Chapter 34

3.9K 83 7
                                    

yuhuu~ how r u guys??
yeay I updated this story.
I dedicated this for you guys, thanks for supporting me.
It means a lot that you guys is reading this story and like it.
I hope this chapter is good and explain anything happened in the prev chapter, hihi...
please enjoy it :D :D

--------------------------------------------

Charlotte’s POV:

Previous part on chapter 32
“You sick, let me go!” teriakku lagi.
“Sshh, you are mine, Charlotte. You are mine.” ujarnya.

**

Aaron berkata begitu sambil menidurkanku di ranjang, ia kemudian menciumiku dan ia memposisikan badannya diatas tubuhku. Aku merasakan panas tubuhnya, aku semakin  meronta-ronta dan ia justru semakin menikmatinya. “Wow you’re so hot and yeah its so tight in here,” ia berujar sambil melonggarkan celananya, kemudian ia  membuka bajunya dan aku terperanjat kaget. Ia hanya tersenyum melihat reaksiku dan ia meneruskan aksinya, ia membuka celananya dan hanya tinggal mengenakan boxer. Lalu ia melihat ke arahku dan medekatiku, aku menendangnya sekuat tenaga namun itu hanya dapat memperlambatnya sejenak, ia berhasil mengatasinya. Ia mencopot celana pendekku dengan paksa, aku terus meronta dan menjerit tapi itu seolah tidak berguna, aku sangat panik dan takut, takut ia akan melakukan yang terburuk padaku. Entah karena aku terlalu takut dan panik, tiba-tiba kepalaku sangat pusing dan dadaku sesak, aku masih bisa menahannya dan terus memberikan perlawanan pada Aaron. Namun tidak sampai semenit – kurasa – sekelilingku menjadi gelap dan aku tidak tahu apa yang terjadi berikutnya.

***
“Charlotte… My love, please wake up.. I’m here babe.”

Aku mendengar sayup-sayup ada sebuah suara yang sangat kukenal dan kurindukan, memanggil namaku namun terdengar sangat jauh. Perlahan aku berusaha membuka mataku, samar-samar aku melihat bayangan Niall, aku kembali memejamkan mataku, “Ah mungkin ini hanya mimpiku saja,” batinku dalam hati. Namun aku mendengar namaku terus dipanggil, kemudian aku merasakan sebuah kecupan di keningku yang membuatku merasa nyaman dan aman. Kubuka kembali mataku, kali ini penglihatanku sudah jelas dan nampak disebelahku, Niall sedang duduk dan menggenggam tanganku erat-erat. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, Niall berada di sini, di dekatku.
“N..Niall…?” aku bertanya dengan suara lirih.
“Yes my love, am here. Are you alright?” balasnya sambil tersenyum dan mencium tanganku.
“Mmmhmm…” gumamku, “Where am I? Dan gimana kamu bisa ada disini?” tanyaku.
“Ssshhh.. Calm down darling. You’re in a hospital, your friend told me. Aaron.” jelasnya padaku.
“W..what? Aaron? Where is he now? What happen to me?” tanyaku dengan nada panik.
“Yes, Aaron and his dog, Omega. He’s outside, mau aku panggilin? Kamu sudah tidak sadarkan diri selama 2 hari Charlotte. That’s why I’m here, me, Oom Bruce and Ann is worry about you. Untung ada Aaron yang membantumu. Tunggu, akan kususruh ia masuk dan menceritakan semuanya.” Katanya seraya memanggil Aaron masuk. Tak lama kemudian Niall masuk bersama Aaron, Aaron tersenyum lega melihatku sudah sadar, mereka berdua duduk di samping ranjangku, Niall duduk dekat denganku dan kembali memegang tanganku.

