Bertemu

608 28 5
                                    

"Ra?" Naila memanggil Zahra dengan tubuh yang kaku. Rasanya rindu hadir setelah beberapa bulan yang lalu.

Naila langsung memeluk Zahra dengan erat, tetapi Zahra hanya diam mematung. Naila sangat merindukan Zahra, banyak hal yang harus dipertanyakan pada Zahra. Salah satunya, alasan mengapa dia pergi?

"Nai," ucap Zahra dengan pelan, dia melepaskan pelukan dari Naila. Naila hanya mampu terpaku, Zahra berubah dalam memperlakukan Naila.

"Ra, lu kenapa?" tanya Naila.

"Hah? Kenapa?" tanya balik Zahra, Naila hanya diam dengan kebingungan.

"Seharusnya lu sendiri udah tahu alasan gua seperti ini." Zahra menjawabnya tanpa ekspresi, bahkan terdengar dari nada suaranya yang ketus.

"Ra!" Naila menangis, kakinya sudah tak dapat menopang tubuhnya yang rapuh. Akhirnya Zahra membawa Naila ke arah belakang gedung, mereka duduk di sebuah kursi dengan keduanya menatap dengan pandangan mata kosong.

Cukup lama terdiam, tak ada yang ingin memulai pembicaraan. Begitupun dengan Naila dan Zahra yang lebih memilih diam.

"Gua tidak mengundang lu untuk datang ke acara ini." Zahra mengucapnya dengan ringan, tanpa memikirkan perasaan Naila.

"Ra, kenapa lu berubah?" tanya Naila dengan menatap Zahra. Namun, Zahra masih dengan posisi tanpa menatap ke arah Naila.

"Ra, gua bingung dengan kepergian lu yang tiba-tiba. Ada apa, Ra? Gua butuh penjelasan, bukan sikap lu yang seperti ini." Naila berusaha untuk mencari tahu alasan Zahra pergi.

"Tiba-tiba?" tanya Zahra dengan dingin, sesaat menatap Naila dengan dingin.

"Apanya yang tiba-tiba, Nai? Semuanya sudah gua persiapkan," kata Zahra.

"Ra, apa gua tahu alasan lu pergi? Ini sangat mendadak bagi gua." Naila tetap pada suaranya untuk tidak emosi.

"Seharusnya lu harus sadar dengan alasan gua pergi." Perkataan Zahra membuat Naila bingung.

Naila hanya diam.

"Gua lagi ada acara dan hari ini hari bahagia gua. Lu jangan merusak acara gua, silahkan pergi kalau sudah tidak ada lagi yang dibahas." Setelah mengucapkan itu, Zahra langsung pergi meninggalkan Naila.

Naila langsung saja berjalan ke arah luar gedung. Sungguh! Naila sangat merasakan sakit hati dan tidak dihargai. Zahra begitu berubah, tetapi Naila tidak tahu alasan dengan perubahan Zahra.

Naila tak peduli dengan tatapan orang-orang yang menatapnya dengan pandangan aneh. Penampilan Naila sudah berantakan dan Naila tidak peduli akan hal itu. Naila pergi mencari hotel untuk tempat istirahatnya sejenak.

Naila langsung saja masuk ke dalam kamar hotel yang telah dipesannya, Naila langsung berteriak dengan sangat keras. Naila lelah dengan semuanya, matanya sayu sangat menggambarkan kalau keadaan Naila sedang kacau.

"HAAAAAAAAAAAAAAA!" teriak Naila dengan keras. Naila cukup lelah dengan semua yang terjadi.

"KENAPA SEMUANYA JADI SEPERTI INI? KENAPA BERUBAH? HAH?!" teriak Naila lagi, dia benar-benar tidak dapat mengontrol emosinya.

"GUA LELAH!" ucapnya lagi.

Naila menangis dengan hebat, semuanya telah berubah semenjak Naila menikah dengan Mas Dito. Andaikan Naila tidak menerima, mungkin kehidupan sebagai masa remaja masih dirasakan oleh Naila.

"Kenapa?" ucap Naila pada dirinya sendiri.

Naila akhirnya mengistirahatkan tubuhnya di kasur king size milik hotel berbintang lima. Tidak peduli dengan handphonenya yang terus berbunyi. Naila tidak ingin diganggu, hanya ingin menyendiri dengan keadaannya yang kacau dan berantakan.

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon