AETERNUM | BAB 9 - Two Hugs

35 12 2
                                    

"Nangis aja gapapa, bahu gue tersedia bebas buat lo."

Isakkan Auryn terhenti, Auryn mendongakkan kepalanya menatap orang yang lebih tinggi darinya sedang tersenyum ke arahnya.

Orang ini ... Mateo, sedang tersenyum ke arahnya lalu menarik Auryn ke pelukannya. Walaupun ia tidak paham apa yang sebenarnya terjadi, tapi setidaknya Mateo paham jika orang yang sedang bersedih pasti butuh sandaran.

"Menangis gak akan membuat lo lemah, nangis secukupnya. Setelah itu lo bangkit lagi, oke?"

Mateo tertawa melihat ekspresi waspada Auryn yang terlihat polos. "Gue gak akan cabul. Lagipula kita bukan orang asing lagi kan? Kita udah pernah kenalan sebelumnya."

Mateo mendekapnya dengan erat, membiarkan Auryn menangis di dekapannya. Membiarkan gadis itu menyalurkan segala kesedihannya. Dengan isak tangis Auryn, Mateo bisa merasakan bagaimana sedihnya gadis ini.

"Gue gak tau apa yang terjadi sampai membuat lo nangis kayak gini. Tapi, yang perlu lo tau, I'm still here for you. Lo bebas bersandar di bahu gue kapan aja, lo bebas meluk gue dimana aja."

Tangan Mateo mengelus surai rambut Auryn dengan lembut. Ia tadi sempat melihat Auryn masuk ke bengel Eagle's Dark, Mateo juga sebenarnya ingin memata-matai Vincent disana. Tapi saat melihat Auryn keluar dari bengkel sembari berlari dan menangis, Mateo yakin pasti ada apa-apa disana.

Sekarang ia memiliki alasan kuat untuk menghancurkan Vincent. Bukan hanya tentang kematian Orion, tapi ia memiliki alasan lagi.

Memberi perhitungan kepada Vincent yang telah membuat Auryn menangis.

"Makasih, makasih udah ngebiarin bajunya kena ingus aku." Kekeh Auryn setelah puas menangis, ia menghapus air matanya.

"Tenang aja, gue orang kaya. Baju bisa gue beli kapan aja." Canda Mateo dan bisa langsung membuat Auryn tertawa lebar setelah ia menangis.

"Gue anterin lo pulang ya? Gue takut lo kenapa-napa."

"T-tapi ..."

"Gak akan ngerepotin, kebetulan gue juga lagi gabut, linglung pengen kemana." Mateo tahu apa yang dipikirkan Auryn, ia akhirnya menciptakan alibi agar Auryn tidak merasa bersalah dan mau menerima tawarannya.

"Oke, kalau gak ngerepotin kamu."

"Jadi ... c'mon! Kita berangkat!"

Melihat tangisan yang sudah digantikan senyuman lebar itu membuat dia lega. Akhirnya, gadis ini bisa tertawa lagi. Tapi satu hal yang membuat ia curiga sekaligus bingung.

Buat apa Auryn bersama Mateo? Chiko akan mencari tahu soal ini.

🍁🍁🍁🍁

"Jadi ini rumah lo? Oke juga."

Auryn terkekeh melihat respon Mateo yang terlihat takjub dengan kebesaran rumahnya. Mateo seperti orang yang tidak pernah melihat rumah besar seperti ini, padahal Auryn juga yakin jika rumah Mateo juga gak kalah besar dengan rumahnya.

"Aku yakin rumah kamu gak kalah besar dari rumah ini."

Kepala Mateo mengangguk yakin, ia mencoba sombong di depan Auryn. "Rumah gue juga gede sih, tapi yaa tetep aja takjub, Ryn."

"Tapi selama ini aku liat kamu di pinggir jalan mulu. Waktu pertama kali kita ketemu, kamu ada di pinggir jalan dan waktu kedua kalinya kita ketemu kamu juga ada di pinggir jalan."

AETERNUM Where stories live. Discover now