AETERNUM | Chapter 21 - Thanks for Helped Me

58 7 3
                                    

"X-Xavier banting Hp lo?"

Evelyn mengangguk saat Bara bertanya kepadanya. Evelyn sudah menceritakan semuanya kepada Bara mengenai rencananya yang digagalkan oleh Xavier sendiri. Disini, Evelyn hanya berani mengungkapkan semuanya kepada Bara.

"Aneh, dia bener-bener aneh!"

Evelyn mengendikan bahunya, dia juga merasa aneh dengan Xavier.

🍁🍁🍁🍁

Xavier berjalan disertai raut datar yang mengiringi langkahnya, menghiraukan perhatian yang diberikan para orang-orang yang memperhatikannya.

Bagaimana tidak? Lagi-lagi Xavier menjadi bintang untuk ke sekian kalinya. Baru kemarin, Xavier memenangi olimpiade matematika nasional dan kembali membawa nama harum sekolah. Namun, bagi Xavier itu bukan hal yang baru lagi, ia sudah biasa. Bukan jadi rahasia lagi jika Xavier adalah orang yang selalu menjadi langganan emas di setiap olimpiade.

Langkahnya terhenti di sebuah kelas, ia menatap plang kelas itu. Berdiri di depan kelas ini bukanlah kemauannya, ia terpaksa ke kelas ini karena dipanggil oleh Pak Teuku, guru yang membimbingnya semasa olimpiade.

"Eh Xavier sudah datang? Silahkan masuk."

Disini Xavier sedikit bisa bernafas lega karena rata-rata penduduk kelas ini sedang serius mengerjakan tugas dari Pak Teuku. Mata Xavier berfokus kepada satu orang, namun pada saat orang itu mendongak, Xavier langsung mengalihkan pandangannya.

"Bapak, kenapa memanggil saya?" Tanya Xavier.

"Saya sebenarnya ingin mengucapkan selamat dan terima kasih kepada kamu. Selamat untuk kemenangan kamu di olimpiade matematika tingkat nasional dan terima kasih karena kamu sudah mau bersedia mewakili SMA Angkasa untuk menggantikan Cipta  kelas 11 IPA 5 di olimpiade itu."

Xavier mengangguk, lalu apa lagi yang harus ia lakukan?

Akhirnya Pak Teuku mengajaknya berbicara mengenai olimpiade itu. Rencananya, setelah ini Xavier akan diajukan untuk mengikuti olimpiade ekonomi. Tapi, mengenai hal ini Pak Teuku tidak mengharuskan Xavier untuk selalu ikut karena sekarang Xavier sudah kelas 12.

Setelah ini, orangtua Xavier akan dipanggil mengenai prestasinya ini. Sayangnya, Xavier hanya bisa tersenyum miris, ia yakin lagi-lagi Papanya pasti tidak akan bisa datang.

"Udah semua?" Tanya Pak Teuku kepada siswanya.

"Udah Pak!"

"Oke kalau gitu, Bapak akan pilih siapa yang bakal maju ke depan." Pak Teuku menyipitkan matanya untuk memilih siapa yang akan maju ke depan. "Ya kamu! Kamu yang sedang nunduk."

"S-saya Pak?"

Seketika Xavier tersenyum miring, padahal ia tadi sempat suntuk mendengar ocehan Pak Teuku, tapi saat Pak Teuku menunjuk Auryn untuk maju ke depan, seketika matanya terbuka kembali.

Pak Teuku memberikan Auryn spidol agar Auryn bisa mengerjakan soal yang diberikan di depan. "Kamu kerjakan nomor satu."

Rasanya Auryn seperti ingin mati, apalagi ia mengerjakannya di samping Xavier yang sedang berdiskusi dengan Pak Teuku. Auryn benar-benar merasa rendah diri saat dirinya yang sangat bodoh matematika, berdiri di samping seseorang yang baru saja memenangkan olimpiade matematika tingkat nasional.

AETERNUM Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon