chapter 7

6.2K 88 3
                                    

Niall's POV

"Look, let me punch him, Charlotte." I said to her. Tapi dia mencegahku melakukannya. Aku sangat kesal dengan perlakuan Harrold yang semena-mena. Aku sangat khawatir dengan keselamatan Charlotte. Kami berjalan menuju parkiran dan segera menuju cafe tempat kami janjian dengan Ann.
Di dalam mobil, aku melihat tangan Charlotte yang sedikit merah akibat cengkraman Harrold.

"Oh look at you hand, sakit nggak?" ujarku sambil meraih tangannya.
"Auch. A little bit." Charlotte menjawab sambil sedikit meringis.
"Dasar cowok aneh. Kenapa sih dia ganggu kamu terus. Kesel banget aku. Kamu harus membiarkan aku menghajarnya, Charlotte." kataku sedikit emosi.
"Hey calm down Niall. You don't need to do that. Kamu bisa terluka lho." hibur Charlotte.
"Ok. But, if he did this again. I swear, I'll punch him in the face. And thanks ya karena udah ngebela aku. Maaf kamu jadi terluka." aku berkata sembari mencium pipinya.

Charlotte kaget dan tersipu malu dengan tindakanku. Aku melihat ada semburat merah di pipinya.

"Well.. Uhm, its alright. Dan aku memang harus membela kamu, karena Harrold kasar sekali." jawabnya pelan.

Ia menceritakan tentang proyek yang ia kerjakan bersama Harrold. Ternyata, pameran lukisan. Tak terasa kami sudah sampai di cafe yang kami tuju. Kulihat Charlotte menelepon Ann, ternyata ia belum sampai. Kami memutuskan untuk masuk dan duduk di dalam terlebih dahulu.
Pelayan datang, kami pun memesan. Seperti biasa, Charlotte memesan hot chocolate, her favourite drink. Dan aku memesan hot  mocchacino ditambah dengan mint cake kesukaanku.
Selagi menunggu pesanan dan kedatangan Ann, aku dan Charlotte terus mengobrol. I feel she's different. Aku merasa kali ini Charlotte mau terbuka dan lebih santai. Its a good thing of course.

"So, how do you feel?" aku bertanya.
"Eh? About what?" she asked me back.
"Uhm, I dunno, haha. About everything. Are you still sad, about your Mom." I asked her.
"Oh. Well, its hard to tell but I think I'll try to accept that she's not here anymore. Aku mencoba tegar dan melanjutkan hidupku. Besides, I have you Niall, and Ann. You guys are amazing, especially you. Kamu bisa membuatku merasa nyaman dan aman, and thanks karena selalu ada buat aku." jawab Charlotte sambil menatap mataku.

Aku bisa melihat matanya yang berwarna biru cerah menatapku dengan kebahagiaan dan rasa syukur. Ia tersenyum kepadaku. Cantik sekali. Aku tahu, senyum yang ia berikan padaku tulus dan aku juga tahu bahwa di balik senyum itu, ia menyimpan kepedihan dan kerinduan akan sosok mamanya. Aku juga tahu ia berusaha keras agar tidak menangis.
Aku mendekat ke arahnya dan kemudian memeluknya. Ia diam saja kupeluk, kurasakan ia juga balas memelukku. Badannya yang mungil berada dalam dekapanku, bahunya sedikit bergetar, pertanda bahwa ia menangis pelan. Aku menenangkannya, mencium kepalanya dan berkata semuanya akan baik-baik saja dan aku akan selalu ada untukknya.

Aku melepaskan dekapanku. Ia kembali duduk di kursinya dan ia tampak lebih baik.
Charlotte tidak berani menatap wajahku, ia malu atas kejadian tadi. Yeah, aku nggak akan menyalahkan dia sih. Tapi kemudian, ia mengangkat wajahnya, menatapku dan memberikanku senyum terindah yang selama ini aku kagumi. Ia mengucapkan terimakasih lagi kepadaku. Dan aku bisa mengatakan kalau ia sudah lebih baik. Keinginanku untuk bisa menjadi orang yang dapat menjaganya semakin kuat. Aku juga merasa ia membutuhkanku. Aku harus tetap bersabar dan well, aku tidak bisa jauh darinya.
Pesanan kami datang. Aku meliihat ke jam tanganku, sudah jam 4PM, tapi Ann tidak kunjung datang. Charlotte juga mulai bertanya-tanya kenapa Ann belum juga tiba.
Ia kembali menelepon sahabatnya itu, sejurus kemudian ia bilang kalau Ann tidak jadi datang. Ann mendadak ada urusan yang harus diselesaikan.
Tak lama ponselku bergetar, ada pesan masuk. Ann.

