Chapter 36

3.9K 99 13
                                    

Hi guys, how r you??
Yeay I update this fanfic, hehe :)
Thank you for reading, am so happy for it..
For the new readers, welcome and hope you like this story :D
Please tell me your opinion about this fanfic and about this chapter :p
Sorry if its too short, I did my best, am so busy >.<
I love you all guys, comment, vote,like and tell ur friends about this story :)
Please enjoy 
----------------------------------------------

Charlotte’s POV

Aku sangat senang dengan keberadaan Niall disampingku, maksudku, sekarang ia ada di Yunani bersamaku, menemaniku di rumah sakit. Oh aku berharap bisa segera keluar dari sini, tadi pagi dokter memberitahuku – dan Niall – bahwa besok aku sudah bisa keluar dari sini karena kondisiku sudah pulih. Niall sedang tertidur di sofa di kamarku, semalam ia tidur disini menemaniku, ia bangun ketika dokter hendak memeriksaku tadi pagi dan sekarang ia tidur lagi. Aku tidak menyalahkannya, ia pasti kecapaian dan sangat letih, perlahan aku bangun dan turun dari kasurku, aku berjalan menuju sofa tempat Niall sedang tidur. Kulihat wajahnya sangat damai ketika sedang tertidur, wajahnya disinari sinar mentari dan itu membuatnya nampak semakin mempesona. Rambutnya yang pirang terlihat berantakan, namun aku suka melihatnya seperti itu, tangannya yang besar berada di belakang kepalanya sebagai pengganti bantal, bibirnya tertutup rapat dan bisa kurasakan hembusan nafasnya ketika aku mendekatkan wajahnya untuk mencium pipinya. Sengaja aku tidak menutup mataku ketika menciumnya, aku ingin melihatnya dari dekat, aku sangat merindukannya. Kemudian tiba-tiba ia membuka matanya dan tersenyum ketika aku masih menciumnya, aku menjerit kaget dan hendak mundur, ia menghalangiku, ia justru malah mendekatkan kembali wajahku kepadanya dengan tangan besarnya dan ia mencium lembut bibirku.

“How are you sleepyhead?” ujarku setelah ia melepaskan bibirnya dariku.
“Hmm.. Yeah am good. Terutama setelah mendapatkan ciuman darimu,” godanya kepadaku.
“Gees. Stop it, I’m so embarrassed. Kamu curang, kenapa buka mata pas aku cium kamu?” rengekku sambil tersipu malu.
“Hahahha.. Don’t be my love. Why? Because I want to see you. I miss you Charlotte,” ujarnya lagi sambil bangun dari sofa.

Aku sekarang berdiri di hadapannya, dengan menggunakan baju rumah sakit dan bertolak pinggang di depannya.
“What? Kenapa kamu begitu? Apa kamu gak kangen aku?” tanyanya.
“Nope,” ujarku, berbohong tentu saja.
“You’re lying. Oh c’mon babe, you can do better. Jangan ngambek dong, you look ugly if you angry,” godanya membujukku agar tidak merajuk padanya.
“Well, yeah, I lied. I miss you so much, Niall,” ujarku padanya dan tersenyum.
“I’m so happy to hear it. Come here, duduk disini,” kata Niall sambil menyuruhku duduk di sebelahnya.

Akhirnya aku duduk disampingnya, ia langsung memelukku dengan erat. Ia memelukku dari belakang, dan tangannya yang besar melingkari pinggangku, tangannya begitu hangat begitu pula pelukannya. Aku merasa aman bersamanya, kusandarkan badanku dan kupejamkan mataku, menikmati saat-saatku bersama Niall.

