Berusaha

786 29 0
                                    

Haiii👋
Happy Reading 💜

💊💊💊

Mungkin ada hati yang patah karena satu perbuatan. Mungkin ada hati yang kecewa karena satu kesalahan. Mungkin ada seseorang yang lebih memilih pergi daripada harus menahan sakit.

Zahra memang lebih memilih pergi karena tak ingin melihat kenyataan yang menyakitkan. Saat dirinya mulai menjatuhkan hati kepada dosen baru, saat itu pula hatinya patah bersamaan. Bukan tanpa sebab, karena Zahra mengetahui kenyataan kalau Naila sudah menikah dengan dosen pujaan hati Zahra.

Salahkah Zahra marah kepada sahabatnya? Salahkah Zahra jika lebih memilih pergi? Hatinya hancur melebur, tak dapat dikuasai oleh kesabaran. Untuk kedua kalinya Zahra patah karena Naila. Dirinya juga ingin merasakan betapa dicintai oleh seorang lelaki.

Selama bertahun-tahun mereka bersahabat. Walaupun Zahra berpenampilan lebih tertutup, tak bisa dibohongi kalau Zahra juga mencintai lawan jenis. Parahnya, orang uang dicintai Zahra lebih memilih mencintai sahabatnya. Mungkin saat itu Naila yang berpenampilan menarik, tidak kuno seperti dirinya.

"Sayang, kamu ngga mau maafin Naila?" tanya Ridwan, sudah seminggu ini mereka telah menjadi pasangan suami istri.

"Kamu membela Naila?" sungut Zahra dengan emosi.

"KAMU MASIH MENCINTAI DIA?!" ucap Zahra dengan nada tinggi.

"KENAPA SEMUANYA LEBIH MEMILIH NAILA? HAH?!" teriak Zahra dengan menatap wajah suaminya. Ridwan hanya duduk di pinggir kasur, sedangkan Zahra berdiri dengan menampakkan keadaan di luar dibalik jendela yang terbuka.

"SEJAK DULU, KAMU SELALU MENCINTAI NAILA. SAAT AKU MULAI IKHLAS, ORANG ITUPUN JUGA LEBIH MEMILIH NAILA. SEKARANG, SAAT AKU SUDAH MEMILIKI KAMU. KAMU MASIH MEMBELA NAILA JUGA?" teriak Zahra dengan mata yang merah, emosinya kini tak dapat terkendalikan.

"Ra, sini duduk." Ridwan mengatakannya dengan santai, dia tidak boleh terpancing emosi. Pikiran Zahra masih labil dan berantakan karena trauma patah hatinya.

"Aku capek Ridwan," keluh Zahra dengan lirih, dirinya ambruk tak dapat menopang tubuhnya. Dia bersimpuh di lantai yang dingin, dengan menangis berharap kemarahannya kepada Naila dapat pulih.

"Raaaaaa." teriak Ridwan, lalu dia menghampiri istrinya yang mulai lemas.

"Kamu tidak apa-apa? Ada yang sakit?" tanya Ridwan dengan nada khawatir. Sedangkan Zahra menggelengkan kepala.

"Aku ngga kenapa-kenapa," jawab Zahra. "Aku cuman pengen istirahat aja," lanjut Zahra dengan dipapah oleh Ridwan untuk dibaringkan di tempat tidur mereka.

Dengan telaten Ridwan menyelimuti tubuh Zahra agar tidak kedinginan. Pikiran Zahra mulai terganggu dengan permasalahan yang menimpa dirinya, bahkan Zahra yang dikenali Ridwan saat pertama kali masuk kampus telah berubah drastis.

Ridwan tidak seperti melihat Zahra yang baik hati dan lemah lembut. Zahra berubah sikap, walaupun penampilannya tetap sama. Sesakit hati itukah Zahra pada Naila? Ridwan harus segera menyelesaikan masalah Zahra agar tidak berlarut.

💊💊💊

Ridwan jadi teringat permintaan dosennya, alis Pak Dito yang meminta bantuan. Pak Dito menginginkan Naila dan Zahra kembali akur seperti semula. Begitupun dengan Ridwan, dia menginginkan hal itu. Ridwan ingin melihat Naila dan Zahra kembali bersahabat lagi.

Namun, hal pertama apa yang harus dilakukan Ridwan agar Zahra luluh? Zahra kini menjadi keras kepala, semuanya telah berubah.

Tak jarang, Ridwan selama menikah dengan Zahra seringkali melihat Zahra yang tidur dengan mengigo menyebut nama Naila. Seringkali juga Zahra melamun melihat foto kebersamaannya dengan Naila. Ridwan juga pernah melihat Zahra menangis dengan berteriak memanggil nama Naila.

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin