[S2] 17. Kebencian [M]

2.8K 206 3
                                    


Muel mendesis pelan saat kapas menempel di lukanya.

"Maaf" kata Taehyung dengan suara kecil.

"Kenapa Muel? Kenapa kau melakukan ini?" Taehyung bertanya, dia mengambil bola kapas bersih, menuangkan sedikit alkohol pembersih ke atasnya.

Dia menekannya ke luka pemuda itu membuatnya mendesis.

"Aku berumur 19 tahun Taehyung, Aku hampir tidak tahu bagaimana membayar sewa, dia mengambil semuanya dariku hanya karena aku ingin mengunjungi ayahku yang sekarat!" Muel berseru, air mata menggenang di sudut matanya.

"Hanya karena ayahnya brengsek bukan berarti aku tidak bisa bertemu dengan ayahku! Taehyung-" Muel mengeluarkan isak tercekik.

"Ayahku meninggal sehari sebelum aku sampai di Amerika" bisiknya

Taehyung tersentak.

"Aku tidak pernah mendengar kata-katanya yang sekarat, aku tidak bisa memberitahunya betapa aku mencintainya, semua karena dia" kata Muel rendah.

Taehyung duduk di samping anak laki-laki yang menangis itu.

"Maafkan aku Muel, maafkan aku" bisik Taehyung.

Taehyung berdiri sebentar, berjalan menuju Jungkook.

"Minta maaf padanya" Taehyung berkata dengan tegas.

"Apa?" Dia bertanya

"Kau mendengar semua yang baru saja ku dengar, minta maaf" Kata Taehyung dengan tegas sambil mengerutkan kening sehingga hampir mustahil bagi Jungkook untuk mengatakan tidak.

Jungkook merasa bersalah.

"Bocah itu masih sangat muda" Kata Taehyung menyadarkannya.

Jungkook tahu dia seharusnya sedikit lebih murah hati pada Muel, tapi dia sangat frustasi saat itu mengetahui bahwa Taehyung belum juga ditemukan.

Jungkook menghela nafas.

"Akankah dia memberitahuku siapa yang menyewanya untuk menembakku?" Jungkook bertanya.

"Cepat lakukan Jungkook" Taehyung memiringkan kepalanya, merasa sedikit marah pada Jungkook.

"Baik, baik" desah Jungkook. Dia berjalan ke arah Samuel, bos kriminal berdiri di depannya.

"Maafkan aku Muel" bisiknya.

"Aku sangat menyesal, aku tahu aku seharusnya tidak mencegahmu bertemu ayahmu hanya karena aku benci ayahku sendiri"

Muel membiarkan senyum kecil terbentuk di bibirnya.

"Terima kasih" Katanya lembut, sambil menyeka air matanya, dia menatap tangannya.

Pintu terbuka agak cepat, Taehyung menoleh untuk melihat Iseul melompat-lompat.

"Eomma! Kapan Woo Jin datang?" Anak kecil itu bertanya dengan tidak sabar, ingin temannya datang secepat mungkin.

Taehyung tersenyum.

"Dia akan segera datang sayang, kau harus menunggu"

Isuel cemberut.

"Tapi Woo Jin bewjanji ada di sini sekawlang"

Muel memandang anak laki-laki itu.

"Siapa itu?" Dia bertanya.

"Anakku" kata Jungkook

"Ya Tuhan... Kupikir kau membenci anak-anak! Kupikir Taehyung sedang mengandung anak pertamamu" kata Samuel saat melihat bocah lelaki itu sangat ingin berada dipelukan Taehyung.

ƦƠƬƬЄƝ ✓(ʙʟ)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