Rindu Bunda

581 35 3
                                    

"Kamu yakin nggak apa-apa?" tanya Bunda pada Naila yang selalu saja gelisah. Mungkin Naila kelihatan sekali kalau sedang gugup. Padahal sebisa mungkin Naila menutupi kegugupannya, ini semua karena ulah suaminya.

"Iya Bunda, yakin. Naila nggak kenapa-kenapa, Bunda tenang aja," jawabnya, Naila tersenyum ke arah Bunda. Jari-jari Naila mengambil setoples cemilan, "Bunda mau?" tanya Naila, Bunda menggelengkan kepalanya.

"Saat Dito main kesini sendiri, kamu sedang ada ujian kampus. Dito cerita kalau kamu suka banget ngemil, habis Bunda kaget ketika melihat isi mobil Dito yang penuh makanan ringan."

"Oh iya, Bun? Naila lupa kapan Naila ujian hehe."

"Dito suami idaman kamu?"

Naila mengangguk pelan, dia semakin dibuat merona oleh mertuanya. Sedikit pun tak mengurangi rasa gugupnya.

"Gapapa, lanjut aja ngemilnya, nak." Naila mengangguk. Dia cukup tenang ketika mengemil, tak ada lagi kegugupan.

"Nai," panggil Mas Dito. Dia berjalan turun dari tangga, lalu duduk di samping Bunda dengan langsung memeluknya.

"Bunda, Dito rindu Bunda."

"Heh! Kamu manggil istri kamu, kenapa Bunda yang dipeluk?" Dito hanya menyengir, apalagi istrinya yang terlihat mengalihkan padangannya agar tak betatapan dengan Dito.

"Maaf, Dito belum menjadi anak yang terbaik untuk Bunda," kata Dito, lalu memeluknya semakin erat. Naila terlihat menyimpan kembali toples yang berisi cemilan di atas meja di depannya.

"Nggak apa-apa. Bunda juga sangat rindu kamu, kamu adalah anak Bunda yang terbaik." Naila hanya mendengarkan percakapan mereka berdua. Bunda dan anak itu sedang melepas rindu.

Dito mencium pipi Bunda beberapa kali, sambil semakin memeluknya erat. "Dito sangat sayang, Bunda." Bunda terlihat tersenyum.

Ketika Naila ingin beranjak meninggalkan mereka, karena tak ingin menganggu kerinduan Mas Dito terhadap Bunda. Mas Dito malah menarik tangan Naila, sehingga dia berpindah duduk di tengah-tengah perempuan yang sangat Dito sayangi. Dito tak kuat ketika kehilangan salah satunya, hingga Dito merangkul Bunda dan istrinya dengan sayang.

Bunda selalu tersenyum bahagia, berbeda dengan Naila yang menahan pacu jantungnya agar tak berdebar hebat. Orang yang dulu Naila tak pernah ada, usaha Naila untuk berpisah semakin kuat, kini ternyata yang menjadi alasan Naila untuk selalu menahan senyumannya.

Tak lama kemudian, Naila melepas rangkulan itu, dan begitupun dengan Bunda. Sehingga membuat Mas Dito mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil. Ternyata tingkah manja Mas Dito selalu terlihat ketika berhadapan dengan Bunda.

"Kamu mau makan, mas?" tanya Naila, Mas Dito mengangguk.

"Bunda mau pergi dulu, siang nanti Bunda udah pulang ya," ujar Bunda, Mas Dito dan Naila mengiyakan.

"Bunda mau diantar Dito?" tawar Dito.

"Tidak usah, nak. Biar kamu istirahat, nanti Bunda diantar supir," jelas Bunda.

Mas Dito makan dengan lahap. Naila hanya menemani Mas Dito makan dengan melemparkan pandangan yang aneh. Hal-hal lain dilakukan oleh Dito dengan bercanda bersama Naila.

💊💊💊

"Kamu udah bertemu dengan sahabat lama kamu?" tanya Mas Dito saat mereka sedang ada di gazebo rumah Bunda. Jarang sekali mereka menghabiskan waktu bersama.

"Udah, kemarin Nai baru jemput. Paling nanti ketemu lagi." Naila duduk dengan memainkan air, gazebo dan kolam ikan terhubung sehingga Naila leluasa untuk melihat ikan.

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon