chapter 32

3.9K 67 7
                                    

hi guys,,
first of all, I want to apalogize because I updated this story too way long.
I am trully sorry, I have work to do so I don't have much time to do an update..
I try to write this chapter as long as I can, and I hope you like it.
Thanks for reading this story, I do appreciate it. I love you all and you guys are the best!
Sorry if this chapter is suck, boring and short. I'll try to fix it next chapter.
Please enjoy it~~
---------------------------------------------------

Charlotte’s POV:

Aku bangun dari tidurku dan mendapati aku sudah tidak berada di dalam kemah lagi. Aku duduk di kasurku dan mengamati sekelilingku, aku berada di dalam kamar berukuran besar dengan tembok yang dicat abu-abu, ornamen di dalam kamar itu minimalis dan sangat maskulin, aku sangat bingung berada dimana saat ini. Seketika itu juga aku mengecek diriku sendiri, bajuku sudah tidak sama lagi seperti semalam, ada yang telah menggantinya selagi aku tertidur. “Tapi bagaimana bisa aku tidak merasakan apa-apa jika ada yang mengganti bajuku? Oh God, Aaron. Is he….” Ujarku kepada diriku sendiri. Aku segera beranjak dari kasur dan menuju pintu, namun ternyata terkunci dari luar, aku terkurung disini. Kuberjalan ke arah jendela dan aku sangat kaget dibuatnya, aku berada di dalam rumah yang terletak di atas bukit dan kamar tempatku berada terletak di samping jurang, dan itu berarti aku tidak bisa melarikan diri dari sini. Aku berusaha mencari tasku, aku membutuhkan ponselku segera, akan tetapi aku tidak bisa menemukannya dimanapun. “Damn it, I need my phone right now.” Umpatku. Tepat pada saat itu, kudengar suara pintu terbuka dan kulihat sosok Aaron berdiri di depan pintu dengan senyum mengembang di wajahnya.

“Well, you’re awake. How’s your sleep?” tanyanya sambil berjalan memasuki kamar.
“Where am I? What did you do to me?” aku bertanya padanya tanpa menjawab pertanyaannya.
“Ckck.. Don’t be like that my lady. Kuharap tidurmu nyenyak dan untuk informasi bagimu, aku tidak melakukan apa-apa terhadapmu. Well at least for now.” Jawabnya menyeringai.
Ia berjalan mendekatiku sambil tersenyum simpul, aroma tubuhnya menyebar di dalam kamar, ia tampak bugar dan seolah tidak pernah terjadi apa-apa semalam, seolah kami tidak pernah berada di lokasi kemah.
“Stay away from me. Where’s my clothes? If you did nothing to me, then who’s in charge to change my outfit?” tanyaku lagi sambil berjalan mengindarinya.
“You can’ go anywhere my lady. Nobody’s know that you’re here. Yang mengganti bajumu bukan aku tentu saja, meskipun aku sangat ingin, tapi aku meminta seorang wanita dari desa di bawah bukit ini untuk mengganti bajumu dan mengurus semua perlengkapanmu.” Jelasnya panjang lebar. Akhirnya ia duduk di kasur dan berbaring diatasnya.
“Where is my phone, Aaron?” aku kembali bertanya.
“Ckckckck… My lady, kamu banyak sekali bertanya. You’re not fun. I will leave you here. Dan seperti yang kamu lihat, kamu tidak bbisa melarikan diri dari sini. I’ll be back later after I finish my business.” Ujarnya sambil melenggang pergi. Aku masih memiliki banyak pertanyaan tapi ia sudah menutup pintu dan menguncinya.

“Well at least I’m safe. Right now. Aku harus memikirkan cara agar bisa keluar dari sini dan kembali ke Inggris.” Ujarku dalam hati.

Tidak banyak yang bisa kulakukan di dalam kamar itu. Meskipun ukurannya luas dan ada televise, aku tetap tidak menikmatinya. Kuhabiskan waktuku dengan memikirkan cara agar aku bisa lepas dari Aaron dan kembali ke Inggris. Lusa adalah jadwal penerbanganku kembali ke Inggris, aku sudah mengurus semua dokumen-dokumenku dan hasil penelitianku, aku hanya tinggal meminta tanda tangan dosen pembimbingku dan kepala asrama tempat aku tinggal. Seharusnya hari ini semua urusanku selesai, tapi karena aku terlalu lengah dan menyetujui ajakan kemah bersama Aaron, semuanya menjadi berantakan. Aku duduk terdiam di atas kasur merenungi kejadian yang menimpaku, bagaimana caranya Aaron bisa membawaku kemari dan aku tidak merasakan apa-apa. Bagaimana dengan Omega, kemana anjing itu. Aku tidak melihat kehadirannya sejak aku bangun hari ini, betapa malang nasibnya, padahal ia begitu lucu dan menggemaskan dan sangat menyayangi Aaron. Kuharap Omega baik-baik saja dan tidak terluka.

Entah mengapa aku tiba-tiba merasa mengantuk, padahal aku seorang diri di ruangan ini dan tidak makan apa pun yang bisa membuatku mengantuk. Ketika aku baru merebahkan diriku di kasur dan memejamkan mataku, pintu kamarku terbuka dan Aaron kembali datang. Dalam kondisi mengantuk, aku melihat sosok Aaron sedikit berbeda dengan tadi pagi, ia nampak berantakan dan sempoyongan, aku tidak tahu apakah ia mabuk atau tidak. Ia berjalan kearahku dan langsung menjatuhkan dirinya di sampingku, di tempat tidur. Meskipun aku agak mengantuk, aku tetap waspada, ketika ia menjatuhkan dirinya di kasur, aku langsung beranjak pergi, kali ini aku lebih gesit darinya. Aku berdiri dan berjalan menuju pintu yang terbuka, aku melihat kesempatan untuk bisa kabur dari Aaron.

Ia mengerang dari kasur dan segera bangun begitu sadar dengan apa yang sedang terjadi. Ia segera berlari menuju pintu sebelum aku sempat meraih gagang pintunya, padahal sedikit lagi aku bisa kabur dari tempat ini. Aku terdiam di samping pintu yang tertutup, kecewa dengan diriku sendiri, kenapa aku tidak lebih cepat meraih gagang pintu dan segera kabur. Aaron berdiri tepat di depan pintu dan menyeringai kepadaku, kemudian ia menarikku dan memojokkanku, aku terkunci diantara tembok dan dirinya, tidak ada jalan keluar. Jaraknya begitu dekat denganku, aku bisa mencium aroma alkohol yang keluar dari mulutnyaa, rupanya ia mabuk.

“Stay away from me! You smell like alcohol.” Umpatku.
“Yea, that’s right. But I like it, apakah itu mengganggumu?” Ia bertanya padaku sambil berusaha menciumku.
“No way. Jangan berani-beraninya menciumku!! Get off me, Aaron.” Ujarku sambil mendorong badannya.
“I like this. You’re so hot and cute when you’re angry. Makes me wanna do bad things to you.” Ia menjawab dengan santai dan tetap berusaha menciumku. Tangannya memegang pinggangku erat-erat sambil sibuk mengelus punggunggku. Ia kemudian menciumi telinga dan leherku dengan agresif. Aku terkesiap kaget dan tanpa sadar aku mengeluarkan suara dari mulutku. Ternyata itu adalah ide buruk, reaksiku membuatnya semakin menjadi.
“Oh my lady, please do it again. You make me hard down here, babe. I like you more.” Ia berujar dan kali ini tangannya meremas pingganggku lebih keras dan dengan nafas yang memburu ia terus mencium leherku dan ia menggigitnya sehingga aku menjerit kesakitan. “Scream more my lady, your voice is great.” Ujarnya.
“Hell no. Please let me go!” aku berteriak sedikit frustasi karena mengetahui kesempatanku untuk bisa lepas darinya sangat sedikit.
“No..no..no… Aku sedang menikmatinya and in fact, I will carry you to my bed right now, so we can explore more from you.” Katanya sambil menggendonggku secara paksa.
Aku meronta-ronta dalam gendongannya, jarak antara pintu dan kasur tidak jauh, tapi aku tetap berusaha untuk lepas. Aku menendangnya, memukulinya dan bahkan menggigitnya agar ia melepaskanku, tapi nampaknya hal itu sia-sia karena ia justru semakin bergairah dengan tindakanku.
“You sick, let me go!” teriakku lagi.
“Sshh, you are mine, Charlotte. You are mine.” Ujarnya.

to be continued

------------------------

so yeah that's it~
what do you think?
what will happen next? is she save?
what about niall? will he rescue Charlotte?
Should I make them apart and write the sad ending?
hihihi
please tell me your opinion!
vote read like and spread this story..
thanks guys, love you so much
mwah -cens-

Fall For YouWhere stories live. Discover now