Change 60

294 23 52
                                    

Vote tanda Bintang diujung kiri bawa ya Readers :)

****
<<

"Hentikan, Jie!"

Jie terpaku, matanya meremang seketika, begitu ia mendengar teriakan itu, sedang Lexa terus menangis dengan tubuhnya yang bergetar ketakutan. Perlahan Jie melepaskan tangannya dari dagu Lexa, namun ia masih belum berani melihat pria  yang sedang berjalan mendekatinya

"Kau baik-baik saja?"

Lexa segera membuka matanya begitu mendengar suara asing ditelinganya dan melihat seorang pria berjongkok di hadapannya

"Jangan menangis lagi"

Lexa menghentikan tangisannya saat pria itu mengusap lembut dagunya, ia terus memperhatikan pria yang tidak ia kenal itu

"Lepaskan tanganmu dari puteriku" ucap Jie penuh penekanan
"Lepaskan tanganmu sialan!" sekuat tenaga Jie mendorong pria itu ke tanah lalu mencekik lehernya
"Di mana putraku?! di mana kau sembunyikan putraku bajingan?!" teriak Jie dengan kencang sembari mencekiknya semakin kuat

"Ibuu,," teriak Lexa ketakutan saat melihat ibunya mencoba membunuh orang asing, namun Jie mengabaikan itu dan semakin kuat mencengkeram tangannya di leher pria yang ada di bawah kuasanya

"Aku akan membunuhmu" ucap Jie dengan mata yang penuh dendam

Alih-alih melepaskan tangan Jie dari lehernya, pria itu malah terlihat pasrah dan membiarkan Jie mencekiknya, dadanya mulai terasa sesak karena kehabisan oksigen, begitu juga wajahnya yang mulai memerah. Pria itu mengangkat tangannya dengan kekuatan yang tersisa, lalu diusapnya puncak kepala Jie dengan sayang
"Terimakasih karena kau telah bertahan" ucapnya terbata-bata

"Ayah!"

Deg

Refleks Jie melepaskan tangannya begitu ia mendengar suara anak laki-laki memanggil pria yang dicekiknya dengan sebutan ayah. Felix langsung terbatuk sembari memegangi lehernya, ia berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen

Jie segera turun dari dada Felix dan terduduk di tanah, ia terlihat seperti orang yang kebingungan

Merasa agak baikan, Felix menegakkan tubuhnya dan duduk di tanah bersama Jie, ia menoleh pada anak berusia enam tahun yang memanggilnya tadi
"Kemarilah" panggil Felix pada anak itu

Dengan patuh anak itu mendekati Felix dan wanita yang mencekik ayahnya

"Duduklah" Felix menggeser tubuhnya dan membiarkan anak itu duduk di dekat Jie

"Ayah baik-baik saja?" tanya anak itu dengan nada khawatir

Felix tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, ia segera berdiri dan berjalan mendekati kursi taman, digendongnya Lexa dan dipeluknya dengan erat untuk menenangkannya.

Anak laki-laki itu terus memperhatikan wanita yang tertunduk di hadapannya
"Ibu?" panggilnya pelan seraya memegang pergelangan tangan Jie
"Kau ibuku bukan?" tanyanya sekali lagi saat Jie tak menjawabnya
"Ternyata Ayah benar, ibu sangat cantik" pujinya saat melihat wajah cantik Jie

Perlahan pupil mata Jie bergerak menatap tangan kecil yang sedang memegang tangan ringkihnya, ia memperhatikan tangan kecil itu hingga ke lengan dan wajahnya yang tampan
"Lixie?" tanyanya pelan nyaris tak bersuara

Anak tampan bernama Lixie itu langsung menganggukkan kepalanya mengiyakan
"Aku Lixie, putra ibu" ucapnya dengan tersenyum

Airmata Jie mengalir dengan derasnya begitu ia mengetahui bahwa anak yang ada di hadapannya adalah putranya Lixie yang dibawa kabur oleh Felix empat tahun yang lalu dari rumah sakit

CHANGE • Felix LeeWhere stories live. Discover now