“So Aaron, she would like to know about what happened at the camping site. Actually me want to know too.” ujar Niall.
“Well, firstI’m glad that you’re finally awake Charlotte. I mean, I’m so scared, kamu dua hari tidak sadarkan diri dan terus memanggil nama Niall. So I called him and told him about you being in the hospital. Uhm and about what happened to you, I don’t know for sure because it was happened so fast. Aku sedang menyiapkan tenda dan kamu memberiku makanan untuk dimakan. Setelah itu kamu pergi ke dekat sungai dan tidur memandangi langit, aku sudah selesai dengan pekerjaanku dan bergabung denganmu menikmati malam. That night, I admit it you’re so hot, I mean its like I like you but yes I think you already have a boyfriend back in UK and I’d wanna kiss you..”jelasAaron sambil melihat gugup ke arahku dan Niall.
“Hey, I thought you’re a good guy Aaron. Did you do…” ucapan Niall terpotong sebelum ia melanjutkannya.
“No..no.. Niall. I know what you’re thinking, but I can guarantee that I didn’t do anything stupid or wrong with her.” Sahut Aaron buru-buru dan meyakinkan Niall.
“Well, its good then. Continue your story please.” Jawab Niall sambil meremas pelan tanganku, aku bisa mendengar ia menghela nafas lega.
“Okay, and then Omega run away. Yeah, I mean I think he saw something that made him interested. Omega kalau sudah penasaran, sangat sulit untuk diatur. Aku berusaha memanggil namanya berkali-kali namun ia tidak mendengar. Kau juga ikutan memanggilnya, Charlotte. Tapi ia tidak kembali, kemudian aku menyusulnya dan kau ingin ikut denganku namun kularang, aku takut ada yang berbahaya disana, ditambah kondisi sudah larut kala itu. Kau bersikeras ingin ikut dan akhirnya aku mengalah, kau ikut denganku dan berada di belakangku. Aku mendengar suara gonggongan Omega, ia tidak terlalu jauh rupanya dan akhirnya aku dan kau berhasil menemukannya. Ternyata Omega menemukan bangkai kelinci, masih baru. Langsung aku menjadi waspada, berarti si pemilik bangkai masih ada di sekitar sini untuk mengambil miliknya. Lalu aku mendengar suara di balik semak-semak dan tiba-tiba sesosok beruang berukuran sedang muncul. Spontan aku langsung berteriak menyuruhmu dan Omega untuk lari, untungnya beruang itu tidak fokus terhadap kehadiran kami, ia mendekati bangkai kelinci buruannya dan aku langsung mengajakmu serta Omega untuk melarikan diri. Kita berlari kencang menjauhi beruang itu, Omega memimpin di depan dan aku paling belakang, kudengar beruang itu mengeluarkan suara mirip auman dan aku melihatmu menoleh kebelakang dengan panik. Saat itulah kurasa kau tersandung sesuatu – entah batu atau akar yang menjalar – sehingga kau terjerembab jatuh. Aku segera menghampirimu dan mengecek kondisimu, saat itu kau masih sadarkan diri tapi tidak bisa berjalan, kakimu sedikit luka, dan akhirnya kau kugendong. Ketika akan sampai di tempat kemping, aku merasakan ada cairan hangat mengalir di tanganku, aku semakin memacu lariku dan segera setelah sampai di tenda aku meletakanmu di sleeping bag tapi kau sudah tidak sadarkan diri. Saat itulah kusadari, cairan hangat tersebut adalah darah segar yang mengalir dari kepalamu. Segera kuambil kotak P3K dan berusaha menghentikan pendarahanmu, kubersihkan lukamu dan kuperban. Aku ingin saat itu juga membawamu ke rumah sakit, tapi hari sudah sangat gelap dan berbahaya, jadi kuputuskan untuk menunggu pagi baru membawamu ke rumah sakit. Setelah memastikan kau aman, aku mencari Omega, kulihat ia sudah asyik lagi dengan mainan yang kubawakan untuknya, aku menghampirinya sebentar dan kemudian tidur. Setelah pagi datang, aku membereskan peralatan kita dan kemudian langsung membawamu ke rumah sakit bersama Omega. Meskipun sudah ditangani dokter kau tidak kunjung sadar, namun yang melegakan, dokter bilang tidak ada luka parah ataupun permanen. Setelah menunggu 2 hari dan kau tidak sadar juga, kuputuskan untuk menelepon Niall, aku mendapatkan nomornya dari ponselmu – maaf jika aku membuka ponselmu – dan yeah akhirnya ia sudah disini.” Jelas Aaron panjang lebar kepadaku dan Niall.

Setelah mendengar cerita Aaron, aku lega, ternyata semuanya hanya mimpi burukku dan ternyata Aaron memang baik.Kemudian Niall menepuk pundak Aaron, kudengar ia mengucapkan terimakasih karena telah menyelamatkanku. Lalu aku kembali berpikir, setelah kuingat-ingat memang benar apa yang dikatakan Aaron, Omega menghilang ketika aku sedang berbaring menikmati malam dan aku sedang merindukan Niall kala itu. Lagi, kuhembuskan nafas lega karena semuanya hanya mimpi buruk, entah apa yang menyebabkanku bisa bermimpi seperti itu, aku curiga karena pengalaman burukku dengan Harroldlah yang membuatku bermimpi seperti itu tentang Aaron. Kulihat Niall dan Aaron ngobrol bersama, senang rasanya meihat Niall ada di dekatku lagi. Tak lama kemudian, suster masuk dan menyuruh mereka keluar karena aku butuh minum obat dan beristirahat. Niall mendekatiku dan mencium keningku, ketika ia hendak pergi, aku menggenggam tangannya dan berkata, “Don’t leave me.” Ia tersenyum dan balas menggenggam tanganku. “Don’t worry babe, I won’t. I’ll be here, but for now you need some rest. I promise you I won’t go anywhere. Aku akan menunggu di luar sampai suster mengizinkanku masuk.” ujarnya dengan lembut. Lalu ia mencium pipiku, dan yang tak kusangka-sangka, ia mencopot selang oksigenku dari hidung dan kemudian menciumku di bibir, ia menciumku dengan lembut dan membuatku nyaman. Ia menciumku tepat di hadapan suster, itu membuatku tersipu malu, suster hanya bisa melotot ketika melihat Niall mencopot selang oksigen dan menciumku. “Selangnya mengganggu, but I will put it back, don’t worry.” Ujarnya sambil kembali memasang selang oksigen dan meringis. Setelah itu ia keluar menyusul Aaron dan membiarkanku dirawat oleh suster. “You have a good boyfriend, you know. He’s wonderfull.” kata suster sambil menyuntikkan antibiotic ke selang infusku. “Yeah he is. I love him so much and am glad that he’s here now.” balasku. “Yes and I can tell that he love you too. Oh, and your friend is so nice too, dia gak berhenti menjagamu selama kamu tidak sadarkan diri. Lucky you.” kata suster lagi, ia sudah selesai memberiku obat-obatan dan vitamin. “Yeah I guess so.” Sahutku. Setelah itu suster menyuruhku tidur dan ia keluar dari kamarku.

to be continued
----------------------------------------

hohoho, what do you think???????
sorry if there's any typo i didn't re-read it..
sorry if this is too short >.<
I will make it better in the next chapter~
please don't be hesitate to comment anything, i read it :))
comment, vote, like and spread this to your firend..
it'll be amazing! hehehe.. thanks guys and love you
-cens-

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang