BAB - 41

4.9K 358 7
                                    

SELAMAT MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT MEMBACA


-Ada seseorang yang jadi penyebab bulan purnama gagal malam ini. Nada, kaulah purnama itu-


Terhitung empat kali, matanya tak kunjung terpejam. Hanya sebentar, lalu kembali terjaga.

Nada mendengus sebal.

Badannya berbelok ke kanan dan ke kiri, tentu tangannya memeluk bantal panjang. Namun, hasilnya nihil.

Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Meski dalam keadaan amnesia, namun Nada tidak khawatir dengan keadaannya, karena ia sangat yakin apa yang ia jalani sekarang adalah hal yang terbaik.

Nada terpejam, sebenarnya ia paksakan. Kelopak matanya berkerut tanda pejamannya sangat dalam. "Sial! Kenapa aku gak ingat apa-apa?" lirihnya.

Pandangannya tergerak, kemudian berhenti pada sosok anak kecil di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Raya.

Nada tersenyum kecil, gemas dengan wajah imut Raya ketika terlelap, pipi yang tembam dan bibir yang merah menyala. Sangat cantik.

"Kamu anak yang baik, Raya."

Anak kecil itu tidak akan mau tidur jika tidak bersama Nada. Bahkan seisi rumah dibuat geleng-geleng akibat tingkah nyelenehnya.

Alhasil Fadil mengalah, pria itu tidur di kamarnya, sendirian.

Jarum jam bertengger di angka satu. Tengah malam, tapi tak ada rasa kantuk pada dirinya. Apakah ia juga menderita insomnia? Cepat-cepat Nada menggeleng.

Huuuft! Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk. Hijab putihnya tampak kusut, tertindih kala ia berbaring.

"Daripada gak bisa tidur, apa aku sholat tahajjud aja, ya?"

Tanpa berlama-lama ia mengangguk. "Oke, kita tahajjud sekarang!" ajaknya pada diri sendiri.

***

Suara keran air yang dihidupkan memecah keheningan malam.

Berpadu dengan suara jangkrik.

Dikhitbah Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang