BAB - 31

5.9K 409 22
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Benar kata orang, terkadang mimpi indah itu lebih menyakitkan dari terkena musibah nyata."

"Nada, dalam islam, apakah dibolehkan berpacaran?" tanya Fadil lantang. Entah darimana ide gila itu muncul di pikirannya.


Mendengar pertanyaan dari dosennya itu, sukses membuat Nada tertawa geli seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ya gak boleh, lah, Pak!"

Fadil sudah menduganya, pertanyaannya pasti akan membuat siapa saja tertawa. "Kalau kita memiliki perasaan terhadap orang lain, sebaiknya apa yang harus kita lakukan?" tanya Fadil berubah menjadi serius.

Nada berhenti tertawa, suara Fadil terdengar sangat serius. Seketika keadaan berubah menjadi canggung.

"Kalau yang kita sukai juga menyukai kita, memiliki rasa yang sama, tidak ada salahnya untuk langsung menikahinya, bukan?" ujar Nada membuat Fadil takjub.

"Nada ...," kata Fadil lirih.

Tak biasanya Fadil bersuara lembut seperti ini.

Bukannya terdengar baik, justru suara Fadil barusan terdengar ngeri di telinga Nada. "I ... iya, Pak?"

"Apakah benar, apa yang diucapkan Ghina waktu lalu?"

Nada tampak berpikir. "Yang mana, Pak?"

"Waktu itu, di hari kalian kena marah dosen Ayu."

Sekali Nada berpikir. Saat itu juga ia mengingatnya. "Ah iya, tapi bagian mananya, Pak? Ghina ngomongnya banyak waktu itu.

Fadil mendesah berat, ia tampak sangat kesal. "Masa lupa, sih?"

"Emang Ghina ngomong yang mana, Pak?" tanya Nada yang memang tak ingat bagian ucapan Ghina.

"Ish, gak bisa diulang," seloroh Fadil jengah.

"Yang mana, sih? Bagian Rio?"

"Bukan."

"Bagian dia pake hijab?"

"Bukan."

"Bagian dia ngasih pesan sama Bapak?"

"Hm."

"Eh? Yang itu ...."

"Kenapa diem? Gak dilanjutin?" tanya Fadil penuh telisik. Terlihat jelas dari raut wajahnya sangat menunggu ucapan selanjutnya dari gadis di depannya.

"Sa ... saya, bingung, Pak."

Fadil mengerutkan dahinya tak mengerti. "Kenapa?"

"Apa Bapak mau nerima saya jadi pasangan? Saya gak sebaik Mbak Hana seperti yang diceritkan Bibi."

Fadil terdiam, ia tertegun mendengar pengakuan gadis yang masih berstatus sebagai muridnya.

Dikhitbah Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang