AETERNUM | BAB 18 - Disgusting Moment

28 8 3
                                    

"Masuk."

Auryn mengangguk pelan, lalu masuk ke dalam apartemen Xavier. Ia kira Xavier menyuruhnya ke apartemen untuk bersih-bersih seperti biasa, tapi niatnya berhenti saat melihat apartemen Xavier sudah bersih dan rapi sekarang.

Suhu di apartemen Xavier cukup dingin sehingga cukup membuat Auryn memeluk tubuhnya sendiri sembari mengelus-elusnya. Xavier yang melihat itu berdecak, ia mengambil remote AC lalu mematikannya.

"Lho, Kak kok dimatiin AC-nya?"

"Dingin." Katanya singkat.

Xavier menaruh kunci mobilnya di laci, lalu mengambil helm dan kunci motor di tempat yang sama. Baru saja masuk, Xavier ingin keluar lagi. Auryn menjadi penasaran, sebenarnya Xavier ingin pergi kemana?

"Kak, mau pergi kemana?"

Xavier menoleh sebentar lalu memalingkan wajahnya lagi. "Bukan urusan lo."

"Terus aku di apartemen harus apa?"

"Ada Karina disini." Sebenarnya Xavier sudah memberitahunya kalau Karina akan bermalam disini. Tapi tetap saja ia kaget, Auryn kira dengan kedatangannya menandakan jika tidak ada siapapun disini.

"Dia sakit, sementara gue ada urusan malam ini. Lo layanin dia, jagain dia dan jangan sampe cewek gue lecet."

Cewek gue.

Xavier dengan bangganya mengklaim jika Karina adalah miliknya, walaupun tanpa Xavier sadari ada orang yang hatinya sakit saat ia mengatakan itu

"Perintah dia, perintah gue juga. Kalau sampe lo gak mau nurutin, artinya lo gak mau nurutin perintah gue. Siap-siap aja lo kena hukuman dari gue."

Setelah mengucapkan hal itu, Xavier menutup pintu dengan kencang bahkan sampai Auryn memejamkan matanya.

Auryn menghembuskan nafasnya, lagi-lagi.

🍁🍁🍁🍁

"Krrrr ... krrrr ..."

Semua orang disana tertawa melihat perlakuan Bara kepada Chiko, begitupula dengan Xavier yang dari tadi diam saja. Sekarang Bara sedang memegang bagian bawah Chiko lalu meremasnya sembari mengucapkan krrrr seperti ingin memanggil burung.

"Yah pantesan gak pernah nyoblos." Raut wajah Bara berubah menjadi prihatin. "Ini lemes, dipancing mulu gak bisa. Burungnya tidur mulu di kandang."

"Shit sialan!" Desis Chiko lalu menempeleng kepala Bara.

"Selama 18 tahun lo hidup, lo belum pernah lepas kandang gitu, Ko?" Chiko menatap Liam, lalu menggeleng. Ia memang jujur, diantara 3 temannya yang lain, hanya Chiko lah yang masih perjaka ting-ting.

"Ini sih definisi saya masih ting-ting, dijamin masih ting-ting, belum berpengalaman ..." Suara merdu Raga alias merusak dunia, menggemakan ruangan disana. Semua orang disana meringis, lalu menutup telinga mereka.

"Gue mah tipikal orang yang pinter ngejaga burung, Bro." Bangga Chiko namun dibalas kekehan oleh teman-temannya. "Serius, senjata gue ini limited edition, terbatas dan cuma satu lobang doang yang boleh ngerasain. Beuh mantap lah, burung gue berarti gak gampangan, gak murahan."

Chiko menepuk-nepuk bagian bawahnya. "Ini kalo diibaratin sama senjata, senjata gue ini cuman ada satu di dunia karena apa? Karena senjata gue berbahaya. Sekalinya nembak, itu lobang gue obrak-abrik."

AETERNUM Where stories live. Discover now