1.2 Sebuah Fakta

77 29 2
                                    

Heros memasuki rumahnya sesaat turun dari mobil Raxel, ia memasuki kamarnya dan segera membersihkan tubuhnya. 

Setelah membersihkan tubuhnya, Heros mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi perpesanan dan segera mengirimkan pesan kepada Bundanya itu. 

Heros Asher Fintan nama lelaki yang sedang bersantai di kasurnya yang bewarna abu-abu itu dengan menggenggam ponsel berkamera 3 dengan rambut yang masih basah dan juga acak-acakan. 

Heros adalah seorang anak dari ibu tunggal yang bernama Belen Egda Fintan. Belen juga sebenarnya mempunyai suami dan juga dua orang anak, namun sang suami dan sang anak hilang begitu saja saat mereka sedang bermain di sebuah taman kota. fakta ini tentu belum di ketahui oleh Heros karena disaat sang ayah dan sang adik menghilang umurnya baru saja menginjak umur 6 tahun dan jarak umur Heros dan sang adik hanyalah satu tahun saja. 

Belen sebenernya mengetahui tentang keberadaan sang anak 10 tahun yang lalu melalui sekertaris pribadinya, namun saat ia mendatangi panti asuhan tempat anaknya tinggal dirinya sudah sangat terlambat karena anak tersebut sudah di adopsi dengan keluarga kaya raya. dan hingga sekarang Belen masih terus mencarinya walaupun hanya secarik kertas foto anaknya yang masih berumur 5 tahun itu. 

Belen mengusap wajahnya kasar mengingat dirinya harus segera memberitahu fakta ini kepada sang putra. karena selama ini Heros hanya menganggap dirinya anak tunggal dan sang ayah pergi meninggalkan dirinya beserta Belen sendirian disini tanpa meninggalkan jejak sekalipun. 

Belen terus termenung hingga ia tersadar saat ada telepon masuk dari sang putra. ia menjawabnya dan mereka berdua terus berbicara melalui telepon. Belen menekatkan niatnya, ia ingin Heros mengetahui bahwa ia memiliki seorang adik dan ayahnya yang tidak meninggalkannya dengan sengaja. 

"Nak, Heros" Panggil Belen sembari mengambil tas kerjanya dan segera pergi menuju parkiran mobilnya, 

"Kamu jangan tidur dulu sampai bunda pulang ya, ada yang ingin bunda sampaikan" ujar Belen lalu menutup teleponnya dan segera pulang menuju rumahnya dan memberikan kabar ini kepada Heros. 

Beberapa menit kemudian, mobil Belen memasuki perkarangan rumahnya yang megah, ia segera memasuki rumahnya dan menemui Heros yang sedang menyantap makan malamnya. 

"Bunda!" Seru Heros sembari memeluk Belen erat, 

"Kok kamu baru makan?" tanya Belen sembari menaruh tas dan juga jas dokternya, 

"Baru laper bun. oh iya bunda mau bicara apa sama heros?" tanya Heros. 

Mengingat hal itu, Belen segera menuju kamarnya dan mengambil sebuah foto yang terus ia simpan di dalam laci kamarnya. ia langsung menuju meja makan tempat Heros yang sedang mengabiskan makanannya, 

"Bunda udah makan?" tanya Heros dengan mulut yang masih penuh dengan nasi, 

"Sudah nak tadi di kantor bunda makan malam dulu" 

"Ayo bunda kasih tau berita apa yang ingin bunda sampaikan?" tanya Heros penasaran, 

"Kamu yakin mau sekarang?" tanya Belen yang di jawab anggukan kepala oleh sang Anak. 

Belen menghembuskan nafasnya, ia mengeluarkan foto keluarga yang selama ini ia sembunyikan dan sekarang ia menunjukannya kepada sang putra, 

"Apa ini bun?" tanya Heros, 

"Ini foto keluarga kita 11 tahun yang lalu sayang" 

"H-heros punya adik?" tanya Heros lalu mengambil foto itu, 

Belen menganggukan kepalanya, "Dan ayah kamu juga engga meninggalkan kita dengan sengaja Heros sayang" ujar Belen yang membuat Heros menegang, 

"M-maksud bunda?" 

"Ayah dan adik mu yang waktu itu baru berumur 5 tahun dulu bermain di salah satu taman bermain dekat supermarket, kamu dan Bunda sedang berbelanja kebutuhan kami semua selama sebulan, namun tiba - tiba ayah dan adikmu menghilang tanpa jejak. ayahmu sepertinya di culik oleh pesaing perusahannya dan adikmu di buang di panti asuhan. Bunda sebenarnya sempat mengetahui keberadaan adikmu Heros, namun sayangnya saat bunda kesana, adik mu sudah di adopsi dan sayangnya Bunda belum bisa mengetahui keberadaannya lagi hingga sekarang." Ujar Belen menjelaskan kejadian masalalunya kepada Heros, 

"Terus kenapa bunda baru kasih tau Heros sekarang? kenapa engga dari dulu bunda?!" Seru Heros yang membuat Belen menitihkan air matanya, 

"Karena bunda engga mau kamu menyalahkan diri kamu sendiri Heros, bunda engga mau kamu terus terpuruk. bunda harap kamu bisa bantu bunda untuk mencari adik mu Heros, setidaknya hanya adikmu" Ujar Belen, 

Heros kembali melihat foto keluarga itu, ia melihat seorang anak perempuan yang menggunakan kalung yang berlogo infinity dan juga inisial namanya AAF. ia menyeritkan dahinya, seperti mengetahui dimana ia melihat anak itu namun otaknya sama sekali tidak sampai kapan ia mengingatnya, 

"Heros kaya pernah liat anak ini bun" ujar Heros yang membuat Belen terpenjat kaget, 

"Dimana sayang?" 

"Bukan wujud manusia bun tapi sama kaya gini, wujud foto yang sama seperti ini" gumam Heros yang membuat Belen menangis. 

Heros melihat sang bunda menangis sesunggukan, ia langsung memeluknya dan bertekad kepada dirinya sendiri untuk mencari sang adik gimanapun caranya. 

"Heros akan bantu bunda menemukan adik Heros bahkan sampai harus meminta bantuan Laxer" Ujar Heros yang membuat Belen tenang. 

Heros memasuki kamarnya setelah menenangkan ibundanya, ia mengambil ponselnya dan menelepon seseorang yang dirinya yakinkan untuk membantunya. ia langsung memanggil dua orang sekaligus dan orang itu adalahnya Citra sang pacarnya dan juga Raxel sahabat karibnya, 

'Halo kenapa sayang?' Citra yang pertama mengangkat teleponnya,

'oi' lalu di sambung dengan Raxel yang mengangkat panggilan dari Heros, 

"Gue perlu bantuan kalian semua" ujar Heros serius, 

'Laxer maksud lo?' 

"Bukan, tapi kalian berdua" ujar Heros yang membuat Citra terpenjat kaget, 

'Bantuan apa biasanya kamu minta bantuan langsung ke Laxer,' 

'hm' 

"Gue minta bantuan kalian buat bantu gue cari Adik gue" 

"Gue minta bantuan kalian buat bantu gue cari Adik gue" 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

selamat membaca,

mohon dukungannya dengan vote dan komen xixi 

love, xx

Adena (END) | Proses RevisiWhere stories live. Discover now