"lo emang kegatelan, gue emang pacar kak Kean, dan lo gak cocok sama kak Kean," Ziva menatap remeh Alleta.

"lo masih kalah jauh dari gue,"

Alleta terkekeh pelan, sedangkan teman temannya menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut Alleta.

"yaa, gue cuma kalah gatel, kalo cantik yakali kalah." ucap Alleta tersenyum kemenangan.

"wooooo," sorak teman sekelas Alleta.

"lo-

"apa?"

Alleta melirik teman-teman Ziva, "lo labrak gue bawa temen-temen lo yang dari tadi kek orang bisu itu?"

"jaga ya bicara lo," ucap salah satu teman Ziva.

"keknya tadi gue salah beranggapan tentang lo deh,"

"gue kira lu jagoan, ternyata mental patungan," ucap Alleta lagi.

Ziva terdiam, tidak terkecuali ketiga temannya.

"TANAM-TANAM UBI," teriak Adel.

"TAK PERLU DI BAJA," sahut teman-teman sekelas Alleta.

"ehem, kukira beras ternyata pete," teriak Shyka keras.

"kukira mbaknya berkelas, ternyata Launth-" sambung Adel lagi.

"kena mental ga tuh mbak?"

Ziva mengangkat wajahnya yang sudah pucat, sementara Alleta tersenyum, siapa suruh mencari masalah dengan dirinya.

"gue aduin lo ke kak Kean!"

Alleta kembali melirik kearah pintu, disana sudah berdiri Kean dan Alfra.

"tuh orangnya, gih aduin." ucap Alleta tenang.

Kean berjalan pelan menuju Alleta, tatapan dinginnya tak pernah lepas dari Alleta yang terlihat santai. sementara Ziva tersenyum ketika melihat tatapan dingin Kean yang mengarah kearah Alleta.

namun, tindakan Kean malah membuat Ziva dan teman-temannya terkejut, bukan hanya itu tapi seluruh isi kantin di buat terkejut dengan tindakan Kean.

Kean memeluk Alleta dan mencium puncak kepala cewek itu. Alleta tersenyum lalu mendongak menatap wajah Kean.

"kamu pacaran sama dia?"

Kean melirik sekilas lalu menatap Alleta yang berada di pelukannya dan menggeleng pelan.

"dia bilang kamu pacar dia,"

cup

Alleta melototkan matanya, dan Kean tersenyum tipis melihat ekspresi tenang Alleta yang berubah menjadi terkejut. "pacar aku cuma kamu,"

"ampun dah gue baper,"

"gue ga nyangka Kean seberani itu,"

"mak mau pacarr,"

Alleta menormalkan ekspresinya lalu menatap Ziva yang masih dengan raut wajah terkejut, "masih ga percaya?"

"kasihan, malu ya. makanya jangan halu berujung ngaku-ngaku."

setelah Alleta mengatakan itu Ziva dan teman-temannya langsung saja pergi meninggalkan kantin. sementara teman-teman Alleta bersorak senang, mereka selalu puas dengan pertunjukan yang dibuat Alleta.

"lo tuh ya, malu bego."

"gapapa," jawab Kean tersenyum tipis sambil mengusap lembut rambut halus Alleta.

tanpa disadari, ada sosok yang sedang merasa sesak dihatinya, berniat melupakan tapi dia tidak bisa. tingkat tertinggi cinta itu merelakan, mungkin Ia sudah merelakan Alleta tapi tak urung jika perasaannya masih sama walaupun hubungan keduanya sudah berjalan satu tahun. orang itu adalah Devan.

PSEUDO (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora