01. Masuk ke Dunia novel?!

Start from the beginning
                                    

"Kita bakalan terdampar di aplikasi yang ada di komputer lo kayak aplikasi microsoft word," jawab Sydeen.

Entah apa yang lucu dari perkataan Sydeen, namun Fyneen justru malah tertawa.

"Ngelawak lo!" ucap Fyneen di sela-sela tawanya.

Sydeen hanya memutar bola matanya malas sebab ia tahu jika Fyneen menganggap ucapannya sebagai lelucon.

Tawa Fyneen terhenti kala matanya menangkap suatu objek. Fyneen mengusap wajahnya berkali-kali, bahkan gadis itu menampar pipinya sendiri.

Sydeen yang melihat itu bergidik. Ia mengira jika kembarannya ini sudah gila akibat bingung dengan apa yang terjadi.

"Den ...," panggil Fyneen.

Sydeen menatapnya. Alisnya terangkat sebelah seolah bertanya 'ada apa'.

"Kayaknya kita ngga masuk ke komputer deh. Tapi ....,"

"Tapi apa?" tanya Sydeen penasaran.

Fyneen menunjuk kumpulan lelaki berwajah tampan yang tengah berdiri tak jauh dari tempat keduanya. Mereka menggunakan jaket yang sama.

"Tapi kita masuk ke dunia novel."

***

Siang sudah berganti menjadi sore. Pakaian basah Fyneen dan Sydeen pun sudah kering.

Kini, keduanya tengah berjalan di jalanan kota yang di padati oleh banyak kendaraan yang berlalu lalang. Tak sedikit pula orang-orang yang menatap kedua orang itu dengan aneh dan kasihan.

"Anjir, gue capek." Fyneen menghentikan langkah dan berjongkok. Wajah gadis itu kini nampak kusam. Pakaian yang ia kenakan pun nampak sudah lumayan kotor.

Sydeen ikut menghentikan langkah. Lelaki itu menatap sekeliling.

"Ini kita dimana sih? Kita di Jakarta, kan?" tanya pemuda itu. Wajahnya juga kusam.

Fyneen menoleh. "Noh liat di warung itu ada tulisan 'Jakarta' nya. Berarti kita ada di Jakarta."

Fyneen menunjuk sebuah warung kecil yang terdapat di pinggir jalan. Para penghuni warung tengah menatap kedua Kakak beradik ini dengan tatapan kasihan.

"Laper," rengek Fyneen.

"Lo pikir cuma lo doang yang laper?" Sydeen membalas dengan sinis.

Fyneen menghela napas. "Ternyata gini ya rasanya jadi gembel? Kalo tahu rasanya bakalan kayak gini gue dulu ngga bakalan doa supaya bisa ngerasain gimana rasanya jadi gembel."

Mendendengar ucapan sang kembaran, sontak Sydeen melotot.

"Lo pernah doa supaya jadi gembel?!" tanya Sydeen dengan tak santai.

Dengan polosnya, Fyneen menganggguk. "Waktu baru masuk SMP, gue pernah liat orang-orang yang ngga punya rumah terus gue tanya ke temen 'rasanya jadi gembel gimana sih?'. Dan temen-temen gue jawab gini ... 'Mana gue tahu, kalau lo pengin tau rasanya sono jadi gembel'. Ya akhirnya gue berdoa supaya jadi gembel."

"Bego! Gue ngga heran sih kalau doa lo bisa terkabul. Tapi pertanyaannya, kenapa gue harus ikutan menderita gara-gara lo?!"

Sydeen mengacak kasar rambutnya yang mulai terasa kusam. Ia sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran sang adik ini.

"Ya itu kan waktu gue masih polos dulu! Untungnya gue ketemu sama wattpad sampe otak gue ngga polos lagi."

"Gitu kok bangga! Dasar gila!" Sydeen kembali melanjutkan langkah setelah mengucapkan itu.

"Sydeen tungguin gue!" teriak Fyneen kemudian ikut berlari menyusul langkah lebar kembarannya itu.

Keduanya kembali berjalanan beriringan.

Langit mulai menggelap, menandakan jika sebentar lagi malam akan tiba. Sydeen dan Fyneen memutuskan untuk beristirahat sebentar di sebuah toko yang sudah tutup.

Fyneen bersandar pada Sydeen sembari memeluk lututnya. Sedangkan Sydeen, lelaki itu menyandarkan badannya pada tembok sembari memejamkan mata.

"Deen," panggil Fyneen.

"Hm."

"Lo bau." Ucapan Fyneen membuat mata pemuda itu terbuka. Di liriknya sinis adik kembaenta itu.

"Kalau bau ngga udah deket-deket!" gerutu Sydeen sembari menjauhkan kepala Fyneen dari bahunya.

Fyneen berdecak. Gadis itu menatap kesal Sydeen.

"Sydeen jelek! Sydeen bau! Sydeen babi!" ejek Fyneen.

Sydeen terpancing. Lelaki itu bersiap memukul sang adik namun Fyneen lebih dulu bangkit dan berlari menjauh.

Dari kejauhan, Fyneen mengejek Sydeen dengan menepuk-nepuk pantatnya sendiri. Dan jangan lupakan ekspresi menyebalkan yang Fayneen tunjukan.

Sydeen bangkit dari duduknya lalu berlari mengejar Fyneen.

Melihat Sydeen yang terpacing, Fyneen tertawa puas sembari berlari menjauhi Sydeen.

Fyneen fokus pada Sydeen di belakangnya, gadis itu tak memperhatikan jalannya dengan benar. Hingga ...

"Fyneen awas!" teriak Sydeen.

Fyneen menghentikan langkah dan menatap ke arah depannya. Ia memejamkan mata kala sebuah motor hendak menabraknya.

Dengan jantung yang berdetak lebih cepat, Fyneen memberanikan diri untuk membuka mata.

Tangannya menghalau silau akibat puluhan lampu motor yang menyala. Fyneen mengintip orang yang hampir menabraknya dari sela-sela jari. Ia sedikit kesulitan melihat sang pelaku karena silau yang membuat matanya terasa sakit.

Sosok orang yang menabraknya nampak bagai bayangan akibat membelakangi cahaya.

Fyneen memfokuskan penglihatannya. Matanya melebar kala ia dapat melihat sosok itu lebih jelas.

"Gue ngga beneran masuk ke dunia novel kan?" tanyanya pada diri sendiri.

Gadis itu tertawa pelan. "Ini pasti mimpi. Fiks ini mah mimpi!"

Itulah ucapan terahir Fyneen, sebelum ia jatuh tak sadarkan diri.

Another World (End)Where stories live. Discover now