53. Sebuah Rencana Akhir

438 42 6
                                    

Halooo, apa kabar?

Kangen gak sama cerita ini?

Jangan lupa vote dan komen yaaa..

Happy reading❤
-

-

-

2 bulan sebelumnya...

Bara memarkirkan motornya dengan tergesa, sekitar dua puluh menit yang lalu ia diberi kabar oleh perawat yang merawat Erisca bahwa hari ini adiknya melakukan percobaan bunuh diri lagi setelah lama Bara tidak mendapat kabar itu.

Dan ketika ia mendengar kabar tersebut, Bara pun langsung menyusuli saat itu juga, dengan perasaan khawatir serta panik yang menyerang seluruh tubuhnya.

Bara membuka kamar dimana adiknya sedang istirahat setelah ditangani dan diberikan obat bius oleh dokter di sana.

Perlahan Bara melangkahkan kakinya ke arah tempat tidur Erisca, di sana juga ada satu perawat yang mungkin sedang mengecek keadaan adiknya.

Bara menarik kursi yang ada di samping tempat tidur itu lalu mengambil satu tangan Erisca untuk ia genggam. Ada perasaan khawatir namun juga lega ketika melihat keadaan adiknya yang sukurnya masih baik-baik saja.

"Kamu kenapa lagi, Ris?" Ujar Bara pelan. Mempertanyakan apa yang membuat adiknya kembali melakukan hal bodoh itu lagi.

"Kan udah Kakak bilang, kalau ada apa-apa cerita ke Kakak. Kakak siap dengerin semuanya, yang penting kamu gak gini lagi. Sakit Ris, sakit banget liat adik sendiri kayak gini. Kamu keluarga Kakak satu-satunya, jadi tolong jangan tinggalin Kakak." Entah sejak kapan air mata itu mengalir begitu saja.

Rasa sesak itu kembali hadir. Sesak dan sakit ketika melihat adiknya yang kembali ingin menyerah dengan keadaan, sedangkan disini ia berusaha bertahan melawan sakit itu.

Bara membenamkan tangisnya pada tangan Erisca yang ia genggam itu. Tangis yang terdengar menyakitkan itu terus menggema pada kamar ini.

Namun, tiba-tiba saja Bara merasakan usapan pelan pada bahunya. Ia mendongakkan kepalanya untuk menatap sang pelaku, yang ternyata sesuai dugaannya, usapan tersebut adalah dari perawat yang merawat adiknya.

"Bisa ikut saya sebentar?" Tanya perawat tersebut yang langsung diangguki Bara.

Bara pun melepaskan secara perlahan tangan Erisca yang ia genggam tadi, dan setelah itu menghapus air matanya sebelum ia beranjak untuk mengikuti perawat itu.

Perawat itu membawa Bara pada ruang doker yang Bara tebak adalah doker yang menangani adiknya, dan benar saja ketika ia masuk doker tersebut segera memintanya untuk duduk dan mendengarkan penjelasannya.

"Seperti yang saya katakan satu bulan yang lalu jika kondisi adikmu sudah sangat membaik. Kesehatan fisik dan mentalnya bahkan bisa dikatakan delapan puluh lima persen sudah stabil. Dan saya juga sudah memprediksi jika beberapa bulan kemudian adikmu bisa pulih seperti semula."

Bara menganggukkan kepalanya mengerti. Memang setiap bulannya ia selalu diberitahu tentang perkembangan kondisi adiknya.

"Tapi hal itu dipatahkan oleh tindakan adikmu hari ini. Perawat memberi kabar tentang adikmu kepada saya jika sektiar satu mingguan ini kondisi adikmu semakin menurun. Yang sebelumnya sudah bisa berkomunikasi dengan baik, namun satu mingguan ini adikmu kembali menjadi pribadi yang pendiam. Dan tentang kejadian hari ini kita tidak menyangka akan kembali terulang setelah sekian lama. Para perawat sudah semaksimal mungkin menjaga adikmu, namun mereka kecolongan ketika melihat adikmu tergeletak pingsan setelah meminum cairan pembersih kamar mandi, perawat juga menemukan bercak darah pada selimut yang adikmu gunakan, dan prediksi saya itu digunakan untuk melukai tangannya."

ALEXAMEL (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang