BAB - 19

5.9K 416 8
                                    

SELAMAT MEMBACA

Kehadiran memang mengajarkan kita untuk memahami, namun adakalanya kita harus ikhlas dalam meninggalkan.


Setelah melakukan ibadah sholat, serta juga sempat mendengarkan ceramah singkat dari ustadz setempat, kini Nada dan Fadil sudah kembali masuk ke dalam mobil.

Nada menghela napas panjang ketika duduk di bangku mobil.

Tatapannya tampak lebih segar.

Pandangannya tertuju fokus kepada masjid yang masih berada di depannya.

Bersinar dan memberikan kesan menenangkan jiwa kala memandangnya.

Entah sangat kebetulan atau tidak. Namun, malam saat itu sangat sejuk. Sesejuk hati Fadil kala itu.

Seperti tadi. Setelah selesai salam, dalam menyerahkan diri kepada Sang kuasa. Diiringi dengan lafadz istighfar setelahnya, Fadil merasa dirinya menjadi lebih plong.

Tidak ada masalah yang menyelimuti hatinya.

Bahkan pikirannya kembali tenang. Benar kata Nada, ia harus lebih banyak beribadah.

Akhir-akhir ini Fadil sudah jarang pergi ke masjid. Berbeda dengan ketika Hana- Almarhumah istrinya -masih hidup. Fadil tergolong orang yang rajin.

Namun setelah kejadian itu, setengah jiwanya serasa hilang. Hana pergi menghadap Allah SWT.

Tentu hal itu membuat Fadil teramat terpukul. Namun, lambat laun Fadil mulai bisa mengikhlaskan.

"Pak, kita pulang, ya," tegur Nada ketika Fadil mulai menyalakan mesin mobil.

Dengan tatapan datarnya, Fadil menoleh. "Gak, kita mau ke sungai," jawabnya. Matanya kembali menatap ke depan.

Masih di tempatnya, Nada kebingungan sendiri setelah mendengar jawaban dari dosennya.

Sejenak Nada meluruskan duduknya ke depan, yang awalnya menghadap ke kanan.

Ia masih berusaha untuk mencerna semuanya.

"Maksudnya, Pak? Ngapain ke sungai?"

"Nyeburin kamu."

"Huh!"

***

Setengah perjalanan. Mobil yang dikendarai Fadil tampak melaju lambat.

Mengikuti alunan udara.

Lampu-lampu jalan menerangi sekitar tiangnya.

Sesekali pejalan kaki yang lewat dibawahnya menutup mata. Silau.

Mengingat lampu-lampu itu baru saja diganti dengan lampu watt yang lebih besar.

Kala benda putih itu melintas di antara ruko-ruko besar yang berjejer rapi di pinggir jalan. Memanjakan mata.

Dikhitbah Pak DosenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora