Berkoar

708 34 2
                                    

"Selama ini marahku hanya diam, kini waktunya untuk aku berkoar."
~@erwti12

💊💊💊

Aku tidak ingat, kapan aku datang kesini. Mungkin beberapa bulan yang lalu, aku kecewa ketika mengetahui semuanya. Seakan pikiranku berantakan dan akhirnya hancur dengan kenyataan.

"Zahra, kenapa lu melamun mulu sih?!" tegur sahabatnya di universitas yang baru.

"Duh pikiran gua lagi runyem banget," keluh Zahra, lalu dia memukul kepalanya dengan pelan. Pikirannya mulai teringat kepada Naila, akankah Zahra masih menganggap Naila sebagai sahabatnya?

Zahra dan teman-temannya terus berjalan di area wisata yang ada di Surabaya. Tugas mereka belum juga tuntas untuk melakukan penelitian. Bahkan belum juga waktu makan siang, Zahra sudah merasakan lapar dan mereka memilih pergi ke kantin yang ada di tempat wisata itu.

Zahra yang sedang keasyikan ngobrol tak sengaja menabrak seorang lelaki, dia langsung meminta maaf.

"Maaf Mas, saya tidak sengaja," ucap Zahra dengan sopan, lelaki itu hanya memandang Zahra dengan intens.

"Zahra?" kata lelaki itu. Bukannya menjawab permintaan maaf Zahra, dia malah mengetahui nama Zahra.

"Gua Ridwan," ucap lelaki yang ternyata adalah Ridwan.

Zahra tersentak dengan pengakuan dari lelaki yang bernama Ridwan, berbulan-bulan dia berusaha untuk menghapus perasaannya dan lebih memilih persahabatan. Namun, semuanya kembali hancur ketika mengetahui kenyataan yang ada.

Akhirnya Zahra dan Ridwan makan berdua di tempat makan yang berada di area wisata. Bukan hanya berdua, teman-teman Zahra berada di sebelah mejanya.

"Ra, kenapa lu harus pergi?" tanya Ridwan, pertanyaan yang selalu ingin tahu jawabannya sejak lama.

"Karena beasiswa," jawab Zahra dengan cuek. Tak bisa dibohongi kalau Zahra masih memendam perasaan kepada Ridwan.

"Naila selalu sedih, apalagi kepergian lu yang tiba-tiba bagi dia," ujar Ridwan. Namun, ucapan Ridwan bagi Zahra seperti pembelaan bagi Naila.

"Apa gua salah?! Salah gua dimana, Ridwan?!" ucap Zahra dengan emosi, Ridwan terkaget dengan perubahan sikap Zahra yang drastis.

"Gua hancur," ucap Zahra dengan melemah, kepalanya menunduk mengingat saat-saat itu.

"Saat lu meminta bantuan ke gua untuk dekat dengan Naila, saat itupula gua hancur. Lu nggak tau kan? Karena lu sibuk dengan perasaan lu terhadap Naila. Dan, akhirnya gua menghapus perasaan gua terhadap lu, berusaha ikhlas menerima kenyataan kalau lu mencintai Naila."

"Ra...," kata Ridwan. Namun dihalangi oleh Zahra.

"Akhirnya saat ada dosen baru, gua berpindah mengagumi perasaan gua untuk dosen itu. Dan, gua benar-benar ikhlas melepaskan lu. Namun? Apa yang gua dapat, Ridwan?! Ternyata mereka memiliki hubungan."

"Hah?" Ridwan sangat terkejut mendengar penuturan dari Zahra.

"Bukan hanya hubungan biasa. Saat itu, gua mulai melihat Naila berubah. Dia yang biasa telat, beberapa hari itu tidak telat karena selalu diantar oleh mobil hitam yang sengaja menurunkan Naila di depan gerbang. Gua curiga, tetapi Naila tetap pada pendiriannya untuk menutupi segalanya. Akhirnya gua mengikuti permainan dia."

