chapter 19

5.1K 76 6
                                    

heyho!! i'm baaack...
thank you for all you support, comments, vote and like.
thank you for following me..
thank you so much for everything you guys do to this story..
I'm so glad and so happy, I can't do anything without your support and opinion :)
you guys are amazing!!
so I will post one chapter, and this story will ended soon!
who is excited about the ending?
please comment and gimme your opinion, it means a lot :)))
don't forget to vote,like and promote this story.
I will post another fanfic after this story ends, but I need your support as well hehe..
Please enjoy this chapter
much love xxx -cens-

---------------------------------------------------------------------------

Charlotte POV:

Sesampainya aku di rumah, aku langsung menuju kamarku dan mandi. Kemudian aku turun ke dapur dan menyiapkan makan malam untukku dan papa. Tidak banyak makan malam hari ini, aku hanya menyiapkan mashed potato dan daging asap yang sudah kugoreng dengan bawang bombay. Tepat setelah semuanya kuletakkan di meja makan, kudengar mobil papa datang, tak lama papa masuk dan kaget dengan keberadaanku di dapur. Ia mencium keningku dan memelukku sambil tersenyum. “Hello beautiful. How’s your day been? Tumben nih kamu masak.” Ujar papa sambil meletakkan tasnya di kursi. “I’m doing good Dad, how about you? Uhm nothing, I just want to cook, hehehe..”  Jawabku sambil tersenyum lebar. Papa hanya mengangguk dan melihat ke meja makan sebentar, kemudian berjalan ke kamarnya untuk mandi. “hmm, smells good. Papa mau mandi dulu ya, habis itu kita makan.” Ujarnya sembari berjalan keluar dapur.

Setelah 15 menit menunggu di ruang TV, papa datang dan mengajakku makan. Papa makan dengan lahap dan memuji masakanku. Kami tidak banyak mengobrol ketika sedang makan, jadi kami dengan segera menghabiskan makan malamnya. “Dad, I wanna tell you something.” Ujarku sambil membereskan meja makan. “Ada apa? Everything is good?” tanya papa dengan nada sedikit khawatir. Aku tertawa mendengar pertanyaannya. “Lho kok kamu malah ketawa sih?” kata papa sambil sedikit cemberut. “Hahaha, nggak pa, lucu aja. Everything is good, very good. Sebentar ya pa, aku nyuci piring dulu. Nanti deh aku certain.” Jelasku seraya mulai mencuci piring dan gelas kotor. Papa hanya geleng-geleng kepala dan berjalan menuju ruang TV, mungkin mau menonton TV sambil menungguku.

Sehabis mencuci piring aku segera menyusul papa ke ruang TV dan aku langsung menghempaskan diri di sofa.
“Yampun Charlotte, what’s wrong with you? Pelan-pelan dong saying.” Ujar papa.
“Hehe, sorry Dad. I’m too way excited to tell you.” Jawabku cengengesan.
“Duh aduh. Anak papa ini, mau cerita apa, Nak?” Tanya papa lembut.
“Jadi…. Aku ditunjuk mewakili Universitas buat melakukan penelitian seni di Yunani, Pa! Pak Stewart, dosenku sendiri yang menunjukku. Gimana? Keren kan?” jelasku sambil tertawa bahagia.

“Wow, hebatnya anak papa. Terus berapa lama kamu ditugaskan untuk melakukan penelitian? Kok jauh sekali ya di Yunani.” Kata papa.
“Err… Satu tahun,Pa. Dibiayai oleh Universitas. Aku juga nggak tau kenapa jauh banget. Tapi aku seneng banget,Pa. Gimana? Boleh aku pergi? Pak Stewart menunggu jawabanku besok.


Papa hanya terdiam dan terlihat berpikir, raut mukanya serius dan menatapku lekat-lekat.

“Pa?” aku melambaikan tanganku di depan wajahnya.
“Oh, sorry. Uhm, Charlotte, waktu satu tahun itu tidak cepat, apa kamu sudah benar-benar mempertimbangkan semuanya? Lagipula Yunani itu jauh dan kamu disana pasti bakal sendiri. Papa sebenarnya agak khawatir, Nak” jawab papa.
“Pa, aku sudah besar. Lagipula aku memang menginginkan hal ini. Selain bisa melakukan penelitian, aku bisa juga menjernihkan pikiranku dari semua kejadian belakangan ini. Papa mengerti kan maksudku, aku butuh waktu dan butuh ruang untuk bernafas, I mean, too much pressure Dad, I can’t be here, at least for a while.” Ujarku sambil menghela nafas.
“Yes I got it, kamu memang sudah besar, kamu tumbuh menjadi gadis mandiri dan sangat tegar. Kamu membuat papa bangga, Nak. Hanya saja, apakah kamu harus pergi sejauh itu? Papa mengerti kamu butuh ruang dan waktu untuk bisa memulihkan diri atas kejadian beberapa bulan belakangan. Lalu, bagaimana dengan Niall?” Tanya papa lagi.
“About that. To be honest, I don’t know Dad. I mean, aku mencintainya tapi belum bisa sepenuh hati menerima kenyataan. Aku sangat ingin bisa memaafkannya dan kembali bersamanya seperti dulu, Pa. I really want.” Jawabku lirih.
“Well, papa sangat mengerti dan menghargai keputusanmu, Nak. Begini saja, jika menurutmu ini adalah jalan yang terbaik, pergilah. Mungkin dengan begitu, kamu bisa melupakan dan memaafkan perbuatan Niall. Kamu harus bisa menerima kenyataan, Nak. Jangan bersedih lagi, papa turut sedih kalau kamu bersedih. Pergilah, papa menyetujui kamu pergi ke Yunani, Nak.” Jawab papa panjang lebar sambil memelukku.

Fall For YouWhere stories live. Discover now