MILAGRO || 05

12.5K 3.6K 2.1K
                                    

05. Berakhir

•••

Jarum jam menunjukkan angka dua dini hari. Deru mesin motor semakin menjadi. Orang-orang berkerumun dan bersorak memberi semangat pada pembalap yang akan tanding malam ini.

"Siap-siap jadi babu gue, Raefal," seru Arga tersenyum remeh sebelum memasang helmnya.

"Siap-siap mati di tangan gue," balas Raefal terdengar tak main-main. Lalu menurunkan visor helm dan bersiap saat seorang cewek berjalan ke depan membawa bendera papan catur, motif kotak hitam putih.

"Ready, guys?"

Gaungan motor saling bersahutan tak ingin kalah antara Raefal dan Arga. Begitu memekakkan telinga. Saling menunjukkan siapa yang lebih dominan, lalu mereka pun mengangguk tanda siap.

Sedangkan Aeera, cewek yang dijadikan taruhan oleh Arga nampak menyorot khawatir pada Raefal. Beberapa kali menggigit bibir dalam saking tegangnya.

Tanpa mengulur waktu lagi, cewek itu mengibarkan bendera sekali hentak. Berseru dengan lantang. "Go!"

Melesat bagai panah. Kedua motor itu meninggalkan kepulan asap di belakang diiringi seruan-seruan membara lainnya.

Motor ninja hitam Raefal memimpin, jaketnya pun ikut berkibar-kibar. Menutup akses jalan Arga saat hendak menyalip. Raefal menyeringai, bisa-bisanya cecunguk itu menantang dirinya. Kesalahan fatal!

Demi Axelle dan Aeera, Raefal akan memenangkan balapan ini sekaligus mengirim Arga ke neraka.

•••

Arion menarik keluar benda tipis itu dari saku celana melihat pesan suara yang dikirim adiknya jam sembilan lalu. Membuat ujung bibirnya terangkat tanpa sadar.

Walaupun Nasha masih duduk di kelas satu SD, Arion sudah memberikannya ponsel. Jaga-jaga kalau ada sesuatu jadi gampang menghubungi. Itu pun, dengan pengawasan ketat dari Arion. Mem-filter apa yang boleh dan tidak boleh Nasha lakukan saat menggunakan ponsel. Juga, waktu bermain ponsel Arion batas, maximal 30 menit perhari.

Arion menjauh dari keramaian yang bersorak menyemangati Raefal maupun Arga. lalu meng-klik ikon putar sampai suara Nasha keluar menyapa telinga nya.

"Kakk Iyonnn cepet pulang yaa. Nanas udah mandi sama gosok gigi, kakinya juga udah bersih, udah duduk manis di kasur sambil peluk buku cerita yang Kak Iyon kasih tadi. Jangan lama-lama lohh yaaa. Nanti Nanas ngambek sama Kak Iyon gak mau cium-cium lagi huh! Cepet pulang pokoknyaa, Nanas sayang sama Kak Iyoon. Mwah!"

Arion semakin menaikan bibirnya, tersenyum gemas mendengar suara comel adiknya. Bercampur rasa sedih semakin menggumpal di dadanya. Begitu sesak.

Setelah memastikan Raefal melesat di arena balap, Arion langsung bergerak ke arah motornya. Dia pun ikut melesat, agak meringis, menahan rasa sakit juga kepala yang semakin berat. Menuju suatu tempat.

Tak membutuhkan waktu lama, Arion sampai di depan sebuah rumah. Membuka ponsel menelepon orang di seberang.

"Apaa, Rion? Ini jam setengah tiga astaga—"

Suara protes Kaynara terpotong saat Arion berseru, "keluar, Kay. Gue di depan rumah lo."

"Ngapain? Kan, besok juga masih bisa ketemu."

Dari dalam kamar, tepatnya di lantai dua, terlihat seseorang menyibak gorden untuk memastikan. Dan benar, Arion sudah berdiri di depan gerbang rumahnya dengan ponsel yang masih menempel di telinga.

MILAGROWhere stories live. Discover now