BAB - 38

5K 334 4
                                    

SELAMAT MEMBACA

-Sinar rembulan tak nampak malam ini, padahal malam kemarin sang empu tengah purnama, ke mana perginya ia?-

Semua orang kini telah pulang, ke rumah Fadil lebih tepatnya.

Bahkan Syifa meminta bantuan Fadil untuk menjaga sahabatnya itu, karena tak mungkin ia sendiri akan sanggup merawat Nada yang sudah amnesia.

Tentu Fadil menerima dengan sangat senang, bahkan sebelum Syifa meminta akan hal itu, Fadil sudah berencana untuk merawat Nada di rumahnya.

Kini sudah ada dua hal yang diketahui Nada pasca amnesia, pertama mengenai nama dan asalnya, kedua keluarganya, yang merupakan kebohongan.

Entahlah, namun untuk saat ini, Fadil harus berbohong, demi kebaikan semuanya.

***

Setelah mengantar Syifa ke kost-annya, dan Nada yang juga ikut mampir di kost itu namun sama sekali tak ingat, mobil Fadil melaju menuju rumahnya.

Jalan raya juga tampak ramai, seakan menyambut kedatangan mereka dengan keadaan yang berbeda.

Sebuah ingatan akan masa lalu yang tak terkenang, sebuah perasaan yang sudah tidak terasa lagi.

Rembulan tak nampak, sang empu sepertinya tengah bersembunyi di balik awan malam, apakah ia tengah bersedih?

Fadil memutar setir mobil ke kanan, menuju rumahnya.

Seiring dengan deruman suara mobil, mata Fadil untuk ke dua kalinya menangkap sosok misterius.

Ketika menyadari sorot lampu mobil Fadil mengenainya, seoranf yang memakai jaket hitam itu langsung berlari tak tentu arah.

Lantas Fadil bertanya dalam hatinya, "Siapa orang itu?"

Bushhh!

Mesin mobil dimatikan. Fadil menengok ke belakang, ke arah bibi dan Nada lebih tepatnya yang terlelap. Pasti sangat melelahkan.

Begitu juga Raya yang tertidur pulas di pangkuan Nada, anak kecil itu memaksa agar duduk di pangkuan Nada, beruntung gadis yang tengah kehilangan ingatannya itu membolehkan.

"Ehem. Sudah sampai," ucap Fadil tak bernada, datar pun tak berirama.

Bibi sedikit tersentak, matanya mengerjap beberapa kali, hingga akhirnya ia benar-benar sadar. "Eunghh ... Nak Fadil, kita sudah sampai?" tanyanya dengan suara serak.

Fadil yang sedang mencoba melepaskan sabuk pengaman pun mengangguk. "Iya, Bik."

Perlahan, bibi menggoyangkan lengan Nada yang berada di sampingnya. "Nada, bangun, Nak. Kita sudah sampai."

Tak butuh waktu lama, gadis itu langsung terbangun dari tidurnya. "Sampai? Ini, rumah siapa?"

"Sini, biar saya yang gendong Raya, kamu dibantu bibi saja," ucap Fadil langsung mengangkat Raya ke pelukannya.

Dikhitbah Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang