BAB - 23

5K 385 12
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Sejak saat itu, aku menjadi yakin jika tak ada rasa di dalam dirinya."

Mobil putih berhenti menepi di sebuah kost yang Nada tempati.

Sebelum benar-benar keluar dari sana, sejenak Nada bergumam pelan, "Terima kasih, Pak. Sudah antar saya pulang, semoga pernikahannya lancar, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," sahut Fadil seraya melepaskan Nada keluar dari mobilnya.

Sepanjang pembicaraan tadi, Fadil terus tersenyum, seolah ia sangat bahagia dengan keputusannya akan menikah lagi.

Namun, ekspresi wajahnya berbanding terbalik dengan sekarang, ketika ia sendiri di mobil, sangat sedih.

Kecewa.

Kesal.

Sesekali ia memukul jok mobil cukup keras, meluapkan amarahnya.

"Apa yang sudah saya lakukan!" geramnya, menarik rambutnya yang basah karena minyak rambut.

Dia menghela napas panjang, memejamkan matanya. Sejenak ia merasakan angin yang masuk melalui sela-sela kaca mobil.

Sejuk, namun menyakitkan.

***

Nada berlarian masuk ke dalam kamar.

Ketika sudah berdiri tepat di depan kasur, saat itu juga ia menjatuhkan dirinya ke benda empuk itu.

Menumpahkan semua air matanya.

Berteriak kesal yang terbungkam karena rasa sakit yang seakan menusuk.

Telinganya senang mendengar Fadil akan menjalin hubungan baru, namun hatinya seakan menolak.

Rasanya kaku untuk berbicara 'Tidak cocok' di taman tadinya.

Ia menenggelamkan wajahnya di kasur. Tangannya pun ikut serta memukul-mukul kasur. Meluapkan kekesalannya.

"Kenapa Ya Allah! Ada apa dengan lo Nada!" teriaknya lirih. Miris.

Sekali lagi Nada sesenggukan. Menambah kesan menyedihkan pada dirinya. "Kenapa seakan hati ini gak nerima, seharusnya lo senang Nada!" teriaknya kepada diri sendiri.

Entahlah, secepat itu Nada lelah. Tangisnya berhenti, tak bersuara.

Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk, menyandarkan dirinya pada dinding yang kokoh.

Tangannya memeluk lutut yang ia tegakkan, dan kepala yang ia tenggelamkan di antara keduanya.

"Gue gak boleh suka sama Pak Fadil, gak boleh!"

***

Meskipun hatinya tak seperih tadi, namun kini ia sudah sedikit mereda.

Nada berniat untuk pergi ke danau, guna menghilangkan rasa penat yang menyelimuti dirinya.

Sekarang ia hanya ingin bermain dengan alam. Bercerita dengan alam.

Dikhitbah Pak DosenWhere stories live. Discover now