Bunda Dito

622 34 0
                                    

Awalnya Naila mengantar Siska untuk pulang ke apartementnya. Mereka kembali menghabiskan waktu untuk bercerita di tempat itu. Tempat yang sudah lama sekali Siska tinggali karena dia ingin bangkit.

"Gua rindu kamar ini," ucap Siska, Naila hanya tersenyum haru melihat kedatangan Siska kembali ke tempat tinggalnya.

"Ayooo!" teriak Siska, lalu mereka berdua berhamburan naik ke kasur dengan menyelimuti tubuhnya masing-masing. Tubuhnya telentang dengan menatap langit-langit kamar. Pandangannya kosong mengingat telah banyak cerita dilalui oleh Naila dan Siska.

"Gua masih nggak nyangka kalau bisa kayak gini lagi Nai," ujar Siska membuat tubuh Naila tak bergeming.

"Ternyata waktu terus berjalan, nggak terasa semuanya telah dilalui bersama," lanjut Naila, Siska terdiam cukup lama dan tak merespon.

Mereka akhirnya menumpahkan rasa sedihnya berdua. Sungguh, mereka sangat merindukan moment saat bersama. Sebisa mungkin mereka telah memulai kehidupan yang baru. Tidak ada lagi kisah sedih seperti Siska yang telah dikhianati oleh mantan pacarnya dan Naila yang kecewa akan masa lalunya.

Pilihan keduanya memang berbeda, bahkan cara keduanya bangkit tentu saja sangat berbeda. Namun, kebahagiaan yang didapatkan adalah kebahagiaan bersama. Saat Siska merasa bahagia, tentu juga Naila ikut bahagia. Begitupun dengan sebaliknya, membuat persahabatan mereka kembali berwarna.

"Dulu, gua kira nggak akan bisa kayak gini lagi. Nyatanya patah hati membuat gua harus pergi," ujar Siska kembali.

"Kecewa membuat gua takut jatuh cinta, akhirnya pilihan gua untuk menikah adalah pilihan yang terbaik. Selama menikah gua selalu diperlakukan seperti seorang bidadari, sungguh selalu menikmati kehidupan yang penuh bahagia," cerita Naila, dia baru sadar kalau selama ini selalu bahagia ketika tinggal bersama suaminya. Mungkin Naila yang terlalu menutup diri, sehingga tak menyadari akan hal itu.

Bunyi dering telepon membuat mereka tersadar, sehingga cerita keluh kesah dari sahabat membuatnya harus terjeda. Akhirnya Naila menerima panggilan dari suaminya itu.

"Iya, Waalaikumsalam," kata Naila.

"Oh iya, nanti aku langsung kesana ya," lanjut Naila.

"Yaudah, kamu jangan sampai telat makan. Tetap jaga kesehatan ya, sayang," ujar Naila, lalu buru-buru memutuskan panggilan sepihak.

Jantung Naila kembali berpacu dengan cepat, mungkin Naila yang akan kalah dalam kisah jatuh cinta antara dirinya dengan Dito.

"Pipi lu kenapa dah?" tanya Siska, Naila hanya diam dengan menormalkan wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus.

"Sis, gua harus balik. Gua lupa kalau mau ketemu Bunda," pamit Naila sambil bangun dari tidurannya.

"Nanti kita buat waktu untuk bertemu lagi ya," lanjut Naila.

"Iya dong pasti, gua juga mau ngabarin calon imam gua juga," ujar Siska membuat Naila tersenyum meledek.

💊💊💊

Setelah beberapa waktu Naila mengendarai mobilnya, dia langsung saja turun di depan butik. Masih harus merapihkan penampilannya agar terlihat baik-baik saja, bagaimanapun juga Naila gugup ketika harus bertemu berdua dengan mertuanya itu. Selain gugup, Naila juga harus bersikap santun ketika berhadapan dengan Bunda Dito.

Sebelum menikah dulu, Bunda Dito selalu bilang kalau Bunda menganggap Naila sebagai anak kandungnya. Bahkan rasa sayang yang ditunjukkan lebih besar kepada Naila, dibandingkan dengan Dito.

"Permisi mbak," ucap Naila ketika di depan kasir.

"Oh iya, mau bertemu Ibu ya? Ibu ada di ruangannya," jawab Mbak Santi sebagai karyawan di butik Bunda.

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now