21. A Unknown Sacrifice

1.5K 311 210
                                    

"Saya meminta izin untuk menikahi Puteri Bisilia dari Kerajaan Yunani, Yang Mulia Raja," ujar seorang pria di akhir pertemuan Istana pagi hari itu..

"Apa alasanmu melakukan itu Pangeran? Dan ini juga terlalu tiba-tiba," balas Raja Erick.

"Saya melakukannya untuk memperkuat hubungan kerajaan kita dengan Yunani, karena itu jika Yang Mulia berkenan, izinkan saya menikahi Puteri Bisilia secepatnya." Pangeran Jay mengatakannya dengan lantang, tidak terdengar sedikitpun keraguan dalam ucapannya.

Di kedua mata Pangeran Jay tersirat keyakinan yang begitu dalam, raut wajahnya begitu serius, tekadnya sudah benar-benar bulat. Dia akan menikahi Puteri Bisilia apapun tantangannya, tidak akan ada yang boleh mencegahnya kali ini. Pria itu harus berkorban kembali untuk wanita yang dia cintai.

"Baiklah, aku akan mendiskusikan hal ini dengan Pangeran Ben, lalu mengirim surat lamarannya," ujar Raja Erick dihadapan seluruh hadirin yang ada di pertemuan pagi itu.

Pangeran Jay menatap Pangeran Heeseung intens, pria yang ditatapnya itu adalah alasannya melakukan hal ini. Satu kesalahan kakaknya yang harus dia tutupi dari Puteri Elmeira dan melindungi perasaan wanita yang dicintainya itu. Pangeran Jay tidak ingin ada siapapun yang menghalangi hubungan kakaknya dan kakak iparnya itu, dia tidak ingin perasaan Puteri Elmeira dikecewakan untuk kedua kalinya.

Pertemuan Istana itu berakhir setelah Raja Erick mengambil keputusannya untuk putra keduanya itu. Satu-persatu para hadirin yang ada di sana mulai meninggalkan ruangan pertemuan itu. Namun saat Pangeran Heeseung hendak pergi keluar bersama keempat Pangeran dan Puteri Elmeira, Pangeran Jay menahannya.

"Pangeran Heeseung, aku perlu bicara denganmu, hanya denganmu," ucap Pangeran Jay penuh penekanan.

"Kalian bisa pergi terlebih dahulu, sepertinya adikku yang satu ini ingin meminta restuku." Pangeran Heeseung mendekati adiknya itu.

Keempat Pangeran dan Puteri Elmeira pergi meninggalkan ruangan itu dan meninggalkan kedua kakak beradik itu sendirian. Membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalahnya sendiri, dan sepertinya mereka berdua juga tidak ingin ada yang ikut campur dalam masalah ini.

"Ada apa lagi ini, Pangeran?" tanya Pangeran Heeseung.

"Jika saja kau bukan kakak tertuaku, maka aku pasti sudah melayangkan satu pukulanku di pipimu itu," gertak Pangeran Jay, pria itu mengepalkan kedua tangannya.

"Kau melihatku malam itu?" tanya Pangeran Heeseung dengan nada datar.

"Aku sudah memperingatimu kak, tapi sepertinya kau menganggap remeh peringatanku. Kali ini aku akan memberimu satu kesempatan lagi, jika hal ini terulang lagi, maka aku tidak akan ragu membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri," jawab Pangeran Jay dengan tekanan, kemarahannya benar-benar terlihat jelas di kedua matanya.

"Jaga wanitamu baik-baik atau aku akan benar-benar mengambilnya darimu." Pangeran Jay meninggalkan kakak laki-lakinya di ruangan itu sendirian.

Pangeran Heeseung tidak menampilkan ekspresi apapun di wajahnya. Dia hanya mengehela nafasnya, lalu pergi meninggalkan ruangan kosong itu.

*Flashback on

"Apa yang anda lakukan?!" teriak Puteri Bisilia setelah berhasil mendorong tubuh pria itu.

"Mencium anda," jawab pria itu datar.

"Apa anda sadar yang sudah anda lakukan beberapa menit lalu?! Saya seorang Puteri, dan saya bisa melaporkan tindakan-," belum selesai Puteri Bisilia berbicara, pria itu menyelanya.

"Bagaimana jika saya seorang Putera Mahkota? Apa anda akan tetap melaporkannya, Puteri Bisilia?" ujar pria itu.

"Pangeran Heeseung?!" Puteri Bisilia terkejut.

Elmeira's Love   ||Completed✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang