EXTRA BAB I

7.7K 392 9
                                    

-Dan kini, bunga sudah bermekaran, harum semerbak, sewangi kehidupan Nada dan Fadil, sekarang-

Suasana di dalam rumah tengah riuh. Suara anak kecil, para ibu-ibu dan segerombolan pria beristri berkumpul. Bersenda gurau.

Hari ini adalah hari -H1 pernikahan Fadil dan Nada, yang artinya, besok adalah hari H-nya.

Di belakang rumah, para wanita paruh baya bergotong royong dalam memasak makanan untuk hari esok. Ada yang sambil menggendong anaknya, ada juga yang sedang memarahi anaknya karena membeli es krim terlalu banyak. Nada terkekeh melihatnya.

Sekarang, wanita yang akan segera menjadi seorang istri itu, berdiri di ambang pintu belakang, memerhatikan keramaian yang jarang ia lihat.

Tangis harunya masih dapat ia tahan, tapi sesekali butiran bening itu mengalir tanpa sadar.

"Mama, Mama!" panggil seorang anak kecil, membuat Nada sedikit kaget.

"Eh? Raya, kenapa, Sayang?" Nada berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Raya. Lalu mengusap lembut rambutnya.

"Dipanggil Kak Syifa, katanya mau pasangin heyna di tangan Mama," jawab Raya yang tengah memakan es krim cokelat.

Nada mengangguk, lalu berjalan, diekori oleh Raya di belakangnya. Langkahnya terus melenggang menuju ruang tengah.

"Nada!"

"Syifa!"

Dua sejoli itu kini berpelukan sangat erat, seolah sudah tidak bertemu setahun, padahal baru satu bulan lamanya, sampai Fadil memutuskan untuk menikahi Nada.

"Ya ampun, gue rindu banget sama lo, Nad!" seru Syifa, melepas pelukannya, menatap Nada dengan perasaan gembira.

"Iya, gue juga, bentar-bentar, gue ada hadiah buat lo." Nada berjalan menuju sofa, meraih kotak yang terbungkus plastik merah, sangat cantik.

"Nih, semoga suka."

"Woaah, apa nih? Dari Singapura, ye?" Kini perhatian Syifa lebih tertarik ke kotak yang sudah berpindah ke tangannya.

"Iya, kemarin pas mau pulang dari rumahnya mama Mas Fadil, gue beli oleh-oleh dulu."

Hoodie tebal berwarna maroon kini melebar, direntangkan Syifa. Sangat pas.

"Ya ampun, gue suka banget, dari Singapura pula. Makasih, ya, calon istri yang baik, hehe."

Merasa gemas, Nada menoel hidung sahabatnya itu. "Jangan kelamaan jomblo, loh, ya!"

Ini lah yang membuat Syifa terkadang kesal. Jujur, Syifa juga tak terlalu mementingkan seorang lelaki dalam hidupnya sekarang, ia ingin fokus pada usahanya. "Iya-iya, besok gue bawa suami gue yang ke tujuh."

"Hahaha, halu! Ayo, ah, katanya mau pasang heyna."

"Yok!"

***

Lain tempat, lain pula orangnya. Di depan rumah, para pria, baik muda maupun tua, mereka berkumpul.

Dikhitbah Pak DosenWhere stories live. Discover now