"I saw you guys. Kupikir kalian butuh waktu untuk berdua. Terus maju Niall, Charlotte need you.She's love you too.  I can tell it from the way she look into your eyes. Hehe. xx" 

Aku tersenyum simpul membaca sms dari Ann. Memang khas dari Ann, dia selalu bantu aku biar bisa dekat dengan Charlotte.
Kemudian, aku mulai memakan mint cakeku. Charlotte sibuk memperhatikan aku makan.
Ia lucu sekali, memperhatikannku dengan seksama, kadang ia tersenyum, seolah aku ini badut.
Aku iseng menorehkan krim kue mintku ke hidungnya, dan ia kaget. So funny.

"Wuah, kok kamu gitu sih?" ujarnya.
"Hahahaha, abisnya kamu lucu sih, lagian ngapain ngeliatin aku makan?" jawabku.
"Gak kenapa-kenapa. Lucu aja liat kamu makan kuenya, kayak nggak pernah makan." she said.
"Ah, lucu atau lucu..." aku menggodanya. 
"Iiih, apaan sih Niall. Nggak jadi deh aku bilang lucu. Jelek." ia sedikit ngambek, tapi juga tersipu malu.
"Hahahaha, iya iya. Gitu aja pake ngambek. Jelek tuh mukanya, jadi kayak nenek-nenek" aku menggodanya lagi.

Ia kemudian mencubit kedua pipiku dan bilang bahwa ia tidak seperti nenek-nenek. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkahnya meskipun pipiku sedikit sakit. Aku menawarinya kueku, awalnya ia menolak, tapi akhirnya ia mau. 

"Ih kok enak? Sini buat aku aja." ujarnya seraya memindahkan posisi piring berisi kue ke hadapannya.
"Weits, kok gitu? Ini kan punyaku." jawabku sedikit tidak rela -bercanda tentu saja-
"Biar. Kan kamu udah makan tadi, lagian ini imbalan karena udah ngatain aku nenek-nenek." ia mencibirku sambil memakan kuenya.
"Ya ampun. Segitunya. Aku mau dong Charlotte, satu suap lagi. Dikit aja deh." rayuku.
"Oke. Buka mulutmu." perintahnya.

Aku membuka mulutku, ia menyuapiku, tapi hanya sepotong kecil. Benar-benar kecil. Aku pura-pura kaget dan marah karena ia berlaku tidak adil. Ia tertawa melihat reaksiku. Betapa bahagianya aku hari ini, bisa lebih dekat lagi dengan Charlotte.

"Thanks Ann, kurasa kamu benar. Charlotte bersikap sedikit berbeda hari ini. In a good way. Wish me luck! x"

Aku membalas sms Ann. Setelah itu, kami pulang karena sudah cukup larut.
Di mobil, Charlotte menyetel lagu One Republic yang berjudul Secret. Kami bernyanyi bersama sepanjang perjalanan.
Kami pun sampai di rumahnya, ia mengucapkan terimakasih dan mencium pipiku sebelum keluar. Aku menahannya, wajahnya tepat berada di hadapanku. Kemudian aku mencium bibirnya dan setelah itu ia keluar dari mobil dengan wajah merah merona dan tersenyum malu.

Dalam perjalanan pulang, aku merasa campur aduk.
"Apakah aku tadi berlebihan?" gumamku.
Aku terlalu terbawa suasana, dan to be honest, I can't handle it. You know its really hard to control yourself. Charlotte begitu rapuh dan cantik. Ia begitu natural dan entah mengapa aku tadi menciumnya.
"Kuharap ia tidak marah" batinku.

Aku pun sampai, kuparkir mobilku di garasi dan aku masuk ke dalam rumah.
Aku merasa aneh, ada suara TV menyala. Aku menjadi waspada dan mencari tongkat baseballku yang ku letakkan di tempat tersembunyi.
Kemudian aku berjalan perlahan menuju ruang TV. Kosong. Hanya ada TV menyala, aku mencari ke sekeliling, tapi tidak ada.
Tepat setelah aku mematikan TV, ada suara yang menyapa di belakangku.

"Welcome home, Niall"

-------------------------------------------------

Can you guess who is it? :)
So what do you think? Comment and vote me please.
Hope you guys like this chapter..
I'll post next chapter soon.
Thanks -cens-
xxx 

Fall For YouWhere stories live. Discover now