[S2] 12. Darah

1.8K 208 11
                                    


Darah menutupi tangan Jungkook

Waktu berjalan lambat dengan kesunyian di telinganya.

Matanya tertunduk melihat darah, darah Taehyung menetes di tangannya.

Segala sesuatu di sekitarnya kabur, semuanya terasa ceroboh.

Jungkook gemetar, dia ketakutan untuk pertama kali dalam hidupnya.

Dia tidak pernah merasakan ketakutan ini sebelum dia pindah dari rumah ayahnya.

Taehyung sedang sekarat tepat di dalam kamar mereka, dia tidak bisa membawanya ke rumah sakit karna identitas mereka sebagai kriminal. Sementara Yoongi mencoba menghentikan pendarahan.

Jungkook sangat ketakutan.

Ketakutannya kembali dan kali ini lebih kuat serta mematikan. Pikiranya dihantui oleh ketakutan itu sendiri.

Jungkook langsung tersadar setelah melihat Yoongi keluar dari kamar mereka dan dia mendekatinya.

"Jungkook, Taehyung harus menjalani operasi untuk mengeluarkan peluru. Bayinya masih hidup, peluru bersarang pada tempat di luar jangkauan bayi, tapi bayinya telah melemah karena pelurunya mengenai perut Taehyung, mengakibatkan dia kehilangan darah" Kata Yoongi mengigit bibir, dia tengah cemas. Di takut salah jalan dan justru mengirim keduanya ke akhirat.

"Lakukan apa saja, tapi selamatkan mereka berdua" geram Jungkook rendah.

Yoongi bukanlah seorang dokter ahli beda terpercaya, dia hanya sempat menempuh pendidikan dokter dan memutuskan keluar karna tidak mampu membiayai.
Dia belum pernah melakukan operasi dan dia hanya menjahit luka kecil yang tak terlalu berpengaruh pada nyawa. Tapi mengeluarkan peluru adalah hal terbaik yang bisa dia lakukan.

Namun Yoongi tidak bisa mengeluarkan peluru Taehyung karena dia tidak berani mengambil resiko terutama ketika Taehyung sedang hamil. Presentase kematiannya akan jauh lebih besar.

"Aku tidak bisa... Aku bukan dokter Jungkook. Suruh yang lain tapi aku tidak bisa" Yoongi menangis, tangannya gemetar melepaskan sarung tangan plastik yang banyak ternoda darah. Lututnya jatuh lemas saat itu juga, dia hanya melihat bahwa Jungkook sangat frustasi dan memecahkan vas besar di sampingnya.

"Arghh!!!" Jungkook berteriak keras, otot lehernya terlihat tegang. Wajahnya memerah menahan segala emosi.











"Biar aku yang melakukannya, sebelumnya aku pernah melakukan ini di pekerjaanku sebelumnya. Tapi aku membutuhkan banyak peralatan medis" Hoseok menyeletuk. Tangannya masih terikat oleh gips, Jungkook menatapnya tak percaya bahwa dia akan menyelamatkan Taehyung dan bayinya.

Bagaimana dia mempercayakan hal ini padanya?



Kepada orang yang juga tengah sakit?

"Tenanglah, aku akan melepas gipsku. Tanganku sebenarnya sudah pulih-" Hoseok berkata demikian melihat ada keraguan dari Joker.

"Lalu apa yang kita butuhkan?" Jungkook menyela dengan cepat.

"Pertama, aku butuh seseorang yang bisa mengendarai cepat. Aku butuh 10 menit untuk obatnya sampai di sini, karna lebih dari waktu itu Taehyung mungkin akan mengalami kritis"

"Aku akan melakukannya" Jungkook berbicara

"Kau membutuhkan seorang pengawal" Jimin berbicara padanya.

"Kita perlu suntikan obat bius, antibiotik, dan peralatan bedah" Hoseok berkata demikian sambil melepas gipsnya. Dia memakai sarung tangan karet.

Jungkook mengangguk dan segera pergi dengan Jimin serta Yugyeom yang mengikut.

Mereka pergi ke salah satu rumah sakit terdekat dengan penjagaan yang lumayan ketat. Rumah sakit ini memiliki persediaan antibiotik yang banyak. Mereka bertiga mengendap masuk ke dalam rumah sakit.

Jungkook memasang granat kecil dengan peredam suara di ventilasi AC. Dia mengangkat vetilasinya dan membuangnya ke samping secara hati-hati.

"Cepat masuk!" Intruksinya, Jimin dan Yugyeom masuk lebih dulu ke dalam cerobong udara.

Jungkook berada di belakang, dia melihat ke bawah cerobong dari ventilasi atap. Ada banyak orang yang berkunjung ke rumah sakit. Para perawat berlarian di lorong rumah sakit menangani pasien yang terus berdatangan.

Pasien kriminal sepertinya pasti akan ditempatkan di urutan terakhir untuk ditangani. Jika mati karna tidak ditangani mereka akan lebih bersyukur karna tidak menyita peluru untuk membunuh.

Mereka turun dari cerobong ke tempat penyimpanan obat dan peralatan medis. Jungkook memukul cctvnya hingga retak.

Seorang perawat wanita yang bersembunyi di balik meja obat melihat mereka dan membunyikan alarm. Jimin dan Yugyeom yang belum selesai memasukkan obat terlihat panik. Mereka bahkan tidak bisa membedakan antibiotik mana yang dibutuhkan, jadi mereka membawa semua obat antibiotik yang berada di dalam lemari kaca.

Petugas berdatangan satu per satu, Jungkook menembak mereka tanpa ragu.

"Cepat!" Dia berteriak pada Jimin dan Yugyeom yang kebingungan memilih begitu banyaknya obat di ruangan.

"Di mana obat bius dan jarum suntiknya?" Yugyeom bertanya sambil mencekik perawat wanita di sana, memaksanya untuk menunjukkan letak obat.

Perawat wanita itu bergerak perlahan mendekati laci meja besar dan memberikan beberapa jarum suntik juga obat bius.

"Sekarang tunjukkan pada kami peralatan bedah" Yugyeom mendorong wanita itu lagi.

Seluruh alat bedah mereka dapatkan dari rak di atas nakas, Jimin memegang tas untuk menampungnya.

Karna sudah ketahuan, mereka memutuskan untuk melewati pintu depan.

Orang-orang di rumah sakit ketakutan melihat aksi pembunuhan yang terjadi. Suara tembakan bergema di seluruh ruangan.

"Tiarap!!" Jungkook berteriak, melihat ke arah jam dinding rumah sakit. Mereka sudah kehilangan waktu sebanyak 7 menit.

Tanpa diduga polisi telah mengepung mereka.




.

.

.

TBC

Eits...
Gak secepat itu markonah 😂

Sabar yak... Banyak rintangan maka banyak pula kebahagiaan yang menanti di masa depan 😆

Bersusah-susah dahulu, Bersenang-senanglah kemudian... ☀

ƦƠƬƬЄƝ ✓(ʙʟ)Where stories live. Discover now