13. Tense Night

1.4K 327 97
                                    

Malam itu suasananya sangat mencekam, malam dimana seorang pria dikejar beberapa pengawal Istana. Malam dimana pria itu berjuang sendiri agar dia tidak tertangkap dan agar identitasnya tidak diketahui. Pria itu terus berusaha berlari secepatnya, bersembunyi di balik pepohonan yang ada di hutan itu. Suasana hutan yang sangat gelap malam itu semakin membuat keadaan di malam itu terasa sangat mendebarkan.

Para pengawal hanya mengandalkan obor api yang mereka bawa masing-masing untuk mencari pria itu. Udara yang dingin malam itu tidak menghentikan keringat yang terus bercucuran di sekujur tubuh pria itu. Dia berjuang keras agar tidak tertangkap, pria itu terus berlari sembari mengingat wajah kakak perempuannya, Puteri Ariadne. Dia tidak boleh tertangkap sekarang, pembalasan dendamnya untuk kakaknya itu belum terselesaikan.

"Hah hah hah, apa ini! Tidak ada pemberitahuan apapun tentang perjalanan ayah," ujar pria itu denga nafasnya yang tersengal, dia bersembunyi di balik pohon besar yang ada di hutan itu.

"Berpencar! Cari dia sampai ketemu!" perintah Perdana Menteri.

"Kak, jika aku tertangkap dan gagal, tolong maafkan adikmu ini karena tidak berhasil membawa kelima adikmu ke pemakamanmu," batin pria itu sembari memejamkan matanya dan mengatur nafasnya.

"Maafkan aku kak, karena aku sudah gagal. Ayah kita sudah menemukanku. Sampai jumpa disana kak." Raja Erick sudah ada di hadapan pria itu saat dia membuka matanya.

"Pangeran?! Kenapa kau disini?" ucap Raja Erick terkejut.

"Yang Mulia, apakah anda terkejut dengan kenyataan ini? Kenyataan bahwa putera anda sendiri yang mengirim ancaman itu?" pria itu tersenyum angkuh, padahal jelas-jelas dia sudah tertangkap dan mungkin akan menerima hukumannya.

Raja Erick memerintahkan para pengawalnya untuk mengikat kedua tangan puteranya itu dengan tali tambang yang sudah mereka bawa. Memperlakukannya selayaknya seorang penjahat yang tidak dia kenal. Membawanya tanpa rasa hormat sedikitpun, padahal puteranya itu masih memiliki gelar seorang Pangeran.

Pria itu menatap Raja Erick dengan tatapan penuh dendam, padahal selama ini dia selalu bertemu dengan ayahnya itu di Istana, tapi dia tidak pernah memberikan tatapan seperti itu sebelumnya. Pria itu menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya, dia benar-benar ingin membunuh ayahnya itu sekarang juga, dan dia baru bisa pergi dengan tenang. Tapi sepertinya hal itu tidak mungkin dia lakukan saat ini, semuanya sudah berantakan.

Di Istana

"Apa kau melihat Pangeran Sunghoon?" tanya Pangeran Jake.

"Aku saja baru melihat dunia luar beberapa menit lalu, mungkin ada di ruang kerjanya atau kamarnya," jawab Pangeran Sunoo.

"Tidak ada, kalau dia ada di sana, aku tidak akan bertanya padamu sekarang," balas Pangeran Jake.

"Kemana dia pergi di malam yang sudah larut ini," ujar Pangeran Jake frustasi.

Ini sudah dini hari, dan para Pangeran baru selesai menyelesaikan tugas-tugasnya. Hal yang biasa jika mereka selesai mengerjakan tugasnya, lalu menghirup udara segar sebentar di luar sebelum akhirnya pergi ke kamarnya masing-masing untuk beristirahat. Namun malam ini sepertinya anggota mereka kurang lengkap, mereka tidak tahu kemana perginya Pangeran Sunghoon. Mereka sudah mencarinya di setiap sudut Istana yang biasa Pangeran Sunghoon kunjungi, tapi mereka tidak menemukannya dimanapun.

Sampai akhirnya saat Pangeran Jungwon berada di balkon Istana untuk mencari kakaknya itu, dia melihat gerbang Istana yang terbuka. Raja Erick, dan Perdana Menteri muncul paling pertama, lalu dia menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas siapa yang ada di belakang Raja Erick dan Perdana Menteri.

Elmeira's Love   ||Completed✓Where stories live. Discover now