Chapter 38

3.7K 97 8
                                    

heyy hoooo
vass happening?!
today am tired as hell but here's an update for you
I really had fun while writing this chapter, what about you?
tell me! gimme ur comment, opinion, thoughts, everything :)
don't forget to vote, like and spread this story hihi..
i love you all and thanks a lot, please enjoy this chapter XD
--------------------------------

Charlotte’s POV:

Aku terbangun karena mendengar suara burung berkicau dan sedikit sinar mentari yang masuk ke kamar melalui celah-celah kerai jendela. Kubuka mataku perlahan, sesaat aku bingung berada dimana, tapi kemudian aku bisa merasakan tangan hangat yang melingkar di pinggangku, dan aku ingat aku berada di hotel bersama Niall. Aku menggeliat pelan agar tidak membangunkan Niall, aku bisa melihatnya tidur pulas dan wajahnya sangat damai, begitu mempesona, ia selalu mempesonaku setiap saat. Kuperhatikan wajahnya yang tampan, kubelai rambut pirangnya, ia menggeliat sedikit tapi tidak bangun. Kuambil ponselku dari meja di samping tempat tidur, aku berniat memotretnya, tepat ketika aku sedang mengarahkan kamera ponselku ke wajahnya, ia membuka matanya dan sedikit kaget. Foto dirinya yang terpotret di ponselku sangatlah menggemaskan, aku buru-buru menyimpannya dan menjadikannya wallpaper lock screen ponselku. Niall kemudian menggeliat dan hendak merebut ponselku, namun aku menghalanginya tentu saja, foto Niall bangun tidur sangatlah berharga bagiku.

“Ugh come here you little paparazzi,” ujar Niall dengan suara paraunya karena baru bangun tidur.
“No way, kamu pasti mau hapus fotonya dehhhh,” sahutku.
“No. You can keep it, please come here babe,” pintanya lagi.

Aku menurutinya dan mendekatinya, tentu saja ponselku kuletakkan di tempat semula agar ia tidak bisa mengambilnya. Ia masih saja menatapku lekat-lekat dan sesekali tersenyum, aku jadi salah tingkah dibuatnya. Karena tidak sabar ia maju mendekatiku dan ia memelukku, kemudian menciumku dengan lembut.

“I like when you wearing my shirt, looks so sexy,” ujarnya masih sambil memelukku.
“Aaaaw thank you, you pervert but I like it too, tidurku enak banget semalem. Plus karena ada kamu jadi hangat. I love you Niall,” balasku sambil mencium pipinya.
“This is the best morning I ever had, ada kamu di sisiku saat aku membuka mataku,” ujarnya.
“Yeah me too,” sahutku dan aku menciumnya lagi, kali ini di bibirnya.

Ia tampak terkejut namun dengan segera membalasnya, bisa dibilang aku sangat bahagia saat ini dan aku sangat bersemangat, begitu pula dengan Niall, aku bisa merasakannya. Tangannya memeluk pinggangku dan mengelus punggungku, aku membelai rambutnya dan bergerak mencium lehernya, ia bereaksi dan nafasnya sedikit tersengal. Aku cukup heran dengan tingkahku, tidak biasanya aku agresif seperti ini, tapi entah mengapa pagi ini aku sangat menginginkan Niall. Kemudian ia menidurkanku di ranjang dan ia melanjutkan menciumku, kali Ini ia yang mencium leherku dan ia membuat “tanda” di leherku, rasanya sakit – karena ini pertama kalinya buatku – dan sekaligus enak, membuatku mengeluarkan suara aneh dan membisikkan nama Niall. “Oh babe, calling me like that once again and I don’t know what will happen next,” ujar Niall sambil terus menciumku. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa karena terlalu menikmati sensasi yang diberikan, tangannya mulai menggerayangiku dan aku bisa merasakan nafasnya tersengal-sengal. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh bunyi nyaring dari ponselku dan dengan segera kami berhenti melakukan “aktifitas” kami.

“Oh gees. Siapa yang telepon?” Tanya Niall sambil membenarkan posisinya.
“Wait, I guess its Dad,” jawabku sambil meraih ponselku dan ternyata benar, papa yang menelepon.

Aku berbicara cukup lama dan mengatakan kalau aku akan pulang besok dan aku juga sangat merindukannya, serta tidak sabar untuk bertemu dengannya. Setelah menutup telepon papa, aku kembali menoleh kepada Niall, ia tersenyum padaku.

“What? Kenapa kamu senyum-senyum gitu?” aku bertanya.
“Nooope, hehehe,” ujarnya sambil terus cengengesan.
“You’re lying. Jangan-jangan ngetawain aku ya?” tanyaku.
“Ehmm… Nothing darling. I’m just happy, and I’m surprised that you’re being so aggressive to me today,” jelasnya padaku – dan itu membuatku tersipu malu –
“Uhhhmmm, well yeah I don’t know but I think you’re so gorgeous and sexy at the same time this morning, makes me wanna taste and eat you,” jawabku jujur.
“Hahahaha Charlotte darling. You’re so cute. Gemes banget aku sama jawaban kamu. Kamu tau kan, kamu bisa ngelakuin apa aja sama aku as long as you want it. I’m all yours, you can eat me. Hahahaha,” ujarnya sambil menggodaku.
“Aaa kamu bikin aku malu tauuu,” jawabku sambil menutup wajahku dengan bantal.
“Don’t be my love. Gak perlu malu sama aku, udah sini,” ujar Niall sambil merenggut bantal yang menutupi wajahku dan mendekatkan diriku padanya.
“Okay, tapi aku masih malu,” kataku lagi.
“Ssshh jangan dong. Look, you’re beautiful and I’m yours, gak usah malu ya sweety,” ujarnya menenangkanku dan kemudian menciumku lembut.

Fall For YouWhere stories live. Discover now