“Niall?” tanyaku.
“Yes sweety, what’s up?” tanyanya padaku.
“Can we stay like this forever? Aku suka banget berada dipelukanmu,” ujarku.
“Well, we can if you want. I’m going no where and we can stay like this forever,” ujarnya sambil  membelai kepalaku.
“Yes I want Niall. I want you. I feel save when am around you. And I’m miss you so much, sorry for my selfishness. Maksudku, aku sudah mengabaikanmu dan sekarang kamu rela datang kesini jauh-jauh karena aku masuk rumah sakit. You’re so sweet Niall, you know it? I don’t deserve you. But yeah am so happy that you’re here Niall,” ujarku panjang lebar.
“Ssshh, what are you talking? You do deserve me, I mean you’re so kind, fun and many more. You make me feel different, not like the other girls, you’re special. Kamu mau bersamaku apa adanya, I mean I’m not perfect. The point is I fall for you every time I saw you, I love everything about you Charlotte, you driving me crazy. Jadi jangan pernah kamu bilang kalau kamu tidak pantas bersamaku, please. I love you so much Charlotte,” ujarnya sambil membalikan badanku sehingga kami bisa melihat satu sama lain.

Bisa kulihat matanya memancarkan ketulusan ketika mengucapkan itu semua, mata birunya yang sangat indah dan kukagumi. Aku terharu mendengar ucapannya, tanpa terasa air mataku menetes, aku merasa bahagia sekali. Ia mengusap air mataku yang jatuh di pipi, ia kembali memelukku dan menenangkanku agar aku tidak menangis lagi, lalu ia mencium keningku. Akhirnya aku bisa tenang dan aku balas memeluknya. Kami berada di sofa itu hingga sore hari, kami saling bersenda gurau dan bercerita, kurasa kami sama-sama saling merindukan menghabiskan waktu bersama seperti sekarang ini. Aku berharap waktu bisa berhenti sehingga aku bisa bersamanya seperti saat ini.

Niall’s POV :

Begitu aku memeluk tubuhnya yang mungil aku semakin ingin menjaganya dan tidak ingin ia terluka. Aku sangat menikmati saat-saat bisa bersamanya, aku menghabiskan hari duduk di sofa bersama dengannya.

“So Charlotte, what do you think about we’re living together? I mean literally together. I want to see your face before sleeping and when am wake up,” ujarku sambil membelai rambutnya.  Ia tiduran di sofa dan menjadikan pahaku sebagai bantalnya. Aku menanti jawabannya, namun ia tak kunjung menjawab, ketika aku melihatnya, ternyata ia tertidur. Rupanya ia kelelahan, aku membiarkannya tidur di pangkuanku, aku merasa sangat nyaman dengan kondisi ini.

Menjelang sore hari, suster datang untuk melihat kondisinya. Ketika ia mendapati bahwa Charlotte sedang tidur di pangkuanku, ia tersenyum dan menanyakan kondisi Charlotte. Kemudian aku bangun dan menggendong Charlotte kembali ke kasurnya agar suster bisa memeriksa tekanan darahnya. Setelah selesai, ia mengatakan kalau Charlotte sudah semakin kuat dan tidak ada masalah dengan perkembangan kesehatannya, lalu suster kembali keluar. Karena Charlotte sedang tertidur pulas, aku memutuskan untuk kembali ke hotel untuk mandi dan bermaksud mengabari Oom Bruce dan Ann, jadi aku keluar kamar dan menitipkan pesan pada suster agar menjaga Charlotte sebentar selagi aku pergi.

Oom Bruce sangat lega ketika aku meneleponnya dan mengabari tentang Charlotte. Ia begitu senang akhirnya putrid kesayangannya bisa kembali ke Inggris besok, begitu pula dengan Ann, ia menjerti kegirangan begitu aku beritahu kabar gembira ini. Ann juga berpesan jika diperbolehkan, ia ingin bicara dengan Charlotte setelah ia keluar dari rumah sakit. Aku ikut bahagia dengan euphoria mengenai kesembuhan dan kepulangan Charlotte, aku juga tidak sabar ingin kembali ke Inggris dan segera membicarakan pernikahanku dengannya.

to be continued
-------------------------------

yeeeeay! who's excited??
what do think? comment?
I hope you enjoy this....
don't forget to vote it, like it, comment and tell ur friends hihihi ;)
I will try to post the next chapter soon, but its not a promise :p
THANK YOU GUYS AND I LOVE YOU ALL -cens-
 

Fall For YouWhere stories live. Discover now