8. Dibuat Kesal

1.2K 78 2
                                    

Happy Reading💜
*
*
*

"Nai, bangun!" teriak mama yang terdengar hingga ke kamarku. Aku masih mengantuk, semalam acara selesai hingga pukul setengah 12 malam. Belum lagi, aku harus mengejarkan dua tugas dalam waktu bersamaan.

Aku baru tertidur seusai shalat subuh, rasanya mata ini terasa berat sekali hanya untuk membuka mata. Aku melihat pantulan matahari terbit dari balik gorden kamarku. Ternyata mama yang membuka gorden itu. "Nai, ayo bangun. Itu Dito sudah jemput kamu," ucap mama lagi, sekarang selimut yang ditarik olehnya.

"Nai masih ngantuk ma," lirihku, aku malah menutup wajah dengan sebuah bantal yang empuk.

"Suruh siapa baca wattpad mulu! Giliran pagi saja, susah dibangunin," ucap mama lagi.

Mama tidak tahu saja apa yang sebenarnya aku lakukan semalaman. Mengerjakan tugas, ma! Dosen itu membuatku kesal, ini semua gegara dosen killer itu. Tetapi, siapa disangka? Ternyata dosen killer itu yang akan menjadi suamiku kelak.

Pertama kali bertemunya saja diawali dengan kesan yang tidak menyenangkan, apalagi kejadian selanjutnya membuat aku tidak menyukai dosen itu. Ditambah dengan kejadian semalam, itu semakin menambah berkali-kali lipat atas kekesalanku padanya.

"Sana mandi! Biar mama yang beresin," kata mama, aku langsung berlari ke kamar mandi.

Tak membutuhkan waktu lama, aku sudah segar setelah menyapa dengan air dingin. Aku juga sudah rapih dengan celana jeans berwarna putih, hoodie berwarna merah maroon, dan tak lupa juga sneakers berwarna putih yang menambah kesan imut kepada diriku. Bukankah kita harus percaya diri? Aku hanya menyisir rambut sebahu yang berwarna sedikit kemerahan, dan memoles sedikit wajah dengan bedak bayi. Bagaimana? Menurutku, seperti ini saja sudah simple.

Aku langsung berlari menuruni tangga ketika mendengar panggilan mama untuk kesekian kalinya. Sambil menenteng paper bag berisi laptop, dan menggendong tas kecil di punggung.

"Kamu lama banget sih, Nai? Kasian Dito sudah menunggu dari tadi," ucap mama.

"Lah? Ngapain dia kesini?" tanyaku dengan bingung.

"Jemput lah, kan motor kamu ada di bengkel," kata mama, oh iya aku belum mengurus motorku yang semalam dititip di bengkel.

"Kan bisa diantar abang," ucapku, sambil menuangkan segelas susu putih ke tumbler.

"Pagi-pagi tadi dia udah pulang ke Bandung, ada kerjaan mendadak," ucap mama, aku hanya mendengus kesal.

"Kalau gitu Naila berangkat ma, assalamualaikum," ucapku.

"Dito berangkat dulu ma," ucap lelaki itu kepada Mama Naila.

"Waalaikumsalam, kalian hati-hati ya," kata mama dengan mengingatkan.

💊💊💊

Aku hanya berdua di mobil itu, duduk di samping kemudi. Sedikit aku melirik ke arah lelaki itu, namun wajahnya terfokus untuk menyetir. Rasanya situasi saat ini canggung, apalagi aku yang hanya diam saja sejak tadi sambil memainkan handphone.

Bahkan ini untuk pertama kalinya aku berduaan dengan dosen killer itu.

"Gegara kamu lama, jadi macet kan," kata Pak Dito mulai bersuara.

"Lah? Kok nyalahin aku? Kan bapak sendiri yang menjemput, saya tidak menyuruh yaa!" tegas Naila dengan sinis.

"Iya saya tau, kalau kamu sigap, tidak akan seperti ini."

"Namanya juga Jakarta, setiap hari selalu macet, pak."

"Selagi kita bisa mengatur waktu, tidak akan semacet seperti ini."

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now