknya mamen🤘

Happy reading! Jangan lupa ramein tiap paragraf buat ongkos parkir nya.

•••

16. They meet

•••

Sampai di SMA Kejayaan, Raefal tak perlu pusing mencari keberadaan Pak Wawan karena beliau sudah menunggu di depan gerbang dengan kedua tangan terlipat di depan. Langsung saja dua pria beda generasi itu bergegas masuk karena kegiatan sudah dimulai sejak beberapa menit lalu.

Setiap langkah yang diambil Raefal, berhasil membuat laju jantungnya semakin cepat. Apalagi, saat melihat satu ruangan yang sudah diisi penuh dengan anak-anak berbau ambis.

Salah satunya, ada Gara di sana. Dengan satu kursi kosong di sampingnya.

"Langsung masuk. Ini kartu pesertanya, J."

"Terimakasih, Pak," balas Raefal. Kemudian duduk di samping Gara mendengarkan arahan dari panitia.

Gara bergumam pelan dengan tatapan tajamnya fokus ke arah depan. "Kali ini, gue bakal kalahin lo, J."

Raefal memutar kepala ke samping. Dalam bidang kimia, Gara tidak bisa diragukan. Dan Raefal, tidak bisa diandalkan.

Sekarang Raefal hanya bisa memilih dua opsi; pura-pura pingsan atau mempertahankan harga diri Jean.

"Gar," panggil Raefal.

Dirasa intonasi rivalnya cukup serius, Gara memutar kepala menunggu lanjutan. Apa Jean tidak akan membiarkan Gara lebih unggul? Well, ini akan menarik. Gara akan membuktikan kalau Jean tidak ada apa-apanya.

"Gue mules."

•••

Hidup menggunakan tubuh Mega tidak semudah yang Axelle bayangkan. Ntah apa penyebab yang membuat cewek ini sering menjadi sasaran perundungan.

Tapi yang pasti, Mega itu terlalu baik dan tidak enakan. Tubuhnya sangat lemah dengan penampilan sangat cupu. Membuat orang lain tak segan memanfaatkan dan menindas nya.

Didorong faktor kalau Mega anak beasiswa. Mengingat SMA Taruna Bangsa adalah salah satu sekolah favorit dengan biaya masuk paling mahal di Jakarta, mustahil bagi Mega bersekolah di sana karena faktor ekonomi. Selama hampir tiga tahun, Mega mengandalkan beasiswa untuk bertahan di sekolah ini.

Pastinya, dengan segala guncangan yang menimpanya.

Tuk!

Sebuah bolpoin meluncur menghantam kepala. Membuat Axelle yang sedang menopang dagu asyik melamun terkejut karena serangan itu.

"Siapa yang lempar gue?" todong Axelle. Melihat anak-anak di bangku belakang pura-pura sibuk mencatat kembali.

Tak ada yang menyahut, karena tidak ingin terseret. Mengingat, siapapun yang membantu akan terkena getahnya juga.

"Gue. Kenapa?"

Axelle menyisir area kelas, menemukan Zia melipat tangan dengan senyuman sinis di bangku belakang.

MILAGROWhere stories live. Discover now