Kedatangan

687 39 0
                                    

Pagi yang membuat Naila semangat, pasalnya dia akan bertemu dengan sahabat lamanya. Siska dan Naila sudah bersahabat sejak masih kecil, bahkan mereka sepupuan.

"Pagi mas," sapa Naila ketika baru saja duduk di meja makan. Dito hanya menatap Naila dengan wajah terheran, ada apa?

"Kamu kenapa ngeliatin aku begitu?" tanya Naila kepada Dito, karena Naila tidak suka jika ditatap secara intens.

"Pagi juga sayang," jawab Dito, "Tumben aja kamu sudah rapih," lanjutnya dengan tertawa.

Naila mengerti maksud perkataan Dito, karena Naila yang jarang sekali sudah rapih di pagi hari kecuali ada jam kuliah atau acara. Namun, hari ini Naila memang ada matkul di jam 7 pagi.

"Aku ada kelas pagi dan tidak boleh telat!" tegas Naila yang membuat Dito semakin tertawa. Suasana seperti saat inilah yang seringkali terjadi saat pagi hari di rumah Dito dan Naila.

Dito bersyukur karena Naila yang sedikit mulai menerima pernikahan mereka. Perlahan namun pasti, terkecuali dengan penampilan Naila yang belum yakin untuk menutup auratnya. Dito jadi mengingat Zahra yang berbanding terbalik dengan Naila.

Jika dibilang, Zahra jauh lebih perfect karena penampilannya dibandingkan Naila. Namun, apalah hati yang berbicara untuk lebih memilih Naila daripada sahabatnya itu. Hingga berakhir kekacauan seperti ini, akankah Naila akan marah ketika telah mengetahui semuanya?

"Mas, gimana?" tanya Naila untuk kedua kalinya.

"Hah? Gimana apanya?" jawab Dito dengan sedikit terkejut.

"Kamu sih melamun terus," kata Naila, memang sejak tadi Dito sedikit melamun dan tak fokus kepada sarapannya.

"Kapan berangkat?" tanya Naila. Dito melihat jam tangan hitam yang baru dibeli Naila semalam ketika jalan-jalan ke mall, dia sedikit terkejut karena waktu yang sudah menunjukkan kesiangan.

"Aku berangkat mas," pamit Naila, sebelumnya dia menyalami tangan kanan Dito dan sebaliknya Dito yang memberi kecupan di dahi Naila.

Blushhhh.

Pipi Naila kembali merona. Dia belum terbiasa dengan keadaan seperti saat ini, jantungnya berpacu dengan cepat. Naila lebih memilih pergi lebih dulu ke mobilnya. Mungkin kalian pikir mereka akan berangkat bersama? Nyatanya mereka lebih memilih berangkat dengan mobil masing-masing.

Beberapa waktu mobil Dito masih berada di belakang Naila, hingga dia tak melihat lagi mobil Dito. "Lambat banget," ujar Naila.

Dia tak peduli dengan hal itu, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya Naila mengendarai mobil dengan cepat agar tidak terlambat. Bukan tanpa alasan, Naila mengejar waktu karena tak ingin lagi dihukum oleh dosen killer.

Pagi tadi juga sengaja Dito tertawa karena Naila tahu kalau ada matkul Dito di jam pertama. Dito sengaja ingin mengerjai istrinya itu. Sungguh nasib Naila yang harus mendapatkan hukuman dari suaminya sendiri.

"Duh, telat lagi," keluh Naila ketika sudah ada di depan pintu. Bahkan Naila malu untuk sekedar mengetuknya, karena Naila yang sudah seringkali terlambat.

"Eh, bukannya Pak Dito belum sampai ya?" ucap Naila kepada dirinya sendiri, akhirnya dia langsung membuka pintu dan terkejut karena pemandangan di depannya.

Lagi, Naila akan mendapatkan hukuman dan siap untuk begadang. Sejak kapan Pak Dito ada di kelas? Bukankah Naila yang lebih dulu berangkat? Kenapa Pak Dito yang lebih dulu sampai?

"Bisa ditutup kembali pintunya?" ucap Pak Dito dengan wajah mengerikan.

"Tapi Pak, saya hanya terlambat....," ucap Naila yang ingin membela diri malah terpotong oleh ucapan Pak Dito.

Jodoh Terbaik (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now