"Well, well, well calm down Ma'am. Okay, listen to me Lotty, this is my friends house. He invited me to his party, to celebrate his new house. He's my old friend from Mullingar. I don't want to come alone, so here we are." she explained. 

"PARTY? But, look at what I'm wearing Ann, its not propper. I can wear something better if you tell me in the first place." I said complaining. 

Aku melihat bajuku, aku mengenakan jeans biru gelap dengan tank top putih yang untungnya kulapisi dengan blazer cokelat mudaku. Ann mengenakan dress abu-abu dengan potongan leher sabrina, dan seperti biasa, ia cantik. Sekali lagi aku melihat bayanganku di kaca mobil dan well, menurutku tidak terlalu buruk. 

Kami pun masuk ke rumah itu dan seketika itu pula aku berdecak kagum. 

Rumah itu tidak terlalu besar, desain mininalis dan elegan bercampur jadi satu. Kombinasi warna hitam putih terlihat menonjol dibanding warna lainnya, menunjukkan sisi kemaskulinan pemiliknya. 

Kami menuju ruang tengah dan ternyata sudah lumayan banyak yang berkumpul disana. Aku tidak mengenal satu pun diantara mereka. Aku hanya mengikuti Ann pergi, ketika ia sedang mengobrol dengan salah seorang yang dikenalnya, tiba-tiba ada seseorang yang tak sengaja menumpahkan koktailnya ke bajuku. Dengan segera bajuku menjadi basah, laki-laki itu meminta maaf. Ketika aku hendak mengamuk, tiba-tiba Ann berdiri di sampingku. "Oh there you are. I'm looking for you. Dan kamu menumpahkan minumanmu di baju sahabatku. How are you Niall?" ia menyapa laki-laki yang ternyata bernama Niall. Aku menunjukkan pandangan dan sikap protes ke arah mereka berdua karena seolah mereka melupakanku yang basah kuyup ini. Ann tertawa kecil dan kemudian memperkenalkan aku dengan Niall. 

"Now you apologize to her Niall, you made her clothes wet" Ann menyuruh Niall. 

"Uhm...so sorry Charlotte, I didn't mean to do that." Niall minta maaf padaku dengan kikuk. Aku yang tadinya hampir meledak malah tertawa kecil karena melihat tingkahnya. 

"Ok then. I forgive you, but I think I should go home. I need to change my clothes. Ann, I'll go home by a cab. You can stay here." aku berkata pada Niall dan Ann. 

Ann terlihat protes, tapi sebelum ia menyuarakannya, Niall berbicara padaku lagi. 

"Jangan pulang. Maafin aku ya. Gini aja deh, di lantai 2 ada kamar tamu dan disana ada lemari baju. Aku memang sengaja menyediakannya untuk situasi seperti ini. Kamu bisa pilih baju disana. Yuk, aku antar." 

Aku melirik Ann. Ia mengangkat bahunya dan menyuruhku mengikuti Niall. 

Niall menunjukkan letak kamarnya, ia membuka pintunya dan menungguku. 

Aku agak canggung karena masuk ke tempat asing. Mataku melihat sekitar, kamarnya besar dan rapi. "Memang didesain untuk tamu rupanya" ujarku dalam hati. 

Aku menemukan lemari baju, aku sibuk memilih baju mana yang sesuai dengan ukuranku. Tiba-tiba Niall ada di sampingku, aku terlonjak kaget. Ia membantuku memilihkan baju dan pilihannya jatuh pada sebuah dress mini berwarna putih dengan tali tipis di kedua bahunya. 

"Ini, pake ini aja. Ukurannya pas di kamu. Lagi pula, baju lainnya kebesaran deh menurutku." ujar Niall. 

Aku melihat baju itu, "bagus sih, tapi menurutku kependekan deh." 

Niall menaikkan sebelah alisnya, "nggak kok. Udah coba aja dulu, aku yakin bakalan pas banget di kamu." 

Setelah meyakinkanku Niall menyodorkan dress tersebut kearahku. Aku mengambilnya dengan ragu sambil menyuruh Niall menunggu. Aku berjalan ke arah toilet. Aku mengganti bajuku yang basah dengan dress itu. Kemudian aku melirik ke kaca, pantulanku di cermin membuatku kaget. Ternyata dress itu memang pas di tubuhku, tidak terlalu mini dan terlihat manis. Aku merubah sedikit gaya rambutku, aku mengikatnya kemudian menggulungnya hingga membentuk bundar. Aku tidak memakai make up karena memang tidak menyiapkannya. Kupoles bibirku dengan lipstik dan lipbalm yang selalu ada di tasku. Aku melihat ke arah kaca sekali lagi dan memastikan bahwa aku tidak berlebihan. Untungnya, aku mengenakan heels hitam kesukaanku, jadi tak ada masalah dengan itu. 

Aku membuka pintu toilet dan berjalan menuju pintu keluar. 

Niall sedang membelakangiku karena ia mengobrol dengan seseorang yang mungkin salah satu temannya. 

"Niall? I'm done. Lets go back to Ann." kataku sambil berjalan kearahnya. 

Niall mengakhiri pembicaraannya dan kemudian menoleh ke arahku. 

Aku tidak akan pernah lupa ekspresinya saat itu. Raut mukanya kaget bercampur dengan kagum. Matanya tak henti menatapku dan tidak berkedip. Ia membatu. Aku berjalan mendekatinya dan ia tetap tidak bergeming. 

"Niall. Hello...." I waved my hand in front of his face. Then in one second, "O..oh, yeah. Charlotte. Yes, whats up? You done?" he said nerveously. Kemudian aku sadar, ada semburat kemerahan di kedua pipinya dan mukanya memerah. 

"Niall, kamu sakit? Muka kamu merah loh." aku bertanya. 

"Err, nope. I..I'm fine. Lets go down." he said without looking at me anymore. 

Aku melihatnya menggumamkan sesuatu sambil menuruni anak tangga. Tapi aku tidak terlalu mendengarnya.

Fall For YouWhere stories live. Discover now