0.4 Family and Pain

115 39 8
                                    

Adena sampai dirumahnya saat matahari sudah tenggelam dan tergantikan oleh bulan yang sangat terang hari ini. Adena memasuki rumahnya dan sudah di sambut oleh keluarga yang sedang menatapnya tajam,

"Duduk disitu!" perintah Adrie –ayah angkat Adena- dengan nada dinginnya,

Adena hanya bisa menuruti perintah Adrie dan menduduki kursi yang sudah menjadi kursi untuk menyiksa Adena secara mental.

"Kemana aja kamu baru pulang jam segini? Defna liat kamu udah mulai berani bolos dan jalan jalan bersama dengan geng nakal di sekolah kamu?" Tanya Adrie yang masih menggunakan nada dinginnya itu.

"Adena cu—"

"Berani jawab ya sekarang" sinis Adair sembari meminum teh hangatnya.

"Gue liat di instastorynya Citra lo sama dia hangout berdua di mall terkenal, udah berani ngerebut temen gue lo?"

"Ah dan lagi lo ngepelet apa si Heros sampe dia nyelamatin lo waktu gue bully?" tanya Defna sinis yang membuat Adena tidak bisa berkata kata dan hanya bisa menahan air matanya supaya tidak turun,

"Kalo orang nanya ya di jawab. diajarin tata karma engga sih?!" Seru Adrie lalu menampar pipi Adena hingga merah dan mengeluarkan darah di sudut bibirnya,

Defno yang sedari tadi diam menyaksikan tersiksanya Adena mulai menghampiri cewe itu dan memmajukan mukanya ke kuping milik Adena dan berkata, "Jauhi Laxer karena Laxer engga butuh kuman kaya lo" bisiknya lalu meninggalkan Adena.

Setelah penghukuman yang terjadi tadi, Adena segera menuju kamarnya dan membersihkan dirinya lalu membantingkan dirinya dan menangis sepuasnya di dalam selimut sembari memeluk guling kesayangannya. Adena terus menangis hingga terlelap.

Paginya Adena bangun dari tempat tidurnya, saat melewati kaca fullbody dirinya tercengan dengan penampilannya yang sangat berantakan. matanya lembab, pipinya bengkak sebelah, rambutnya berantakan dan ada lingkaran hitam yang meyelimuti kelopak matanya, Adena hanya menghela napasnya lalu segera merapihkan dirinya dan berangkat kesekolah.

15 menit berlalu dan adena sudah siap dengan seragam sekolahnya dan tak lupa ia memakai masker karena lebam di pipinya yang belum hilang, Adena juga memaikan conceler pada matanya supaya lingkaran hitam yang melimuti daerah matanya tak terlihat.

Adena menuruni tangga rumahnya dan menuju meja makan yang sudah terisi oleh keluarga angkatnya. Adena menarik kursi samping mamanya dan mendudukinya.

"Loh kok lo duduk disini? meja makan lo kan bareng Bi Siti" Sinis Defna sembari memakan roti yang di olesi dengan selai coklat.

Adena menghela napasnya lelah, ia mengambil tasnya dan pergi meninggalkan mereka semua. Adena sebenarnya sangat lapar karena dirinya belum makan sedari tadi malam, dirinya sekarang sangat menyesal karena menolak tawaran citra untuk makan malam kemarin.

Adena saat ini sedang menunggu bus datang dengan wajah pucatnya yang tertutup oleh masker. jarak dari rumah Adena dengan halte bus sangatlah jauh dan Adena sudah biasa untuk jalan sejauh 2km untuk berangkat menggunakan bus dari pada harus menebeng dengan Defna dan Defno, ditambah perut Adena belum diisi dari semalam yang membuatnya lelah dan juga merasakan pusing di kepalanya.

Adena memejamkan matanya agar menghilangkan pusingnya, hingga tak lama kemudian suara klakson mobil membangunkannya,

"Adena ayo masuk gue kasih lo tebengan!" Seru Heros dari dalam mobil yang di setir oleh Raxel,

"Kak Heros ngapain? udah engga usah aku bisa naik bus kok dari sini" tolak adena dengan halus yang membuat Heros turun dari mobil dan membuka pintu penumpang dan mendorong Adena masuk kedalam,

Adena (END) | Proses RevisiKde žijí příběhy. Začni objevovat