"Hingga saat gua tahu kalau Pak Dito cuti, Naila juga tidak masuk. Beberapa hari itu Naila berubah, tidak pernah ada cerita apapun ke gua. Awalnya gua ngira kalau Naila akan cerita, gua selalu nunggu, tetapi hingga saat ini dia selalu bungkam. Hati gua semakin hancur saat tahu Pak Dito tersemat cincin pernikahan, gua bukan anak kecil yang tidak mengetahui kalau mereka sudah menikah. Saat itu gua juga melihat Naila memakai cincin dan lagi dia tetap menutupi semuanya."

"Zahra, gua...." lagi, ucapannya Ridwan terhalang oleh Zahra.

"Hingga hati gua benar-benar hancur saat melihat kenyataan kalau mereka memang telah melangsungkan pernikahan, saat itu gua melihat foto pernikahan mereka."

"Dan, akhirnya lu memutuskan pergi?" tanya Ridwan, dan ucapannya adalah kebenaran.

"Yes," jawab Zahra, dia mengambil tissue dan membersihkan wajahnya karena tangisan. Dia sulit menormalkan lagi keadaan setelah kehancuran saat itu.

"Satu lagi...," kata Zahra, "Gua harus mengikhlaskan perasaan gua untuk kedua kalinya," lanjut Zahra dengan pelan.

"Ra, maafin gua," ucap Ridwan dengan menyesal, raut wajahnya berubah menjadi sedih.

"Terlambat," jawab Zahra dengan singkat. Hatinya terlanjur merasakan sakit, kehidupan dan perasaannya sudah hancur.

"Ra, andai gua berani untuk mendapatkan lu. Mungkin saat ini.....," kata Ridwan yang lagi perkataannya dipotong oleh Zahra.

"Ridwan! Apalagi yang harus dijelaskan? Semuanya sudah terlambat, kehidupan dan perasaan gua sudah hancur," kata Zahra dengan penuh emosi. Zahra yang sekarang telah berubah, semenjak keinginannya tak tercapai tentang perasaan.

"Satu hal yang gua minta, lu cukup diam tentang semua yang gua omongin tadi." Zahra memperingati Ridwan dengan tegas. Selama ini Zahra hanya dapat memendam sendiri, Ridwan lah yang pertama kali tahu tentang alasan Zahra pergi.

"Termasuk pernikahan mereka," ucap Zahra, lalu dia pergi meninggalkan Ridwan yang masih terdiam.

Zahra pindah duduk dengan teman-temannya, Raisa langsung memeluknya dengan sedih. Zahra menumpahkan tangisnya dipelukan Raisa, hanya dialah yang dapat mengerti akan perasaan Zahra.

"Sabar Ra, lu kuat ya," kata Raisa berusaha menguatkan Zahra. Selama ini sosok Raisa menjadi sahabat bagi Zahra, hanya Raisa yang dapat mengerti tentang perasaan Zahra.

Teman-teman Zahra menatap sedih dirinya, mereka bingung untuk berbuat apa. Mereka hanya menunggu hingga Zahra merasa lebih baik lagi dan penelitian segera dilanjutkan.

Sebenarnya Zahra juga tak ingin menceritakan semuanya kepada Ridwan, karena pengaruh emosi yang telah membuat semuanya berantakan. Zahra terlanjur emosi kepada semua orang, hanya satu kali itu saja dia dapat melampiaskan semuanya.

"Maafin gua Nai," batin Zahra, dia sedih karena persahabatan yang telah dijalin hampir 8 tahun itu seketika hancur karena sebuah perasaan yang kecewa.

Zahra memang egois, dia hanya mementingkan dirinya sendiri sehingga lebih memilih meninggalkan semuanya.

"Maafin gua karena telah merusak kehidupan lu juga Nai," batinnya bersuara lagi. Dia semakin menangis saat mengingat kenangan bersama Naila.

💊💊💊

Jazakumullah Khairan🙏😍

Menurut kalian Zahra gimana?

Setelah baca, jangan lupa vote and coment yaaa👌
@Ermawati667

#Kamis
#11Februari2021
#18:06Wib

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang