BAB - 14

6K 450 4
                                    

SELAMAT MEMBACA
[Ayo! Jadi pembaca yang aktif, tinggalkan jejakmu berupa vote dan komen]

Di sepanjang perjalanan pulang menuju kost-an Nada, di dalam mobil tak ada obrolan panjang yang menggema di dalam ruangan bermesin itu.

Fadil tampak fokus dengan setir mobilnya, menatap lurus ke depan dengan serius.

Lain halnya dengan Nada, sesekali ia bersenandung mengikuti lagu yang diputar dosennya dari radio mobil. Kebetulan lagu itu adalah lagu favoritnya.

Namun ada satu hal di sini yang cukup menganehkan bagi Nada. Ya, sesekali ia memergoki dosennya yang mengambil pandang terhadap dirinya, tentu Nada tak ingin berpikir yang jauh-jauh.

"Eum, Pak."

"Hm."

"Jerawat saya besar-besar, ya? Kok Bapak ngeliatin saya terus?" tanya Nada dengan mengelus-elus pipinya.

"Gak, saya gak ngeliatin kamu."

"Helleh, Bapak kira saya ini juling? Mata saya normal Pak, bahkan lebih dari normal," pungkas Nada yang mencari kebohongan dari pria yang menyetir di sebelahnya.

"Saya gak ngeliatin kamu, saya ngeliatin pintu mobil saya."

Nada sedikit kebingungan. "Pintu mobil? Kenapa, Pak?"

"Saya takut nanti pintu mobil saya kamu banting."

"Astaghfirullah, Pak. Saya udah geer tadi."

Selesai, obrolan singkat itu selesai, dua insan itu kembali ke aktifitas awalnya.

Kurang lebih sepuluh menit mobil melaju, Fadil mengarahkan setirnya ke kanan, masuk ke gerbang kost-an tempat Nada tinggal.

"Yeay! Sampai!" teriak Nada dari dalam mobil.

"Diem, jangan teriak-teriak, nanti orang ngira saya penculik."

Seketika Nada menurunkan tangannya yang ia acungkan ke atas. "Hehe, mangap, Pak."

"Kamu sudah jadi mahasiswi tapi belum bisa bedain bahasa yang benar, ya?" tanya Fadil yang masih fokus memarkirkan mobilnya dengan rapi.

"Eh? Maksudnya, Pak? Saya gak paham."

Mobil akhirnya terparkir dengan baik, sangat rata dengan garis aturan parkir.

Dengan tatapan datar tanpa ekspresinya, Fadil menatap Nada. "Kata maaf dengan mangap itu jauh berbeda."

Ceklek!

Fadil membuka pintu mobil, keluar dari sana lebih dulu dari Nada.

Gadis itu pun masih terdiam di mobil, bukan karena baper, tapi ia hanya merutuki kebodohannya. Sudah tahu dosennya sangat perfeksionis, kenapa ia harus berbicara menggunakan bahasa anak gaul itu?

"Eh? Bapak?"

"Cepat keluar."

Seakan mengikuti arahan itu, Nada keluar dari sana, dengan pintu mobil yang dibuka oleh Fadil langsung.

Setelah Nada keluar, Fadil kembali menutup pintu mobilnya dengan perlahan.

"Bapak, kok? Bukain pintu buat saya? Saya tersipu malu nih, Pak."

"Geer, saya sengaja, supaya kamu gak banting pintu mobil saya."

"Pffttt!" Wajah Nada seketika masam, dosennya tidak akan pernah menjadi pria yang menyenangkan.

Dikhitbah Pak DosenWhere stories live. Discover now