Chapter 44

3.1K 112 29
                                    

Wihiw! Haloo, here's an update for you...
THANKS A LOT GUYS for reading this story,,
please enjoy this chapter~
xxx
-----------------------------

Niall’s POV:

Selama perjalanan aku dan Charlotte tidak terlalu banyak berbicara, ia terus saja bertanya kemana kami akan pergi namun aku tidak memberitahunya. Akhirnya ia menyerah dan memilih untuk menikmati perjalanan kami. Aku menoleh ke arahnya dan melihatnya sedang menikmati pemandangan, kami melewati daerah perkotaan dan menuju keluar kota. Bangunan-bangunan yang menjulang tinggi digantikan oleh jejeran pepohonan yang tumbuh subur dan berwarna hijau, langit begitu biru dan bersinar terang. Untung kami pergi masih cukup pagi, sehingga masih bisa menikmati udara dan angin sejuk yang berhembus, aku sengaja tidak menyalakan pendingin mobil dan membuka kaca jendela lebar-lebar agar kami bisa merasakan udara bebas.

Kuputar lagu Lionel Richie – I call it love – dan ikut bersenandung pelan, Charlotte pun ikut bernyanyi bersamaku, sesekali ia merubah nadanya dan bernyanyi menggunakan suara bassnya, itu sangat lucu dan aku dibuat tertawa olehnya. Kami sangat menikmati perjalanan kami, bisa pergi jauh dari keramaian dan hanya kami berdua saja. Pemandangan yang kami lalui masih sama, namun kami tidak bosan melihatnya, kupacu mobilku perlahan, ketika udara sudah mulai agak panas, kututup kaca jendela dan menyalakan pendingin. Aku melihat Charlotte sedang mengamati ponselnya dengan wajah serius yang membuatku penasaran.

“Hey sweety, what’s wrong?” tanyaku sambil tetap fokus pada jalanan.
“Ermmm, nothiiinnnggg….” Jawabnya.
“You sure about that? Kamu serius banget,” timpalku.
“Yes, am sure. Oh and by the way, bisa nggak lihat kesini sebentaaar aja,” pintanya.
“Wow babe, jalanan lagi lumayan rame nih, tunggu sampe jalanan agak sepi ya,” ujarku.
“Well ok then,” sahutnya singkat.

Ketika jalanan sudah mulai sepi, aku masuk ke jalur lambat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Nah, what’s up?” tanyaku sambil menolehkan wajahku kearahnya.
“Say cheeseeee!!” ujarnya tiba-tiba. Ternyata ia memotretku dengan kamera ponselnya.
“What? Hahaha, wait lemme see it, ugh mukaku pasti aneh,” ujarku sambil tertawa.
“Pffftt. Iya nih muka kamu lucu banget deh, nih liat,” ujarnya menyodorkan ponselnya kearahku agar aku bisa melihatnya.
“Oh gosh, so weird! BIsanya kamu ngambil poseku lagi kayak gitu, buat apa sihhh?” tanyaku penasaran.
“Hahahha, its ok. I’m still love you babe, pffttt… Uhm gak buat apa-apa sih, hehe,” jawabnya sambil menyeringai.
“Ck.. very well then, you can keep that,” ucapku kembali fokus pada jalanan.
“Yeay! Thanks darling, tapi meskipun kamu nyuruh hapus, aku gak bakal hapus, hihihi,” katanya sambil mengecup pipiku.
“Btw, kapan kita sampai?” ia bertanya.
“Uhm sejam lagi kira-kira, kenapa? Udah lapar ya?” tanyaku.
“Nggak sih, cumin agak pegel aja, but its ok. I can wait hehe,” jawabnya.

Setelah itu ia kembali menikmati pemandangan dan sibuk memilih saluran radio, ia meilih secara acak, jika ada satu lagu yang ia suka, ia berhenti memilih dan ikut bersenandung, setelah itu ia kembali memilih saluran radio, memang khas Charlotte, ia tidak begitu suka mendengar celotehan penyiar radio. Aku masih fokus pada jalanan dan sesekali melirik jam tanganku, memang sudah mendekati jam makan siang dan aku berencana langsung makan siang begitu kami tiba di tempat tujuan. Radioku masih menyala dan tidak berpindah-pindah lagi, aku menoleh dan ternyata Charlotte ketiduran, ia pasti ngantuk dan capai. Aku membiarkannya tidur dan mengecilkan suara radio agar ia tidak keberisikan.

Akhirnya kami sampai juga, ya kami sampai di pantai yang terletak di daerah perbatasan antara kota besar dan kecil. Alasanku memilih pantai disini karena aku tau bahwa pantainya tidak terlalu ramai dan tidak ada seorang puun dari kerabat kami yang akan ke pantai ini, lagipula di pantai ini restoran seafoodnya sangat lezat dan tempatnya sangat cocok untuk kejutan yang akan kuberikan pada Charlotte. Setelah memarkir mobil, aku membangunkannya pelan-pelan. Aku mencium keningnya dan mengelus pipinya, ia menggeliat dan membuka matanya – ia begitu lugu – dan bertanya apakah kami sudah sampai. Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawabannya dan seketika itu juga ia melihat keluar jendela dan berteriak kecil. Ia sangat gembira karena mengetahui aku mengajaknya pergi ke pantai, aku tahu ia sangat suka dengan pantai, ia suka bermain dengan ombaknya dan membuat istana pasir.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang