BAB - 13

6.1K 468 24
                                    

SELAMAT MEMBACA
[Sebelum lanjut membaca, yok! Follow akun Iki dan vote, terima kasih]

"

Ada mama Kok!"

Cintya, wanita itu semakin menatap lekat nan tajam kepada Fadil. Namun, pria itu hanya melengos seolah tak terjadi apa-apa.

"Mas, jawab pertanyaan aku, kamu bawa wanita lain ke rumah kamu?!" tanya Cintya sedikit emosi.

"Masalah saya membawa wanita lain atau pun tidak, itu bukan urusan kamu."

"Ya gak bisa gitu juga dong, Mas! Selama ini aku rela nolak pria lain yang dekat sama aku, demi kamu, Mas!" seru Cintya tak kalah sengit.

Fadil mengalihkan tatapannya ke Cintya, dengan pandangan yang tajam dan menusuk. "Siapa juga yang nyuruh kamu ngedeketin saya? Saya sudah sering bilang ke kamu, saya gak punya perasaan apa pun sama kamu."

"Cukup Mas! Cukup!" teriak Cintya, matanya terpejam, jarinya mengacung ke atas, menghentikan ucapan Fadil yang sudah menyakiti hatinya.

"Gue bakal bikin perhitungan sama perempuan itu!" cecarnya sambil berjalan kasar menuju dalam rumah.

Namun dengan cepat Fadil menahannya, dengan menggenggam erat tangan Cintya. "Kamu jangan macam-macam, ini rumah saya. Saya bisa aja ngusir kamu dari sini dengan kasar."

"A–Aww, sakit ...," lirihnya. Kini tangannya berada di cengkraman tangan besar milik Fadil. Pria itu cukup lihai mengunci langkah seseorang.

"Dan sekarang, saya sarankan lebih baik kamu pergi dari rumah saya, sebelum saya usir dengan kasar," bisik Fadil, dengan suara beratnya.

Tubuh Cintya sedikit terhempas ke depan, ketika Fadil melepaskan genggamannya.

Wanita itu mendelik tajam ke arah Fadil. "Awas aja kamu, Mas."

"Cepat pergi!"

Dengan sepatu hak tingginya, wanita itu pergi meninggalkan rumah Fadil, tentu dengan rasa sakit hati dan amarah.

"Gue gak bakal biarin hidupmu tenang, Mas!" gumamnya kala sudah memasuki mobil miliknya.

***

Dari sudut rumahnya, Fadil masih memperhatikan gerak-gerik wanita itu, ia yakin, pasti Cintya tidak akan diam, Fadil tahu betul sifat wanita itu, penuh dengan dendam.

"Pa, tante tadi jahat!" teriak Raya yang masih duduk di ayunan.

Pria itu spontan menatap ke arah anaknya, tersenyum. "Enggak apa-apa, kok. Dia sudah pergi, yok kita masuk, kita makan dulu," ajak Fadil, mengulurkan tangannya.

Dengan senyuman polosnya, Raya menerima uluran itu, dan berjalan dituntun oleh papanya.

***

Eh, Raya? Yok sini duduk, kita sarapan dulu."

"Mama, tadi ada tante jahat!" teriak Raya langsung berlarian ke arah Nada yang terlihat tengah menyiapkan sarapan.

Nada merangkul tubuh kecil Raya, dengan sedikit menunduk. "Wah, tante jahat? Siapa, tuh?" tanya Nada ikut penasaran.

"Gak tau, Ma. Tapi tadi udah papa usil olangnya."

Dikhitbah Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang